Ketika ikan kerapu cantang yang dibudidayakan oleh nelayan Greges mengalami kematian massal, selain solusi yang diberikan untuk kesehatan ikan (berupa Immunostimulan dalam vitamin C murni), saya berinisiatif untuk menguji kadar logam berat dan diikutkan pada penelitian saya. Profesor pembimbing saya menyarankan untuk mengadakan penelitian pendahuluan agar tidak terjadi ketimpangan pada akhirnya, yang mungkin bisa saja merugikan bagi nelayan pembudidaya di Greges seperti yang dialami oleh pembudidaya udang di Sidoarjo. Saya menyetujui saran profesor pembimbing yang kala itu menjabat sebagai Dekan 1 Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga. Namun setelah pengambilan sampel untuk uji pendahuluan, terjadi masalah teknis dilapangan sehingga penelitian uji lanjutan tidak diteruskan. Semoga dokumentasi uji pendahuluan yang akan saya paparkan secara sederhana berikut ini bermanfaat ^^
~o~
Untuk memeriksa kondisi suatu perairan apakah tercemar atau tidak, dapat menggunakan bioindikator yang berarti pemakaian organisme hidup sebagai monitor pencemaran. Penggunaan organisme sebagai monitor biologis petunjuk ada tidaknya kenaikan keadaan lingkungan dari garis dasar, melalui analisis logam atau senyawa kimia tertentu yang terdapat dalam hewan atau tanaman. Logam berat yang ada dalam perairan pun akan mengalami proses pengendapan dan akan terakumulasi dalam biota laut yang ada dalam perairan melalui rantai makanan dan akhirnya akan sampai pada manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berupa air laut, sedimen lumpur dan ikan kerapu cantang budidaya.
Dan petualangan kecil dimulai. Pagi hari sekitar pukul 8, saya telah sampai ke rumah pak Toha, ketua dari kelompok nelayan Greges. Beliau bersedia mengantar saya ke tengah untuk mengambil sampel ikan kerapu cantang, sedimen lumpur dan air laut di area budidaya sistem KJA. Kala itu cuaca sangat cerah, angin dan air laut nampak bersahabat. Sepanjang perjalanan menuju keramba, kami di iringi oleh burung kuntul yang sedang mencari ikan untuk sarapannya.
Sembari mengambil sampel, seperti biasa pak Toha mengajak untuk berdiskusi tentang budidaya sistem keramba jaring apungnya, beliau sangat yakin bahwa budidaya ini akan mensejahterakan nelayan kedepannya. Hanya saja kekurangan dari budidaya ini adalah permodalan dan keamanan keramba, kekurangan ini belum didukung sepenuhnya oleh dinas kelautan dan perikanan kota Surabaya. Setelah mengambil sampel, saya berpamitan pulang dan langsung menuju ke balai besar laboratorium kesehatan Surabaya untuk mengujikan sampel yang didapat.
Logam berat yang diuji adalah Tembaga (Cu) dan Cadmium (Cd), mengingat kematian masal disebabkan oleh air laut akibat aktivitas pengerukan lumpur oleh kapal Pelindo III (yang kala itu disaksikan langsung oleh pak Toha dkk) sehingga air laut mengalami pengadukan dan terbawa arus dan angin hingga ke wilayah keramba. Sementara kita semua mengetahui bahwa didalam perairan mengandung zat-zat yang bersifat oportunis maupun zat pencemaran yang bersifat toksik jika tercampur dan terakumulasi.
Bahan pencemaran yang masuk ke dalam air dapat dikelompokkan atas limbah organik, logam berat, dan minyak. Masing-masing kelompok ini sangat berpengaruh terhadap organisme perairan. Logam berat merupakan bahan pencemar yang paling banyak ditemukan di perairan akibat industri dan limbah perkotaan.
Keberadaan logam berat di lingkungan dapat berasal dari dua sumber. Pertama, berasal dari alam dengan kadar di biosfer yang relatif kecil. Keberadaan logam berat secara alami ini tidak membahayakan lingkungan. Kedua, dari antropogenik dimana keberadaan logam berat tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia, misalnya limbah industri pelapisan logam, pertambangan, cat, pembuangan zat kendaraan bermotor, serta barang-barang bekas seperti baterai, kaleng dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan keadaan wilayah Greges dimana banyak galangan kapal yang menghasilkan limbah pelapisan logam.
Polutan yang berisi logam berat berasal dari sungai cenderung bergerak ke arah permukaan laut terlebih dahulu kemudian tertarik oleh gravitasi sehingga menuju ke laut yang lebih dalam. Polutan tersebut lebih banyak terakumulasi pada ikan-ikan yang cenderung bergerak ke permukaan air karena terjadinya proses biokonsentrasi. Logam yang berikatan dengan partikulat tersuspensi akan mengendap ke dasar perairan. Jika dibandingkan dengan air yang berada di atasnya, sedimen dapat mengandung konsentrasi logam yang sangat tinggi. Sehingga selain pengambilan air laut (bagian permukaan) juga dilakukan pengambilan sedimen lumpur dan ikan kerapu cantang dalam keramba.
Tembaga (Cu) adalah salah satu logam berat yang dapat memberikan efek negatif bagi organisme akuatik baik secara fisik maupun hingga tingkat sel. Dampak yang terjadi pada ikan dari pemaparan tembaga, diantaranya menyebabkan perubahan tingkah laku, melemahkan respon elektrik, merusak lamella sekunder pada insang dan banyak penelitian lainnya. Tembaga sendiri banyak digunakan dalam industri metalurgi, tekstil, elektronika dan juga pembuatan cat anti karat (anti fouling), bahan pestisida dan pengendalian makro-invertebrata dalam bidang pertanian, selain itu juga digunakan dalam bahan pengawet kayu, pengolahan air. Toksisitas tembaga (Cu) akan terlihat bila logam tersebut masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai ambang batas (NAB). Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 nilai ambang batas tembaga (Cu) yang diperbolehkan dalam lingkungan perairan untuk keperluan budidaya adalah ≤ 0,02 mg/l. Sementara menurut NSHWD Australia tahun 2001 konsentrasi maksimum Cu yang diperbolehkan pada tubuh ikan adalah 10,0 mg/kg.
Kadmiun (Cd) banyak digunakan pada beberapa jenis pabrik untuk proses produksinya. Industri pelapisan logam adalah pabrik yang paling banyak menggunakan kadmium murni sebagai pelapis, begitu juga pabrik yang membuat Ni-Cd baterai. Bentuk garam Cd banyak digunakan dalam proses fotografi, gelas dan campuran perak, produksi foto-elektrik, foto-konduktor, dan fosforus. Kadmium asetat banyak digunakan pada proses industri porselen dan keramik. Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya Pb dan Zn. Dalam industri pertambangan Pb dan Zn, proses pemurniaannya akan selalu memperoleh hasil sampingan kadmium yang dibuang ke lingkungan. Kadmium (Cd) juga dapat dijumpai pada industri eloktroplanting karena industri ini banyak melibatkan logam kadmium. Pabrik pipa plastik PVC atau poly vinil chloride juga memakai Cd sebagai stabilator. Oleh karena itu logam Cd mudah dijumpai di air lingkungan yang menerima buangan limbah industri. Kadmium (Cd) mengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Logam ini masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dikonsumsi yang mana makanan tersebut telah terkontaminasi oleh Cd. Dalam tubuh biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi di badan perairan. Disamping itu, tingkatan biota dalam sistem rantai makanan turut menentukan jumlah Cd yang terakumulasi dimana biota top level merupakan tempat akumulasi paling besar. Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah melebihi nilai ambang maka biota dari suatu level atau strata tersebut akan mengalami kematian dan bahkan kemusnahan, tidak terkecuali manusia. Nilai ambang batas Cd di air menurut Thompson (2012) adalah 0,01 mg/kg. Sementara konsentrasi maksimum Cd pada tubuh ikan menurut NSHWD Australia (2001) adalah 1,0 mg/kg.
Setelah menunggu selama kurang lebih satu minggu, hasil uji laboratorium mengenai kadar logam berat dalam perairan teluk Greges keluar dan berikut hasil pengujian.
Hasil dari logam berat Tembaga (Cu) pada air; sedimen lumpur dan ikan kerapu cantang berturut-turut adalah 0,007ppm; 0,249ppm dan 0,038ppm. Cu pada air dan sedimen di perairan budidaya keramba jaring apung berada lebih dari ambang batas (0,002mg/l. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004). Sementara pada tubuh ikan, kadar logam berat Cu masih berada jauh dibawah nilai ambang batas (10,0mg/kg. NSHWD Australia tahun 2001).
Hasil dari logam berat Kadmium (Cd) pada air; sedimen lumpur dan ikan kerapu cantang berturut-turut adalah 0,003ppm; 0,042ppm dan 0,014ppm. Nilai ambang batas Cd pada air dan sedimen menurut Thompson (2012) adalah 0,01 mg/kg. Hal ini berarti Cd pada air masih dalam batas normal, sementara pada sedimen berada lebih dari nilai ambang batas. Sementara pada tubuh ikan, kadar logam berat Cd masih berada jauh dibawah nilai ambang batas (1,0 mg/kg. NSHWD Australia tahun 2001).
Dari hasil yang didapat dapat diperhatikan bahwa logam berat Tembaga (Cu) telah mencemari air dan terakumulasi pada sedimen di perairan budidaya ikan kerapu cantang sistem KJA. Dan logam berat Kadmium (Cd) tidak mencemari air namun telah terakumulasi pada sedimen. Sehingga jika terjadi pengerukan atau aktivitas kapal besar yang menyebabkan air hingga sedimen lumpur teraduk, maka sudah dapat dipastikan bahwa kematian massal ikan yang dibudidayakan di wilayah tersebut akan terulang kembali .
Sementara untuk ikan kerapu cantang masih berada dalam batas aman konsumsi manusia karena logam berat tembaga (Cu) dan kadmium (Cd) berada dibawah nilai ambang batas yang ditentukan.
~o~
Teluk lamong merupakan wilayah estuari dimana banyak sekali terdapat nutrisi perairan didalamnya dan juga beberapa polutan hasil limbah keluarga maupun industri sekitar. Limbah yang berasal dari daratan yang dibawa oleh air sungai yang mengalir ke laut dan aktivitas kapal di laut menyebabkan tercemarnya perairan.
Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi jumlah sampah yang kita buang setiap hari, mendaur ulang, mendaur pakai, kita juga perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana.
Kita juga dapat melakukan penanaman mangrove di sepanjang tepi pantai teluk lamong sehingga polutan pada perairan dapat berkurang, mengingat fungsi mangrove sebagai sungsi fisika dan kimiawi yang mana dapat menyerap polutan hingga tingkat yang paling ekstrim pada perairan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.