Hai. Ini adalah lanjutan perjalanan yang telah aku ceritakan sebelumnya. Maafkan ya jika cerita sebelumnya kurang kena feelnya, maklum tulisannya sedikit maraton dan pas banget lagi nulis mendadak ilang mood tapi tetep dipaksa buat nulis. Itu ga baik ya ternyata, berdampak pada hasil tulisan yang jelek kualitasnya.
Untuk itu, tulisan berikut aku mencoba untuk menumbuhkan feel bagus dengan mengingat sejarah keluarga. Lho? Apa hubungan sejarah keluarga dengan tulisan berikutnya? Ada deh. Pingin tau lebih lanjut? Baca sampai akhir ya ^^.
~oOo~
Sepulang dari Lawang, kami berencana berkunjung ke masjid Muhammad Cheng Hoo Pandaan. Letak masjid ini searah dengan jalan kami pulang, lebih tepatnya berada dipertigaan jalan Pandaan-Tretes-Surabaya. Hujan angin pun datang tiba-tiba ketika kami turun untuk mengisi bahan bakar motor di salah satu SPBU di daerah Sengon. Tapi tak sedikitpun menyurutkan niat kami untuk datang ke masjid ini.
Teman pasti sudah pernah mendengar sejarah tentang datangnya saudagar China ke Indonesia untuk berdagang dan menyiarkan agama Islam. Adalah Zheng He Zhuan atau Sam Pok Kong atau Cheng Hoo, seorang laksamana China yang terlahir sebagai seorang muslim, yang memimpin ekspedisi besar ke Samudera Barat dan juga berpengaruh terhadap politik serta penyebaran agama Islam di kepulauan Asia Tenggara. Dalam sejarah Tiongkok, tercatat ada tujuh kali Zheng He Zhuan singgah ke pelabuhan Nusantara yakni pada pulau Sumatera dan Jawa. Jejak sejarah tersebut dapat dilihat di kota Palembang; Semarang dan Surabaya. Palembang dan Surabaya didirikan masjid Cheng Hoo, di Semarang didirikan sebuah klenteng Sam Pok Kong.
Nah, apa hubungannya sejarah diatas dengan sejarah keluarga?
Ibu aku pernah bercerita, bahwa kakek nya ibu adalah seorang saudagar dari negeri tirai bambu yang datang ke Indonesia untuk berdagang, yang kemudian menikah dengan seorang perempuan keturunan kerajaan dan pesantren di Pasuruan dan menjadi seorang muallaf. Anak dari kakek (alias ayahnya Ibu) di pondokkan di pesantren tersebut sedari kecil hingga menikah. Yang selalu terputar di otakku adalah ketika tiga Pakde tertua (tiga kakaknya Ibu) berangkat ke Pasuruan dan sekitarnya untuk mencari asal usul dari neneknya namun tidak ketemu, hingga akhir hayat ketiga pakde aku tidak menemukan sejarah dari neneknya, entah sengaja disembunyikan oleh ayahnya atau bagaimana aku juga tidak mengerti. Yang jelas,, semua keturunan dari kakek buyut adalah type pekerja keras.
Berangkat dari cerita tersebut, aku mengagumi bangsa kakekku itu (padahal dulunya ga pernah mau mengakui sebab pro kontra yang terjadi saat itu) dan China muslim tidak sejelek kata orang. Aku mulai mempelajari sejarah-sejarah keluarga berdasarkan cerita Ibu, Bude dan Pakde. Sempat aku memejamkan mata kemudian terbayang wajah keempat Pakdeku, wajah Ibuku dan wajah Tanteku,, semuanya memiliki kemiripan yang kemudian menurun ke saudara sepupu dan aku. Mengapa harus tidak mengakui sejarah keluarga, hanya karena penilaian orang-orang?
Aku juga sangat mengagumi arsitektur Masjid Cheng Hoo baik masjid yang di Surabaya maupun di Pandaan. Aku selalu mampir untuk sholat jika sedang tidak jauh dari lokasi Masjid Cheng Hoo Surabaya. Ada rasa ketertarikan tersendiri ketika melewati masjid Cheng Hoo Pandaan, dan itu terjadi berulang-ulang saat pulang dari Malang ke Surabaya. Aku sangat bersyukur akhirnya bisa kesini hari minggu kemarin.
Jika di Surabaya didirikan masjid Cheng Hoo untuk mengenang kehadiran Zheng He Zhuan yang menyebarkan agama Islam di Surabaya, bagaimana dengan masjid Cheng Hoo Pandaan?
Zheng He Zhuan dalam berdagang dan menyebarkan agama islam tidak sampai ke Pandaan, jadi Masjid Muhammad Cheng Hoo Pandaan didirikan tanpa ada jejak sejarah. Masjid Cheng Hoo Pandaan didirikan pada tahun 2003 oleh pemerintah Pasuruan yang memiliki tujuan selain untuk mengenang laksamana Cheng Hoo juga sebagai tempat berkumpulnya Komunitas Tionghoa Muslim Indonesia di Jawa Timur.
Yuk, tengok sudut masjid yang diambil melalui lensa kamera android ku ^^
Bersandar |
Ornamen Jendela |
Merah = Ramai |
Menghayati sejarah |
Ini masjid, bukan klenteng |
Alhamdulillah keinginanku untuk sholat disini sudah tercapai. Semoga kedepannya ada kesempatan lagi untuk menunaikan sholat disini. Aamiin. ^^
Bagus ya masjidnya, aku lebih sering berkunjung ke masjid chengho yang di surabaya
BalasHapusMas Eko sekali sekali harus mengunjungi masjid ini deh. Feelnya beda sama yg di Surabaya ^^
Hapus