Mungkin manusialah penyebab peristiwa kepunahan massal.
~ The Financial Times.
Taukah temans jika suatu waktu nanti, manusia akan punah seperti halnya beberapa hewan dari berbagai kingdom. Diprediksikan oleh beberapa ilmuwan bahwa kepunahan manusia ini disebabkan oleh aktivitas manusia itu sendiri.
Ada beberapa gelintir manusia yang peduli dan berusaha untuk menyelamatkan generasi Anthropocene (The Age of Man) yakni generasi sekarang, generasi dimana umat manusia meninggalkan dampak terburuk ketika meninggalkan jejaknya yang sebagai penanda dalam catatan fosil jauh dimasa yang akan datang, yang juga bisa diumpamakan sebagai suatu bencana terhadap kehancuran Bumi. Beberapa gelintir manusia itu membuat sebuah film, berjudul Racing Extinction (2015). Tulisan berikut diadaptasi dari film tersebut, karena saya merasa : wah that's amazing film to share! And I must tell everyone to watch it.
Dimulai dari melihat sejarah Bumi, sudah terjadi 5 jenis kepunahan di Bumi yakni periode Ordovician; periode Devonian; periode Permian, periode Triassic or Jurassic; dan periode KT Extinction. Jika periode-periode tersebut diumpamakan sebagai sebuah jam, maka letak manusia pada saat periode itu hanyalah beberapa detik sebelum tengah malam. Bagaimana dengan kepunahan pada periode Anthropocene?
Lautan dapat menjadi indikator perubahan iklim di Bumi. Mari kita lihat pernyataan DR. J.E.N CHARLIE VERON, seorang mantan pimpinan ilmuwan sains kelautan di Institut Australia.
Iklim dikontrol oleh lautan. Namun kini lautan perlahan berubah dan hal ini merupakan bahaya yang harus kita hadapi hari ini. Kepunahan massal yang didorong oleh perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kita, sudah tentu dapat memicu bencana besar.
Saya akan menulis tentang karbondioksida dan gas metana, yang mana kedua gas tersebut merupakan hasil dari aktivitas manusia dan pendukung kepunahan masal di Bumi. Karbondioksida dan gas metana dihasilkan oleh berbagai industri pabrik, asap kendaraan kita, hasil pengeluaran dari sapi dan hewan merumput lainnya, serta beberapa alat elektronik yang mendukung kegiatan manusia.
Manusia menggunakan bahan bakar fosil yang terbentuk selama lebih dari ratusan juta tahun dan kemudian membakarnya, membiarkan gas buang menguap ke udara.~ ELIZABETH KOLBERT (Penulis “The Sixth Extinction”)
Karbondioksida di Bumi meningkat pesat dimulai pada pertengahan abad ke 19 dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Ketika karbondioksida menguap keatas, tidak sepenuhnya tertinggal di atmosfer, sepertiga dan bahkan setengahnya diserap oleh lautan. Mari kita belajar proses kimia laut. Karbondioksida bercampur dengan air laut (yang memiliki salinitas tinggi) dan membentuk asam karbonat. Itulah yang menyebabkan laut menjadi lebih asam tiap tahunnya. Lalu apa dampaknya jika lautan semakin asam?
Jika ingin mengetahui dampak dari lautan yang asam, coba kita ambil dan jatuhkan ke dalam segelas cuka. Seluruh mahluk hidup akan larut ke dalam laut asam yang telah kita buat.
~ DR. STUART PIMM (Konservasi Ekologis Universitas Duke)
Apa yang terjadi apabila lautan berubah menjadi asam? Kematian mahluk laut. Dan selanjutnya, kematian kita.
Semakin kita tergantung pada daging, susu dan telur semakin besar karbondioksida dan emisi metana.~ LESTER BROWN (Penemu Institut Polisi Bumi)
Gas metana merupakan gas yang lebih kuat 22x sebagai gas penyebab berubahnya iklim daripada karbondioksida. Contoh penyebab bertambahnya gas metana di Bumi adalah sapi. Semua jenis sapi menghasilkan gas metana sebagai produk samping hasil dari memakan rumput dan hal-hal lain yang mereka makan.
Seekor sapi pada dasarnya bisa menghasilkan gas metana hingga 55 galon setiap hari.~ DR. GUILLERMO BERRA (Ilmuwan Institut Nasional Teknologi Agrikultural/INTA)
Manusia memiliki penyebab ganda atas rusaknya Bumi, diantaranya aktivitas manusia secara langsung (penyebab kerusakan habitat atau penangkapan ikan berlebih) dan perubahan iklim. Solusinya, jika kita bisa mengurangi mengkonsumsi daging dan susu sapi, jumlah gas metana yang ada di Bumi juga bisa dikendalikan sehingga terjadinya perubahan iklim dapat diperlambat.
Di wilayah kutub-kutub di Bumi, dibawah danau, dibawah lautan, terdapat metana beku dalam jumlah yang amat besar. Ketika kutub secara bertahap menghangat dan metana yang terkunci selama jutaan tahun mulai keluar. Jika ini terjadi kita akan mengalami efek percepatan kepunahan massal, seperti yang terjadi pada periode Permian, mungkin gas metanalah penyebabnya.
Salah satu untuk mengatasi gas metana adalah dengan mengurangi emisi karbondioksida, karena karbondioksida lah yang mengubah suhu di kutub menjadi lebih hangat, yang mengakibatkan metana ini meluap. Sayangnya, berbagai perusahaan minyak melihat dengan mencairnya es di kutub adalah sebagai sebuah kesempatan untuk mengebor lebih banyak lubang minyak. Tanpa mereka sadari sesuatu yang dibawah itu, yang harusnya mereka khawatirkan.
Bagaimana jika suhu dunia naik enam derajat dalam tiga tahun akibat semakin banyaknya karbondioksida dan gas metana di Bumi? Kita akan mengalami yang namanya efek percepatan kepunahan massal. Bermula dari kematian besar-besaran di lautan, fitoplankton hilang, rantai makanan laut hilang, dan planet ini tidak akan berfungsi seperti seharusnya. Dan jika itu terjadi, kegagalan kehidupan akan terjadi di seluruh penjuru Bumi. Itulah namanya kepunahan massal.
Manusia dalam aktivitasnya dapat mengubah setiap parameter, mengubah geologi Bumi, mengubah kimia laut.
Berjuta-juta fitoplankton di laut menghasilkan setengah dari oksigen yang kita hirup. Manusia sedang mengubah laut pada skala global. Manusia dengan segala aktivitasnya mulai dari memancing sampai dengan pengasaman laut, membuktikan bahwa tidak ada bagian dari laut yang bebas dari dampak aktivitas manusia.
Menggunakan citra satelit dan data lainnya, dalam 50 tahun terakhir, kita dapat melihat dan mungkin telah kehilangan 40 % dari produksi plankton di laut. Hal ini terjadi akibat dari perubahan iklim. Jika jumlah plankton menurun drastis, maka akan menjadi masalah yang besar.~ DR. BORIS WORM (Ilmuwan Ekologi Laut, Universitas Dalhousie)
Hidup kita rupanya bergantung pada kehidupan lautan. Pada kenyataannya, mahluk hidup di daratan hanya akan hidup setelah plankton di lautan telah menghasilkan cukup oksigen untuk dapat kita hirup. Kita dan semua mahluk hidup di Bumi diibaratkan hidup dalam sebuah jaring-jaring besar dan terhubung satu sama lain. Jika kita mengambil atau membunuh plankton maka seluruh jaring akan mengalami ketimpangan.
Hidup ingin berkembang. DNA ingin maju. Kita perlu menjadi bagian dari itu. Mengapa kita melakukan sesuatu yang dapat mengganggu mahluk hidup yang butuh miliaran tahun untuk berkembang?~ LOUIE SCHWARTZBERG (Pembuat Film)
Diakhir tulisan saya ingin menyampaikan beberapa kalimat.
Laut itu indah, temans. Dengan segala bentuk kehidupan yang sangat cantik didalamnya. Jangan pernah berhenti peduli, jangan pernah berhenti melihat dan mendengar.
Indonesia adalah negara terbesar kedua pemasok sampah plastik di lautan, sekitar 40 juta ton plastik dibuang ke laut tiap tahunnya. Bagaimana caranya kita menunjukkan kepedulian kita? Dengan mengurangi penggunaan plastik, pabrik plastik akan menghentikan produksi plastik, dengan begitu jumlah sampah plastik akan berkurang.
Jika kita mengurangi kepedulian terhadap apa-apa yang terjadi pada Bumi ini, kita sendirilah yang akan merasakan dampak dan akibatnya. Sedikit hal yang kita lakukan untuk peduli terhadap kehidupan di Bumi akan sangat sangat sangat bermakna.
Ada banyak sekali hal yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan Bumi, yang menjadi pertanyaannya adalah seberapa peduli kita untuk menyelamatkan kehidupan kita dan generasi yang akan datang? Dan seberapa cepat kita melakukannya? Karena kita telah berpacu dengan kepunahan.
Tonton Racing Extinction (2015), resapi dan jadikan hidup anda lebih bermakna dengan berikan sikap peduli yang konsisten terhadap Bumi kita.
Sedih kalau lihat kondisi alam yang seperti sekarang ini. Keberadaan manusia memang banyak membuat masalah ya. Tapi pasti lebih banyak lagi yang ga buat masalah. Semoga kita jadi salah satu yang gak merusak ya mbaaa.
BalasHapusSiiipppp ^^
Hapus