Sedari kemarin, Aan mengajak ANGLAS untuk ketemuan lalu pergi bareng kemana gitu seperti yang sering kami lakukan jaman dahulu (jaman dahulu jaree wkwk). Lama ga pergi "bareng" sama ANGLAS membuat Aan (dan juga aku sih..) kangen nge-trip bareng dan rindu masa-masa melakukan hal-hal gila yang pernah kami lakukan jaman SMA dan setelahnya. Tahun ini hampir semua anggota ANGLAS tidak memiliki waktu berkumpul karena saking sibuknya mereka. Hhmmmhh,.
Baca ini ya : Dahulu dan sekarang, kita tetap sama!
Sempat akan gagal bertemu karena cuma sedikit yang merespon pesan Aan di grup whatsapp, tapi kupikir, ah tak apalah walaupun ujung-ujungnya yang pergi hanya aku dan Aan "lagi". Yang penting Minggu ini aku bisa refresh pikiran dan hati tentunya. Tapi kemana ya enaknya,,
Tercetuslah ide ingin melihat pantai lama kenjeran, karena sebelumnya tiba-tiba terlintas di pikiran gambaran memori ketika ibu dan bapak membawaku ke pantai saat aku dan adikku masih kecil. Saat itu hari Minggu pula, kebetulan ibu bapak libur bekerja dan ibu kepingin makan sate kerang - lontong kupang di Kenjeran. Hmmmhh... Aku hanya mengingat sebagian kecil tempat yang pernah kukunjungi bersama ibu bapak, dan itupun terpotong-potong. Aku ingin mengulanginya kembali, seandainya pergi bersama ibu dan bapak kesini pasti akan lebih menyenangkan..
Aan mengiyakan ideku, pikirnya ketimbang ga jadi dan ga ngapa-ngapain dirumah mending jalan aja sama Lisa (wekekek), pikirku nanti sampai disana aku ingin berkuda di Kenjeran hihihi. Kudengar di Kenjeran juga ada area berkuda, sekalian aja deh aku siap-siap, ga bawa banyak barang dan pakai pakaian yang simpel aja.
Karena Aan tidak ada kendaraan, jadilah aku menjemputnya dirumahnya yang terletak di jalan Kedinding Surabaya, kurang lebih 13 km dari rumahku. Sesampainya dirumahnya Aan, aku mendapat dua surprise. Surprise pertama, kami tidak berangkat hanya berdua, Aan mengajak adik bungsunya, si Fahmi. Jadi ingat, Fahmi ini waktu kecil lucu banget, dia sering diajak Aan kalau lagi nge-trip bareng ANGLAS, ga nyangka sekarang dia uda besar dan imut huahaha. Surprise kedua, kami pergi tidak hanya bertiga, tapi Ibu dan mbak Luluk (plus bayi si mbak) juga ikut serta. Jadilah kami beramai-ramai ke pantai ria kenjeran lama. Syik asyik. Wait wait, dengan satu motor berangkatnya? Ya engga dong. Mbak Luluk bawa motor sendiri dengan membonceng ibunya Aan. #yukkitaberangkat
WOAH.. Pantainya ramai bangeeett ya an -___-. Yaiyalah Minggu lis! Kotor banget pasti ini an. Hmmm
Jangan ditanya deh untuk hari Minggu, pastinya bakal rame banget! Orang yang datang kesini ga hanya orang lokal dan dari Surabaya saja guys, tapi juga dari luar Surabaya. Terlihat disini ada berbagai macam huruf pada plat mobil dan bus yang parkir. Penuh lagi parkir kendaraan roda lebih dari dua itu. Hmmm
Fahmi menyuruh Aan agar parkir didalam area wisata pantai saja, selain karena harganya lebih murah daripada parkir di pinggir jalan/area luar wisata (dan lebih murah lagi kalau sudah kenal sama pak parkirnya) Fahmi memilih parkir dalam area karena tempatnya lebih adem - banyak pepohonan yang melindungi area parkir. Good, mi!
Parkir motor dalam dikenakan Rp 2.000,- ya teman-teman. Kalau parkir diluar area wisata/pinggir jalan dikenakan tarif Rp 5.000,-. Lalu untuk masuk ke wisata, para pengunjung dikenakan tarif Rp 10.000,- pada hari Minggu (FREE untuk anak-anak dengan tinggi badan dibawah 85cm, untuk anak-anak yang tinggi badannya diatas 85cm dikenakan tarif normal). Untuk hari biasa, tidak tertulis di loket mengenai tarifnya, tapi menurut ibunya Aan harganya lebih murah dibanding hari Minggu, yakni sekitar Rp 6.000,-.
Menantang sinar matahari dan angin laut |
Kepala jadi agak nggeliyeng melihat orang-orang sebanyak ini. Pengunjungnya BANYAK BANGEEETT. Karena ini sudah waktunya makan siang, kami pergi ke tempat makan. Kami berjalan agak lama sembari memilih tempat makan yang view nya langsung menghadap ke laut. Kemudian ibunya Aan berhenti dan berbicara dengan salah seorang penjual makanan, eh ternyata penjual makanan itu kenalan ibunya. "Wes, ayok makan disini aja, kali dapet kortingan entar", bisik ibunya Aan.
Berjejer berbagai tempat makan |
Setelah menunggu sekitar seperempat jam, pesanan kami datang dan siap disantap. Untuk rasa, yang namanya makanan ya pasti enak. Apalagi dimakan saat lapar. Hmmm. Harga makanan disini juga tidak terlampau mahal. Dari pesanan kami semua, rupiah yang harus kami bayar adalah Rp 51.000,- Kemudian oleh ibu penjual diberikan diskon 10% (ini karena kenalannya ibunya Aan nih hihihi).
Sempat kecewa nih, lantaran ga ada sewa kuda disini. Kalau mau berkuda, kami harus move dulu ke pantai kenjeran baru karena disana ada tempat persewaan kuda. Hufftthh, baiklah, mungkin berkudanya harus ditunda dulu ya.
Setelah kami makan-makan dan menikmati ramainya aktivitas pantai, kami jalan-jalan ke arah Utara yaitu tempat dimana ujung jembatan baru itu tertaut. Aku suka banget sama suasana sepanjang perjalanan menuju ujung jembatan, karena tidak banyak orang disitu ikkikik. Hanya ada pasir hitam dan coklatnya air laut. Desiran angin dan deburan ombak kecil sesekali membasahi sepatu karetku. Cuaca pun tidak menampakkan kejelasannya, beberapa waktu sinar matahari muncul dan beberapa waktu kemudian meredup. Romantis ya Lisa? Enggak lah, wong ga gandeng pacar kok #eaaa #baper.
Ibunya Aan dan mbak Luluk (plus si balita kecil Excel), memilih untuk tidak ikut ke ujung jembatan dan menunggu di pasar pusat oleh-oleh kenjeran. Alhasil cuma kami bertiga yang meng-explore tempat ini karena terdorong oleh rasa penasaran, bagaimana sih desain ujung jembatan baru itu.
Jembatan baru ini masih belum boleh dipergunakan oleh pengguna jalan baik pejalan kaki, pesepeda maupun pengendara beroda karena jembatan belum diresmikan. Beberapa pengunjung yang datang juga tak mau kalah untuk saling mencari tahu bagaimana sih bentuk dari duplikat jembatan Suramadu ini. Sebagian muda-mudi kesini untuk mengabadikan gambar, termasuk aku huehehe. Kabarnya, nanti jika sudah diresmikan, jembatan ini akan berfungsi sebagai penghubung antara pantai kenjeran lama dengan daerah di pantai kenjeran baru.
Gaya ala-ala. Aslinya ini hasil candid si Fahmi. |
Penampakan kiri, tengah dan kanan jembatan |
Bagi yang belum ngeh sama jembatan ini, mungkin kalian akan ngeh jika aku menyinggung soal jembatan yang didampingi oleh air mancur menari yang berwarna-warni. Sayangnya air mancur menarinya baru bisa dilihat jika hari sudah gelap, jadi aku ga bisa dokumentasiin saat ini deh...
Di kaki jembatan terdapat pedestrian yang dibangun sedemikian cantik, terutama eksteriornya. Pedestrian di kaki jembatan sebelah kiri terhubung dengan pantai kenjeran lama, sementara untuk pedestrian sebelah kanan akan terhubung dengan taman kota yang kini sedang dalam tahap pembangunan.
Tempat air mancur menari |
Aku berinisiatif membuat video untuk mengajak ANGLAS berwisata kesini. Kalau cuma foto kok rasanya kurang hidup ya. Here we are, ANGLAS ^^
Hahaha, si Aan lelah rupanya.
Usai kami explore jembatan baru ini, kami kembali ketempat Ibunya Aan menunggu. Kami masuk ke pasar pusat oleh-oleh khas Kenjeran.
Gedung pasar pusat oleh-oleh khas Kenjeran ini terbagi menjadi dua, sayap kanan dan sayap kiri. Sayap kanan terdapat penjual yang menjajakan berbagai olahan makanan yang keseluruhannya terbuat dari bahan dasar ikan dan non ikan hasil tangkapan nelayan sekitar. Sementara untuk sayap kiri diisi oleh berbagai macam jenis kerajinan tangan yang keseluruhannya juga berasal dari hasil tangkapan nelayan. Kemudian di bagian belakang gedung terdapat toko-toko yang menjual berbagai macam pakaian, topi, kaca mata, aksesoris dan bahkan ada yang menjual hewan reptil (seperti kura-kura).
Untuk harga yang ditawarkan oleh penjual dari makanan, pakaian, aksesoris sangatlah murah! Sungguhan ini. Ga nguras kantong pokoknya. Ibunya Aan yang sejatinya juga seorang pedagang di pasar Kedinding sampai geleng-geleng, mengapa harga pakaian bisa semurah itu. Tapi, juga ada pedagang yang sedikit nakal dengan memperhatikan penampilan kita, mereka bisa memanipulasi harga. Kalau ingin harga lokal disini, pintar-pintar aja kita nawarnya, dan satu lagi kalau punya kenalan orang Kenjeran, dibawa aja kesini, dijamin dikasih murah sama penjualnya hihihi.
Semua yang dijual disini adalah made in Indonesia alias hasil kerajinan penduduk lokal guys. Walaupun ada tulisan di dinding toko : import from.., jangan khawatir, itu hanya sebuah tulisan, aslinya ya made in Indonesia semuanya.
Oya, sampai lupa. Pantai kenjeran lama ini tidaklah sepi. Maksudnya bukan sepi pengunjungnya, tetapi sepi suasananya. Disini ada panggung orkes tempat para pemain musik (dangdut dan melayu) mempertunjukkan kebolehannya dalam bermain musik. Musiknya pun terdengar hingga ujung jembatan, jadi pantai ini ga sepi kan, alias full music. Yang suka sama musik dangdut, langsung merapat. Yang tidak suka musik dangdut (sepertiku), langsung menjauh hehe.
Jalan dari ujung jembatan sampai muter-muter di pusat oleh-oleh rupanya membuat Aan kelelahan. Padahal waktu SMA uda biasa jalan jauh dan kami ANGLAS (termasuk Aan dan aku) orang yang kuat untuk jalan jauh. Okelah yuk, kami duduk-duduk dulu di pendopo sambil mainan (apa mainin) si Excel. Excel ini anaknya mbak Luluk, umurnya masih 5 bulan tapi uda bisa nyanggah gulu (menyanggah leher) dan uda bisa tengkurep. Excel termasuk bayi yang memiliki badan sehat. Uwhh gemes gemess.
Aku mengajak Aan ke jembatan kayu yang menjorok dari pantai ke laut, berharap bisa melihat matahari tenggelam (walau bayangannya aja sekalipun gapapa deh). Tapi awan kelabu menutupi sinar mataharinya ditambah air lautnya sudah surut. Hewh sayang banget view nya yang kurang oke.
Hari sudah menjelang petang, air laut pun sudah surut, dan beberapa spot-spot yang semula ramai pengunjung kini mulai sepi. It's time to go back home.
Saat kami berjalan menuju pintu keluar, ada serombongan orang yang sedang mendorong gerobak sampah menuju ke arah yang berlawanan dengan arah kami. Itu bisa dijadikan bukti disini juga ada tim kebersihannya lho guys. Tinggal kitanya saja yang mau atau enggak peduli sama kebersihan tempat umum seperti disini. Mau atau enggak membuang sampah pada tempatnya. Mau apa enggak, tidak melempar sampah plastik ke laut. Yah, memang kok ya kebersihan itu juga mencerminkan sifat orangnya.
Disepanjang area menuju pintu keluar juga ada toko-toko yang menjual makanan dan souvenir tapi untuk harga aku kurang mengetahui karena kami fokus berjalan ke pintu keluar dan tidak mampir. Ingin cepat pulang karena hari benar-benar akan gelap.
"An, ini jerawat ya? Kok bentol tiga", tanyaku sambil mendekatkan wajah ke Aan. "Duduk wah, iku gatel be'e kena angin laut tadi, gosong awak ndewe rek", jawab Aan. "Iyooo, berangkat muka cerah pulang muka gosong tapi hati jadi riang gembira hahaha".
Nah, sekian dulu ceritaku di pantai yang unik ini. Seumur hidup tinggal di Surabaya kalau tidak jalan ke pantai kenjeran lama kan rasanya : MACAMMANAPULA hehehe. So far, pantai ini bagus untuk dijadikan destinasi jalan-jalan kalau di Surabaya. Untuk yang tinggal di luar Surabaya, tertarik ingin berkunjung? ^^
Gedung pasar pusat oleh-oleh khas Kenjeran ini terbagi menjadi dua, sayap kanan dan sayap kiri. Sayap kanan terdapat penjual yang menjajakan berbagai olahan makanan yang keseluruhannya terbuat dari bahan dasar ikan dan non ikan hasil tangkapan nelayan sekitar. Sementara untuk sayap kiri diisi oleh berbagai macam jenis kerajinan tangan yang keseluruhannya juga berasal dari hasil tangkapan nelayan. Kemudian di bagian belakang gedung terdapat toko-toko yang menjual berbagai macam pakaian, topi, kaca mata, aksesoris dan bahkan ada yang menjual hewan reptil (seperti kura-kura).
Untuk harga yang ditawarkan oleh penjual dari makanan, pakaian, aksesoris sangatlah murah! Sungguhan ini. Ga nguras kantong pokoknya. Ibunya Aan yang sejatinya juga seorang pedagang di pasar Kedinding sampai geleng-geleng, mengapa harga pakaian bisa semurah itu. Tapi, juga ada pedagang yang sedikit nakal dengan memperhatikan penampilan kita, mereka bisa memanipulasi harga. Kalau ingin harga lokal disini, pintar-pintar aja kita nawarnya, dan satu lagi kalau punya kenalan orang Kenjeran, dibawa aja kesini, dijamin dikasih murah sama penjualnya hihihi.
Semua yang dijual disini adalah made in Indonesia alias hasil kerajinan penduduk lokal guys. Walaupun ada tulisan di dinding toko : import from.., jangan khawatir, itu hanya sebuah tulisan, aslinya ya made in Indonesia semuanya.
Bahan dasar kerajinan : hasil laut Surabaya dan sekitarnya |
Berbagai macam bentuk dan warna-warni kerajinan tangan penduduk lokal |
How beautiful! How creative! (pinjam tangan Fahmi) |
Ikan yang diolah : diasap, diasinkan dan atau dikeringkan |
Jajanan yang dibuat dari hasil laut Surabaya dan sekitarnya |
Jalan dari ujung jembatan sampai muter-muter di pusat oleh-oleh rupanya membuat Aan kelelahan. Padahal waktu SMA uda biasa jalan jauh dan kami ANGLAS (termasuk Aan dan aku) orang yang kuat untuk jalan jauh. Okelah yuk, kami duduk-duduk dulu di pendopo sambil mainan (apa mainin) si Excel. Excel ini anaknya mbak Luluk, umurnya masih 5 bulan tapi uda bisa nyanggah gulu (menyanggah leher) dan uda bisa tengkurep. Excel termasuk bayi yang memiliki badan sehat. Uwhh gemes gemess.
Aku mengajak Aan ke jembatan kayu yang menjorok dari pantai ke laut, berharap bisa melihat matahari tenggelam (walau bayangannya aja sekalipun gapapa deh). Tapi awan kelabu menutupi sinar mataharinya ditambah air lautnya sudah surut. Hewh sayang banget view nya yang kurang oke.
Hari sudah menjelang petang, air laut pun sudah surut, dan beberapa spot-spot yang semula ramai pengunjung kini mulai sepi. It's time to go back home.
Saat kami berjalan menuju pintu keluar, ada serombongan orang yang sedang mendorong gerobak sampah menuju ke arah yang berlawanan dengan arah kami. Itu bisa dijadikan bukti disini juga ada tim kebersihannya lho guys. Tinggal kitanya saja yang mau atau enggak peduli sama kebersihan tempat umum seperti disini. Mau atau enggak membuang sampah pada tempatnya. Mau apa enggak, tidak melempar sampah plastik ke laut. Yah, memang kok ya kebersihan itu juga mencerminkan sifat orangnya.
Mari bersihkan sampah |
"An, ini jerawat ya? Kok bentol tiga", tanyaku sambil mendekatkan wajah ke Aan. "Duduk wah, iku gatel be'e kena angin laut tadi, gosong awak ndewe rek", jawab Aan. "Iyooo, berangkat muka cerah pulang muka gosong tapi hati jadi riang gembira hahaha".
Nah, sekian dulu ceritaku di pantai yang unik ini. Seumur hidup tinggal di Surabaya kalau tidak jalan ke pantai kenjeran lama kan rasanya : MACAMMANAPULA hehehe. So far, pantai ini bagus untuk dijadikan destinasi jalan-jalan kalau di Surabaya. Untuk yang tinggal di luar Surabaya, tertarik ingin berkunjung? ^^
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.