Teman-teman yang hobi berolahraga dalam ruangan pasti sudah tak asing lagi dengan yang namanya Gold’s Gym. Yap, Gold’s Gym ini tempat gym dan fitness yang oke bingits di kawasan Surabaya Barat. Sudah hampir tiga minggu lamanya undangan untuk nge-gym disini aku tangguhkan karena jadwalnya bentrok sama jadwal aku ngajar. Tapi mas Fariz selaku konsultan trainer gigih banget menghubungi dan hfuallah, baru bisa sekarang aku meng-iya-kan undangannya.
Mas Fariz memperbolehkan aku untuk membawa teman dan atau rombongan, tapi sepertinya mencari teman untuk diajak nge-gym sama susahnya seperti mencocokkan jadwal nge-gym, jadi aku cuma bisa mengajak satu orang dan bersyukur aku berjodoh bisa nge-gym bareng sama konco plek pas kuliah satu ini : Via. Lalala yeyeye. Mari kita olahraga sore ini, vii.
Bagi yang baru pertama kali kesini, agar tidak tersesat didalam, kita perlu datangi bagian resepsionisnya. Nanti oleh konsultan trainer disana akan dijelaskan kelas-kelas apa saja yang bisa diikuti.
Bagian Resepsionis |
Karena aku dan Via datang berdasarkan undangan untuk mencoba kelas trial selama seharian, kami harus menyetorkan identitas (bisa KTP, SIM atau identitas lainnya) terlebih dulu. Mas Fariz selaku yang memberi undangan memberikan kunci loker dan memberi kesempatan untuk kami ganti pakaian dulu.
Kita mengikuti kelas dan latihan disini tergantung dari
tubuh dan tujuan kita datang ke-gym. Disini terdapat alat yang dapat
menganalisis komposisi tubuh, yang tidak dimiliki oleh kebanyakan tempat finess dan gym. Letak alatnya tidak jauh dari pintu masuk dan terletak diantara ruangan kelas pilates dan locker kamar ganti wanita. Alat ini berguna untuk mengetahui komposisi apa yang berlebih dari tubuh dan apa yang kurang dari tubuh. Alatnya berbentuk seperti sebuah timbangan berat badan manusia, jadi kita tinggal naik keatasnya dan menekan beberapa tombol sesuai dengan kebutuhan kita terhadap alat ini. Nanti dari alat tersebut, akan keluar laporan analisis komposisi tubuh.
Seperti contoh aku, gender Perempuan, berumur (age) 25 tahun, tinggi (height) 158 cm. Hasil laporan menuliskan bahwa berat badanku saat ditimbang sebesar (weight) 45,8 kg, menurut laporan alat, berat badan yang ideal untukku seharusnya (ideal body weight) 54,9 kg.
Usia aku yang sebenarnya adalah 25 tahun, namun usia metabolis aku (metabolic age) 19 tahun. Mengapa usia metabolis tercatat lebih muda dari usia sebenarnya? Mas Fariz menjelaskan usia sistem metabolis tubuh manusia yang lebih muda dibanding usia sebenarnya menunjukkan bahwa tubuh dari orang yang bersangkutan ternilai lebih muda sehingga sudah dipastikan bahwa metabolis akan berjalan layaknya usia metabolis yang ditampilkan. Hal ini dinilai sangat bagus, mengingat orang-orang yang datang kesini usia metabolis nya tercatat lebih tua dibanding usia sebenarnya. Usia metabolis juga dapat disangkutkan dengan pemikiran, gaya hidup dan pola makan.
Badan aku tercatat kelebihan lemak, karena menurut alat, prosentasi lemak tercatat (fat %) 24,1 % dan jika dikonversikan dalam berat sebanyak (fat mass) 11,1 kg kelebihan lemak ada dalam tubuh. Walau aku tercatat kelebihan lemak, tapi aku bersyukur karena lemak yang membungkus organ dalam (Visceral Fat Rating) aku masih dinilai sangat bagus yakni berada diangka 1. Angka 1-5 dinilai sangat bagus, angka 6-10 dinilai normal, dan ngka 11-13 dinilai warning dan harus diwaspadai.
Kalau aku tercatat kelebihan lemak, lalu mengapa berat badanku masih dinilai belum memasuki ideal ya?
Ternyata penyebabnya adalah karena aku kekurangan massa otot. Massa otot aku menurut alat, tercatat masih berada di kolom negatif, dan harus ditingkatkan terutama dibagian lengan dan tubuh bagian atas. Mas Fariz menyarankan agar mengubah lemak menjadi massa otot jika ingin membentuk tubuh yang ideal. Jika ingin mentransfer lemak menjadi massa otot, aku disarankan untuk melakukan sejumlah maintenance tubuh bagian atas untuk meningkatkan massa otot. Melakukan push up dan kawan-kawan sangat disarankan. Siap pak!
Total kadar air dalam tubuhku mencapai (TBW %) 51,2 % atau (TBW) 23,5 kg Berat badan aku jika dihitung tanpa ada lemak sebesar (FFM) 34,8 kg, dengan berat tulang keseluruhan cuma (bone mass) 1,9 kg. Ga heran deh kalau tulang ku kecil bingits. Kira-kira tulang masih bisa bertambah berat ngga yaa?
Secara keseluruhan derajat obesitasku (degree of obesity) menunjukkan angka negatif yakni -16,4%, dan kemungkinan untuk gendut karena penimbunan lemak masih jauh, jadi ga perlu ditakuti dan ga perlu dibayangkan jadi gendut kata masnya.
Penjelasan terakhir dari mas Fariz adalah mengenai BMR atau pembakaran kalori oleh tubuh disaat tidak beraktivitas. Menurut indikator, BMR ku berhenti di kolom positif. Semakin indikator mengarah ke positif semakin bagus. Bahkan aku pun dinilai disaat duduk maupun tidur, badanku bisa membakar lemak dengan sendirinya. Itulah mengapa aku dinilai sangat jauh dari kata obesitas.
All right! Aku jadi tau apa yang aku butuhkan disini dan kegiatan apa saja yang harus aku lakukan disini. Pertama, membakar lemak bagian pantat dan paha. Kedua, menambah massa otot pada lengan. Ketiga, pendinginan biar ga kram.
Here we go!
Ada seorang personal trainer berusia mirip dengan bapak aku mengantarkan kami ke latihan dengan treadmill. Karena ruangan gym full musik jedak jeduk, saat berkenalan, aku dan Via tidak mendengar jelas nama beliau. Beliau pun sepertinya tidak peduli dengan nama kami hahaha. Beliau meng-set treadmill hingga 30 menit (untung saja beliau tidak meng-set kecepatan treadmill), kemudian beliau meninggalkan kami.
30 menit aku lalui di atas treadmill sambil berjalan dan berlari, bergantian. Keringat sudah keluar bercucuran di 4 menit pertama dan semakin deras mengalir dimenit-menit selanjutnya. Pemandangan ramainya EF Sutos dan gerai Starbucks dan cowok-cowok ganteng pun menemani kami berlari dan berjalan.
Total waktu latihan treadmill adalah 32 menit 27 detik, selama itu aku sudah berlari dan berjalan sejauh 2,25 km, dan kalori yang terbakar adalah sebanyak 92 kalori. Keringat masih mengalir deras.
Setelah latihan treadmill, kami mencoba mengikuti kelas body combat. Kami datang saat kelas sudah mulai, untungnya ada space buat kami. Kelas body combat ini sebenarnya ditujukan untuk orang yang ingin membakar lemak dalam jumlah besar. Sebenarnya tidak disarankan buat aku (karena kata mas nya : kalau kamu nyoba masuk kelas itu, lama-lama lemakmu jadi habis nanti), tapi kelas ini juga ada gerakan yang membuat massa otot pada lengan dan betis bertambah, jadi yaa aku kekeuh aja masuk kelas.
Sepuluh menit pertama, baik-baik saja, aku bisa mengikuti gerakan trainernya yang enerjik abiss walau sedikit kewalahan. Lima menit berikutnya sudah kerasa pusing, nggliyeng dan mual. Untung saja selanjutnya ada gerakan push up, jadi aku bisa curi-curi merebahkan badan dilantai deh hihihi. Lima menit berikutnya aku semakin bersemangat “meninju” dan “menendang” angin mengikuti sang trainer. Semakin bersemangat meninju dan menendang dengan mengingat-ingat orang-orang yang menyebalkan yang mengakibatkan masalah dalam hidupku ahhhahaha. Sang trainer mulai mencontohkan gerakan calm down dimenit-menit selanjutnya, disaat itulah aku dan beberapa orang keluar dari kelas, karena sudah pasti gerakan calm down hanya diawal tapi selanjutnya gerakannya lebih dahsyat lagi mengingat sisa waktu kelas body combat ini masih ada setengah jam lagi. Via pun mengikutiku keluar kelas.
“Aku iku mau keluar kelas lis, ngelu aku, nggliyeng..”, kata Via sambil mengajakku duduk disofa depan kelas.
“Ellho, mangkanya aku tadi noleh kebelakang nyari kamu kok ga ada vi”
“Iyo aku gak kuat…”
Wah,, guokil juga ya. Aku lebih bisa mengikuti gerakan pencak silat selama dua jam berturut-turut dibanding gerakan body combat yang cuma kujalanin setengah jam ini. Tapi… Pencak silat ada dijaman dulu ya, ketika tubuh sedang enerjik-enerjiknya, dan body combat dilakukan dijaman sekarang, ketika tubuh sudah jarang beraktivitas enerjik.
Aku mengajak Via lanjut bergerak dengan melakukan stretching didepan cermin. Dia kelihatan ngos-ngosan, kasihan rek… Padahal nih, jaman awal kuliah, kami dinilai teman-teman sebagai perempuan aktivis yang sangat enerjik. Via dengan kegiatan pramuka dan beladiri nya, aku dengan kegiatan militer MENWA. Ngga nyangka, 6 tahun berlalu dan semua jadi berubah hahaha.
Aku melakukan stretching pada kaki. Gerakan menendang di kelas body combat membuat otot kakiku jadi tegang. Dan ketika meletakkan kaki diatas pegangan besi, rasanya nikmat banget ya Allah… Aku menyarankan Via melakukan hal yang sama, dan dia menuruti.
Kami duduk didepan cermin setelah stretching sembari mengobrol dan mengamati tiap-tiap orang yang datang kemari. Dari yang bermata sipit hingga yang Jawa asli, dari yang berpakaian seksi sampai yang shar’i (shar’i fitness=berjilbab dan memakai kaos yang tidak membentuk tubuh), dari yang ganteng sampai yang gak ganteng berumur, dan ini yang paling penting dari yang berotot kekar sampai yang berotot gelambir. Semua ada disini. Semua sibuk dengan alat-alat dan gerakan. Semua sibuk berolahraga dan membentuk tubuh. Aku juga ga boleh kalah.
Via mengajakku untuk berlatih bersepeda statis. Karena masing-masing ga tau tombol mana yang harus ditekan agar bisa nyala, aku putuskan untuk bertanya pada mbak-mbak yang juga melakukan latihan bersepeda. Sesuai dengan arahan dari mbak tersebut, akhirnya kami bisa menggunakan alat ini ha ha. Ternyata hanya dengan mengayuh pedalnya, sepeda statis itu nyala dengan sendirinya. Owalah owalah. Maklum belum pernah menggunakan alat yang seperti ini hihihi.
Bisa dibilang sangat menenangkan berlatih menggunakan sepeda statis. Jika temans ingin mengayuh dengan santai, temans bisa atur manual. Tapi jika temans tujuan mengayuh sepeda untuk membakar lemak, temans bisa tekan tombol start-fat burning-go.
Total waktu aku bersepeda adalah 20 menit 15 detik, sudah menempuh jarak 4,6 km dan ada 32,4 kalori yang terbakar. Lumayan...
Alat yang kami gunakan selanjutnya adalah Air Walker. Air walker dirancang untuk mengkonversi lemak di paha menjadi otot serta mengencangkan otot pantat. Selain itu, kurasa, jika kita sering-sering berlatih menggunakan air walker, kita akan terbantu ketika akan naik gunung karena akan terasa ringan dikaki ketika memanjat. Untukku, alat ini sangat berat dan menyiksa, padahal sebenarnya berlatih menggunakan alat ini adalah hal yang aku butuhkan untuk membakar lemak dipinggul, pantat dan paha. Alhasil aku hanya bertahan di menit ke 4 dan hanya 17 kalori yang terbakar.
Aku mengajak Via duduk sebentar untuk meregangkan otot kaki. Kebetulan didepan kami ada cermin, alhasil kami welfie-welfie deh.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 9 malam. Sebelum kami mengakhiri fitness dan gym hari ini, kami menimbang badan dengan alat analisis komposisi tubuh yang diawal telah kami gunakan. Dan ini hasil analisis tubuhku.
Ada yang berubah? Pastinya...
Olahraga itu penting lho, jangan nunggu gendut baru olahraga mati-matian ngurusin lemak. Kalau bisa, minimal kita rutin berjalan maksimal 30 menit sehari.
Kalau temans berdomisili di Surabaya dan ingin datang nge-gym, boleh lah datang kesini.
Oke man teman? Aku dan Via mau makan dulu, laparrr hehe. Tapi... Percuma ga ya, abis bakar lemak lalu makan nasi? :p. Ah biarlah, aku masih jauh dari kata gendut kok xixixi.