Kalau ada undangan pernikahan baik teman maupun keluarga, biasanya aku suka menghadiri acara akad nikah ketimbang resepsinya. Pasalnya, sang ibu menanamkan ke pikiranku sedari kecil, ada kisah nyata bahwa di acara akad nikah orang muslim, malaikat-malaikat berdatangan dan ketika acara ijab kabul berlangsung; para malaikat senantiasa berdoa untuk kebaikan kedua mempelai. Disaat itulah, aku harus memanjatkan doa agar di-aamiin-kan para malaikat dan sampai pada Allah.
Lain cerita dengan adikku. Adikku juga suka berdoa ketika ijab kabul berlangsung PLUS perhatiannya itu selalu tertuju pada melati yang disanding manten. Adikku ini suka nyolong melati (tapi selalu ketahuan xD), berharap selanjutnya dia yang akan berada diposisi manten dengan sang pria idaman. Lucunya, kebiasaan ini sudah berlangsung lama. Owalah,, mangkanya, tiap dia masak selalu berasa asin banget. Aduh duh...Pertanda apa xD
Paragraf satu tentang fakta, paragraf dua tentang mitos (aku masih ragu haha), nah paragraf selanjutnya aku ingin bercerita tentang adegan yang aku meyakini bahwa hal itu adalah mitos, namun kebanyakan orang "katanya" itu fakta dan akan cepat terjadi. Hihihi... Entahlah..
Sabtu kemarin, tepat tanggal 27 Februari 2016, sepupu terdekat aku melangsungkan pernikahannya di Malang. Otomatis,, keluarga besar ikut andil dalam acara baik lamaran, akad nikah di Lamongan (yang berlangsung pada tanggal 20 Februari 2016) dan terakhir resepsi di Malang.
Dalam resepsi ini, sang MC yang bernama mas Ivan mengusulkan ide untuk mengumpulkan semua muda-mudi yang belum menikah untuk berkumpul didepan kuade. Aku dan ke 4 sepupu yang sedang bertugas sebagai among tamu di lantai satu diminta, dipaksa, disuruh naik ke hall, dan meninggalkan meja tamu. Sang ibu mengajukan diri untuk menggantikan kami. Ibu berada dibelakang meja among tamu ditemani oleh mbak sepupu.
Ada banyak sekali tamu yang hadir dan makan di hall, aku pikir, ide dari mas Ivan ini akan menarik perhatian orang-orang. Oh no, aku berniat mundur dan ingin kembali kebawah saja. Aku tidak tertarik sama yang beginian. Tapi semua saudara yang belum menikah sudah berkumpul dan mendorongku untuk ikutan maju kedepan, tak terkecuali mas Ivan yang keliatannya paling bersemangat **ya iyalah, dia yang punya ide**.
Mbak Andri pun ikutan maju *lho. Pasalnya dia uda punya suami dan Biyan (anak laki-laki nya). Bhahaha, katanya biar rame aja. Mas Angga (suami mbak Andri) pun juga ikutan maju. Alamakk opo-opoan iki >> kata mbak ipar nya mbak Andri xD.
Pito dan Wulan masih diberi arahan oleh juru kamera untuk melempar bunga dengan cara membelakangi penonton, selain untuk kepentingan shooting, juga agar bunga yang dilempar tidak meleset menjauhi penonton.
Sementara menunggu, akupun duduk ditempat juru kamera sembari melihat-lihat barisan belakang. Ternyata tak hanya among tamu dan saudara terdekat yang ikutan maju kedepan panggung,, teman-teman SMA Pito pun ikut nimbrung, mereka tepat berdiri dibelakangku. Teman-teman Pito dan Wulan yang lain pun juga ga mau kalah. Semua berbaris tidak beraturan didepan panggung kuade. Tak khayal ini kegiatan benar-benar menarik pusat perhatian tamu undangan.
Pito dan Wulan bersiap melempar setelah mendengar aba-aba dari juru kamera. Aku diminta untuk berdiri dan bersiap merebut bunga. Sepertinya,, berdiri aku siap, tapi kalau merebut...Mmmnnggg aku tidak siap sama sekali. Walah, wes dianggap seru-seruan ajah deh.
DAAAN, YAK, Pito dan Wulan melempar bunga.
Arah mataku tertuju pada bunga yang dilempar itu terbang tepat kearah kiriku. Tanpa sadar aku menangkapnya dengan tangan kanan. Aku menangkap tepat di gagang kayu bouqet bunganya. Tanpa sadar pula aku merasakan dari arah belakang ada tangan yang menangkap tanganku, bukan bunganya *ellho. Sementara yang lain tidak menangkap bunga itu. Suasana menjadi hening seketika. Kemudian tangan itu melepaskan tanganku. Belum sempat aku menoleh kebelakang, mas Ivan memecah keheningan dengan suaranya yang menyuruh tamu untuk memberi tepuk tangan.
Semua orang memberi tepuk tangan. Dua juru kamera kini giliran menyorotku kemudian memfotoku. Lalu mas Ivan menyodorkan mic MC nya dan menyuruhku untuk memberi kesan dan pesan pada pengantin.
Blank, jelas aku blank saat itu. Kejadiannya begitu cepat dan masih ga percaya aja aku yang dapat bunganya. Blitz kamera yang menyilaukan mata ikut menambah kebingunganku. Aku juga ga sadar mau ngomong apa di mic nya mas Ivan hahaha. Seingatku aku berkata, "semoga aku dan yang lain cepat menyusul kalian". Aku tidak berencana berbicara seperti itu, kalimat itu pure spontanitas keluar dari mulut...
Kamera bergantian menyorotku, pemilik kamera bergantian pula menyuruhku untuk berpose dengan si bunga. Rada' lebay sih ini ya. Sebel banget deh jadinya. Ga tau ya aku malu berat. Maafkan ya,, jadinya aku hanya berpose dengan menutup separuh wajahku dengan si bunga. Bunganya harum (alami) pula, jadinya hidungku tidak bisa lepas dari si bunga #apasih #efeklinglung.
Lain cerita dengan adikku. Adikku juga suka berdoa ketika ijab kabul berlangsung PLUS perhatiannya itu selalu tertuju pada melati yang disanding manten. Adikku ini suka nyolong melati (tapi selalu ketahuan xD), berharap selanjutnya dia yang akan berada diposisi manten dengan sang pria idaman. Lucunya, kebiasaan ini sudah berlangsung lama. Owalah,, mangkanya, tiap dia masak selalu berasa asin banget. Aduh duh...Pertanda apa xD
Paragraf satu tentang fakta, paragraf dua tentang mitos (aku masih ragu haha), nah paragraf selanjutnya aku ingin bercerita tentang adegan yang aku meyakini bahwa hal itu adalah mitos, namun kebanyakan orang "katanya" itu fakta dan akan cepat terjadi. Hihihi... Entahlah..
Sabtu kemarin, tepat tanggal 27 Februari 2016, sepupu terdekat aku melangsungkan pernikahannya di Malang. Otomatis,, keluarga besar ikut andil dalam acara baik lamaran, akad nikah di Lamongan (yang berlangsung pada tanggal 20 Februari 2016) dan terakhir resepsi di Malang.
Dalam resepsi ini, sang MC yang bernama mas Ivan mengusulkan ide untuk mengumpulkan semua muda-mudi yang belum menikah untuk berkumpul didepan kuade. Aku dan ke 4 sepupu yang sedang bertugas sebagai among tamu di lantai satu diminta, dipaksa, disuruh naik ke hall, dan meninggalkan meja tamu. Sang ibu mengajukan diri untuk menggantikan kami. Ibu berada dibelakang meja among tamu ditemani oleh mbak sepupu.
Ada banyak sekali tamu yang hadir dan makan di hall, aku pikir, ide dari mas Ivan ini akan menarik perhatian orang-orang. Oh no, aku berniat mundur dan ingin kembali kebawah saja. Aku tidak tertarik sama yang beginian. Tapi semua saudara yang belum menikah sudah berkumpul dan mendorongku untuk ikutan maju kedepan, tak terkecuali mas Ivan yang keliatannya paling bersemangat **ya iyalah, dia yang punya ide**.
Mbak Andri pun ikutan maju *lho. Pasalnya dia uda punya suami dan Biyan (anak laki-laki nya). Bhahaha, katanya biar rame aja. Mas Angga (suami mbak Andri) pun juga ikutan maju. Alamakk opo-opoan iki >> kata mbak ipar nya mbak Andri xD.
Pito dan Wulan masih diberi arahan oleh juru kamera untuk melempar bunga dengan cara membelakangi penonton, selain untuk kepentingan shooting, juga agar bunga yang dilempar tidak meleset menjauhi penonton.
Sementara menunggu, akupun duduk ditempat juru kamera sembari melihat-lihat barisan belakang. Ternyata tak hanya among tamu dan saudara terdekat yang ikutan maju kedepan panggung,, teman-teman SMA Pito pun ikut nimbrung, mereka tepat berdiri dibelakangku. Teman-teman Pito dan Wulan yang lain pun juga ga mau kalah. Semua berbaris tidak beraturan didepan panggung kuade. Tak khayal ini kegiatan benar-benar menarik pusat perhatian tamu undangan.
Pito dan Wulan bersiap melempar setelah mendengar aba-aba dari juru kamera. Aku diminta untuk berdiri dan bersiap merebut bunga. Sepertinya,, berdiri aku siap, tapi kalau merebut...Mmmnnggg aku tidak siap sama sekali. Walah, wes dianggap seru-seruan ajah deh.
DAAAN, YAK, Pito dan Wulan melempar bunga.
Arah mataku tertuju pada bunga yang dilempar itu terbang tepat kearah kiriku. Tanpa sadar aku menangkapnya dengan tangan kanan. Aku menangkap tepat di gagang kayu bouqet bunganya. Tanpa sadar pula aku merasakan dari arah belakang ada tangan yang menangkap tanganku, bukan bunganya *ellho. Sementara yang lain tidak menangkap bunga itu. Suasana menjadi hening seketika. Kemudian tangan itu melepaskan tanganku. Belum sempat aku menoleh kebelakang, mas Ivan memecah keheningan dengan suaranya yang menyuruh tamu untuk memberi tepuk tangan.
Semua orang memberi tepuk tangan. Dua juru kamera kini giliran menyorotku kemudian memfotoku. Lalu mas Ivan menyodorkan mic MC nya dan menyuruhku untuk memberi kesan dan pesan pada pengantin.
Blank, jelas aku blank saat itu. Kejadiannya begitu cepat dan masih ga percaya aja aku yang dapat bunganya. Blitz kamera yang menyilaukan mata ikut menambah kebingunganku. Aku juga ga sadar mau ngomong apa di mic nya mas Ivan hahaha. Seingatku aku berkata, "semoga aku dan yang lain cepat menyusul kalian". Aku tidak berencana berbicara seperti itu, kalimat itu pure spontanitas keluar dari mulut...
Kamera bergantian menyorotku, pemilik kamera bergantian pula menyuruhku untuk berpose dengan si bunga. Rada' lebay sih ini ya. Sebel banget deh jadinya. Ga tau ya aku malu berat. Maafkan ya,, jadinya aku hanya berpose dengan menutup separuh wajahku dengan si bunga. Bunganya harum (alami) pula, jadinya hidungku tidak bisa lepas dari si bunga #apasih #efeklinglung.
Aku rasa cukup berposenya, aku menuju ke sepupu-sepupu yang telah menungguku. Mereka para ladies, yang diketuai mbak Andri, akan bernyanyi untuk tamu dan terutama sang pengantin. Hiyak,, baiklah, kami menyanyi dan diiringi oleh mas yang pegang gitar dan mas vokalis.
Kemudian setelah berdiskusi agak lama, akhirnya kami menyanyikan dua lagu, yakni Sempurna dari Andra n The Backbone dan Love Me Like You Do dari Ellie Goulding. Dua lagu itu terdengar romantis karena efek musik akustik dan tempo yang lebih slow dari aslinya. Bukan suara dari cewe-cewe ini hihihi. Duh,, maafkan yan para undangan yang terhormat, suara kami pas-pasan kok ya disuruh menyanyi... Lagi-lagi dalangnya si mas Ivan, yang mengompori mbak Andri untuk mengajak kami bernyanyi.
Lagi-lagi, juru kamera menyorot kami dengan kamera dan kamera video nya...
Usai bernyanyi, mas Ilung (sepupu tertua) menghampiriku. Beliau berkata, "lho kok kamu nyanyi-nyanyi disini! tadi siapa haiyo yang dsuruh jaga among tamu?". Nadanya yang sedikit meninggi, menyadarkanku kalau masih punya tanggung jawab di lantai bawah. Aku cuma nyengir dan langsung mengajak para ladies kebawah. Ternyata mereka masih ingin diatas dan akan makan siang. Duh dek,, yaudah deh aku aja yang kebawah.
Ibu dan mbak Ifa yang ditemani oleh om Awit dan tante Tutik kaget melihatku turun dari tangga. Sedetik kemudian tante Tutik bertepuk tangan dan mengucapkan selamat karena aku mendapat bunganya.. "Pokoknya, kalau menikah, jangan lupakan keluarga Japanan yah", kata tante Tutik. Duh, aku hanya bisa tersenyum malu.. "In sya allah te...".
Aku kembali duduk di meja among tamu.
Selamat datang di keluarga besar Malang, Wulan ^^ |
Banyak yang mendoakan semoga yang menerima bouqet bunga hari ini cepat menyusul Pito dan Wulan,, *aku : aamiin ya allah*,, tak terkecuali mas Yanto dan istri yang datang jauh-jauh dari Jakarta, ikut mendoakanku. Kemudian ada bude Nip (mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan ya bude) adik dari bude Han yang datang dari Solo yang juga mendoakanku, bahkan juga menanyakan kabar seseorang yang berada di Taiwan **LHO bude,, kok bisa tauu???! ya ampunn, jangan-jangan beritanya uda sampai nyampe di Solo ini, yang bocorin ini siapa toh yoo... T_T**.
Subhanallah,, hari ini aku mendapat doa banyak sekali, Alhamdulillah...
Subhanallah,, hari ini aku mendapat doa banyak sekali, Alhamdulillah...
Terlepas dari mitos atau fakta, aku tidak meragukan kekuasaan Allah.
Kalau kata Ibu, "siapa saja yang taat agamanya dan punya sifat bekerja keras, yang mendekatimu, yang serius sama kamu, tidak melukai dan mempermainkan kamu serta mau menerima apa adanya kamu beserta keluargamu,, maju ke ibu dan bapak kali pertama, in sya allah ibu terima".
Harapanku adalah,, semoga aku dan pilihanku tidak mengecewakan ibu dan bapak beserta keluarga besar ^^
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.