Berawal dari perkenalan menuju ke pelaminan. Inilah yang membuat aku salut dengan sepupuku (dan istri). Sepupu dari keluarga Ibu. Aku tidak tahu persis tanggal berapa mereka berkenalan kemudian jadian dan berapa lama mereka telah berpacaran. Itu sama sekali tidak terlihat penting ketika mereka berjanji untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan *standing applause*.
Aku menjadi salah satu dari ratusan orang yang menjadi saksi di hari bahagia Pito dan Wulan. Kebetulan aku berkesempatan hadir dan menjadi bagian dari pendukung acara pernikahan mereka. Aku ingin bercerita sedikit tentang hari bahagia mereka. Mau dengar? Keep scroll down ya ^^
Lamaran di Lamongan
Prosesi lamaran di Lamongan (Wulan adalah putri asli Lamongan) terlewatkan begitu saja bagiku karena yang hadir dalam lamaran (beberapa bulan sebelum akad nikah) ini adalah yang tua-tua saja. Maksudnya, yang hadir dalam acara lamaran tersebut adalah para orang tua dan sepupu tertua. Tentu saja tidak lah sepi, saudara Ibu keseluruhan berjumlah 8, Ibu dan bu Cicik (adik Ibu sekaligus mamanya Pito) adalah dua anak terakhir. Nah, jika ke 8 orang tersebut memiliki 2-3 anak, tinggal di kalikan saja. Oleh karena itu, sepupu aku banyak sekaliii hahaha. Untuk lamaran, aku tidak ikut serta, oleh karenanya, yuk mari lompat ke acara akad nikah saja.
Akad nikah di Lamongan
20 Februari (2016) adalah tanggal lahir Ibu sekaligus menjadi tanggal peresmian hubungan (ijab kabul) Pito dan Wulan. Akad nikah diselenggarakan di kediaman Wulan di Lamongan. Sebelum menuju ke kediaman mempelai wanita, rombongan keluarga kami (berangkat dari Malang, Japanan dan Surabaya) sepakat untuk berkumpul terlebih dahulu di stadion Surajaya, Lamongan.
Sempat dijadikan guyonan (bahan candaan) sama sepupu-sepupu tertua, "Iki Pito ape nglamar anake uwong ato ape tanding bola se, kok ngumpule nang kene". (Ini Pito mau melamar anaknya orang atau mau main bola sih, kok ngumpulnya disini). "Ape ndelok bal-balan be'e, dijak bal-balan iki". (Mau melihat sepak bola barangkali, diajak main bola ini). "Lha kok atek kostume ngene, dagelan be'e". (Tapi kok pakai kostum kayak gini, bercanda kali). "Ayo wes, bal-balan sek ae, ngenteni mantene sek durung adus, iki ono rombongan atlit bal-balan". (Ayo lah, sepak bola dulu saja, nunggu mempelainya masih belum mandi, ini kebetulan ada rombongan atelit sepak bola).
Lucunya, hampir semua rombongan Japanan dan Surabaya sudah datang, tapi si Pito belum mandi. Walhasil, rombongan Malang terlambat datangnya. Untung saja rombongan Malang menginap di hotel dekat stadion... Pas uda sampai, si Pito cengar cengir. "Woee, ga ngerti dienteni wong sak Malang yo", kata mas Ilung bercanda. "Iki gak nglamar anake wong ancene, iki ate bal-balan kok", sahut mas Udin.
Semua keluarga sudah berkumpul, kami membentuk lingkaran sambil berdiri. Seseorang yang belum aku kenal (wakilnya om Agus) memberikan sepatah dua patah kata tentang maksud berkumpulnya keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan doa penutup. Setelah itu, kurang lebih 7 mobil melaju berbaris menuju ke kediaman Wulan.
Sesampainya di gang dekat rumah Wulan, kami disambut meriah oleh keluarga mempelai wanita. Kameramen pernikahan menyorot kami semua. Sambil membawa hantaran kami berjalan beriringan menuju rumah Wulan. Muda mudi (Nuril, Mas Dana, Aku, Asri, Ayu) berjalan paling depan dan diikuti oleh keluarga dibelakangnya. MC mempersilahkan keluarga mempelai pria untuk duduk ditempat yang telah disediakan (tempat duduk perempuan dan laki-laki terpisah). Kedua orang tua Wulan mengajak om Agus dan bu Cicik ke ruang tamu untuk melihat prosesi ijab kabul.
Sebelum adanya proses ijab kabul, ada wejangan dari sesepuh keluarga mempelai wanita yang ditujukan untuk calon manten khususnya dan seluruh tamu yang hadir pada umumnya. Wejangan tersebut disampaikan dengan bahasa setengah jawa dan setengah bahasa Indonesia.
Yang sadar kamera cuma 3 cewe dibelakang xD |
Ijab kabul dilaksanakan dengan lancar. Bapak penghulu (selaku wakil dari bapaknya Wulan) menuntun Pito dan Pito pun mengikuti. Pito berhasil mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas setelah bapak penghulu menghentakkan tangan kanan Pito. Semua mengucap Alhamdulillah, Sah, dan Barokallah berturut-turut, dengan jeda satu tarikan nafas pula. Air mata mengalir dari pipi bude Atin, Ibu dan bu Cicik,, tak terkecuali dari beberapa tamu undangan yang hadir. Kini Wulan resmi menjadi istri sah Pito.
Prosesi ijab kabul berakhir, dilanjutkan dengan ramah tamah. Tamu undangan dipersilahkan untuk mengambil makanan yang telah disediakan. Ibunya Wulan adalah seorang perempuan yang jago sekali masak, oleh karenanya Wulan pun ikut jago masak. Kalau kata si Pito waktu curhat, "Ya ini, perutku makmur tanda bahagia hahaha". Bagaimana tidak, sewaktu mereka pacaran, hampir setiap hari Pito selalu datang ke kontrakan Wulan. Aku, asri dan ayu menilai : ya jelas ae pacaran sambil makan bikin Pito jadi gendut bhahaha.
Kembali ke cerita ibunya Wulan. Jadi, jamuan makanan yang disediakan untuk tamu dimasak oleh Ibunya dan keluarga Wulan sendiri. Kebetulan ibunya Wulan buka catering dan untuk urusan masak-masak plus suguhan untuk tetamu jadi mudah. Mari kita lihat makanannya. Disini ada bakso, sate ayam, lodeh, dan beberapa makanan yang aku lupa apa saja (selain itu, aku hanya makan bakso dan sate jadi ga noleh ke makanan yang lain, cuaca panasnya Lamongan membuat aku ingin makan siang dengan makanan yang ringan dan berkuah). Kemudian juga ada es campur dengan rasa sirsat. Hmmm, semua terasa nikmat. Alhamdulillah.. Aku sampai makan dua kali : semangkuk bakso dan sepiring sate hehehe.
Usai ramah tamah, kami berfoto dengan mantennya. Karena ruang foto berada di ruang tamu, jadi tidak bisa berfoto se-pasukan, harus foto satu keluarga-satu keluarga. Semua berjalan oke dan memuaskan. Hfftthh hanya satu bagian saja yang tidak membuatku merasa puas, yakni tidak bisa berfoto full dengan para sepupu termuda, ayu ga bisa katut ikut berfoto karena tempatnya ga cukup, hfftthh.
Ternyata antrian berfoto bersama manten banyak juga. Para keluarga dari pihak mempelai wanita dan mempelai pria turut mengantri dan bersabar menunggu giliran. Baik, setelah keluarga Malang dan Surabaya selesai berfoto dengan manten, kami berfoto bersama dihalaman. Sayangnya sebagian dari keluarga Malang sudah banyak yang balik duluan karena ada acara.
Bu Cicik dan om Agus masih bercengkerama dengan Ibu Bapak nya Wulan. Jadi, kami tidak bisa langsung ngacir pulang duluan. Sekitar hampir 20 menit-an, sesi foto dengan manten selesai. Wulan berjalan ke luar rumah sambil nyincing jarik nya, lalu berkata, "Wes mari tah iki! Wes tah yo" dengan cepat dan nada medhoknya terdengar jelas. Mbak Avin berkata, "Wadoh, iki rek Lamongan asli ternyata". Wulan berkata, "Iyo mbak, sumuk aku". Dan mbak Avin pun masih terheran-heran dan masih membahasnya saat sudah pulang ke Surabaya.
Yuk foto bareng mantennya yuk.
Lamongan itu benar-benar yaa, aduhai banget kalau lagi cuaca panas begini. Nampaknya, suhu udaranya lebih panas dari Surabaya. Tidak heran jika bahasa orang Lamongan begitu kuat (meskipun belum ada penelitian dengan hasil memuaskan yang menunjukkan adanya korelasi antara cuaca dan bahasa seseorang di suatu kota).
Waktu menunjukkan pukul 12 lebih (ga salah deh kalau semua merasa matahari tepat diatas kepala - panasnya eduuuunn). bu Cicik dan om Agus berpamitan dengan keluarga Wulan, setelah didesak oleh Ibu dan bude Atin heweweww. Selain didesak Ibu dan bude, nampaknya kursi-kursi tamu yang keburu diringkesi sama orang-orang ini, ikut memaksa kami untuk segera out dari sini.
Sejenak kami jadi pusat perhatian dari awal acara hari ini hingga akhir acara, apalagi dari kedua orang tua kami. Kok bisa, kami memakai pakaian yang senada? Beliau-beliau mengira bahwa kami bertiga janjian memakai dress berwarna hitam. Tapi kenyataannya, kami juga baru menyadari kalau pakaian kami senada ketika Ibu; bu Cicik; bude Atin dan mbak Avin terheran-heran melihat kami. Apalagi aku dan adikku yang tinggal se-rumah dan kadang se-kamar, sama sekali ga janjian pakai outfit warna yang sama. Tau-tau ya pas sudah pakai, kebetulan aja pakai warna yang senada. Jadi, kita kompakan nih ceritanya ^^.
Kembali ke cerita ibunya Wulan. Jadi, jamuan makanan yang disediakan untuk tamu dimasak oleh Ibunya dan keluarga Wulan sendiri. Kebetulan ibunya Wulan buka catering dan untuk urusan masak-masak plus suguhan untuk tetamu jadi mudah. Mari kita lihat makanannya. Disini ada bakso, sate ayam, lodeh, dan beberapa makanan yang aku lupa apa saja (selain itu, aku hanya makan bakso dan sate jadi ga noleh ke makanan yang lain, cuaca panasnya Lamongan membuat aku ingin makan siang dengan makanan yang ringan dan berkuah). Kemudian juga ada es campur dengan rasa sirsat. Hmmm, semua terasa nikmat. Alhamdulillah.. Aku sampai makan dua kali : semangkuk bakso dan sepiring sate hehehe.
Usai ramah tamah, kami berfoto dengan mantennya. Karena ruang foto berada di ruang tamu, jadi tidak bisa berfoto se-pasukan, harus foto satu keluarga-satu keluarga. Semua berjalan oke dan memuaskan. Hfftthh hanya satu bagian saja yang tidak membuatku merasa puas, yakni tidak bisa berfoto full dengan para sepupu termuda, ayu ga bisa katut ikut berfoto karena tempatnya ga cukup, hfftthh.
Ternyata antrian berfoto bersama manten banyak juga. Para keluarga dari pihak mempelai wanita dan mempelai pria turut mengantri dan bersabar menunggu giliran. Baik, setelah keluarga Malang dan Surabaya selesai berfoto dengan manten, kami berfoto bersama dihalaman. Sayangnya sebagian dari keluarga Malang sudah banyak yang balik duluan karena ada acara.
Smile! |
Yuk foto bareng mantennya yuk.
Smile lagi! |
Waktu menunjukkan pukul 12 lebih (ga salah deh kalau semua merasa matahari tepat diatas kepala - panasnya eduuuunn). bu Cicik dan om Agus berpamitan dengan keluarga Wulan, setelah didesak oleh Ibu dan bude Atin heweweww. Selain didesak Ibu dan bude, nampaknya kursi-kursi tamu yang keburu diringkesi sama orang-orang ini, ikut memaksa kami untuk segera out dari sini.
Siblings |
Pito ditinggal di rumah keluarga Wulan, tapi dia tidak sendiri. Dia ditemani oleh mobil sedan nya hahaha. Ibu; Bapak; om Agus; bu Cicik; pakde Aang; bude Atin dan Ayu kembali ke hotel tempat mereka menginap, sementara aku; Asri; mbak Avin; mas Indra; Kalev; Kanov dan Kafiya balik ke Surabaya. Besok masih ada acara : resepsi pernikahan yang diadakan oleh keluarganya Wulan. Direncanakan pejabat pemerintahan Lamongan akan datang di resepsi tersebut, mengingat Bapaknya Wulan masih bersaudara dan berkerabat dengan beliau-beliau. Menurut cerita keluarga, Bapaknya Wulan ini pernah menjabat sebagai ketua persepakbolaan Lamongan. Hmmmhh, ya sudah dipastikan, dalam resepsi besok ini akan dihadiri oleh orang-orang penting Lamongan.
Resepsi di Lamongan
Aku tidak mengikuti rangkaian acara tanggal 21 Februari 2016 ini -- resepsi pernikahan yang diselenggarakan oleh keluarga mempelai wanita di Lamongan. Tapi aku mendengar sepenggal ceritanya dan mendapatkan beberapa kiriman foto.
Nuansa hijau tua mewarnai resepsi ini. Terlihat dari beberapa foto, yang mana mantennya memakai couple wedding dress berwarna hijau tua dengan motif berwarna gold. Gerai-gerai kain dan accessories yang menghiasi gedung pun memiliki warna yang sama dan senada. Mari kita lihat satu foto yang paling aku sukai di acara ini.
Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, pejabat pemerintahan Lamongan hadir dalam resepsi ini. Namun beliau-beliau datang di hampir penghujung acara.
Karena bu Cicik dan om Agus masih bertugas menjamu tamu di resepsi, keluarga Malang yang lain memutuskan untuk jalan-jalan ke sekitar lokasi gedung resepsi. Dan aku suka banget sama foto yang ini ^^
Cerita wedding nya Pito tidak berakhir di Lamongan. Masih ada kelanjutan ceritanya di Malang. Ikuti terus ya ^^
Baca cerita selanjutnya ya : Pito's Wedding Story part 2
Resepsi di Lamongan
Aku tidak mengikuti rangkaian acara tanggal 21 Februari 2016 ini -- resepsi pernikahan yang diselenggarakan oleh keluarga mempelai wanita di Lamongan. Tapi aku mendengar sepenggal ceritanya dan mendapatkan beberapa kiriman foto.
Nuansa hijau tua mewarnai resepsi ini. Terlihat dari beberapa foto, yang mana mantennya memakai couple wedding dress berwarna hijau tua dengan motif berwarna gold. Gerai-gerai kain dan accessories yang menghiasi gedung pun memiliki warna yang sama dan senada. Mari kita lihat satu foto yang paling aku sukai di acara ini.
Pito and family |
Karena bu Cicik dan om Agus masih bertugas menjamu tamu di resepsi, keluarga Malang yang lain memutuskan untuk jalan-jalan ke sekitar lokasi gedung resepsi. Dan aku suka banget sama foto yang ini ^^
Cerita wedding nya Pito tidak berakhir di Lamongan. Masih ada kelanjutan ceritanya di Malang. Ikuti terus ya ^^
Baca cerita selanjutnya ya : Pito's Wedding Story part 2
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.