Laut, bisa dibilang aku fanatik belajar mengenainya.
Aku besar di kota yang terletak ditepi laut
Plat M juga didirikan di kota yang juga terletak ditepi laut
Aku dan Plat M dipertemukan dengan bantuan jembatan Suramadu
Madura. Apa yang ada dipikiran temans tentang pulau ini? Hmmm, pasti deh kalau temans tidak mengenal Madura lebih jauh, yang muncul dipikiran hanyalah stigma negatif. Iya apa iyaaa~
Tenang, aku dulu juga berpikiran sama.
Kenal sama do’i pas les English pun isinya waspada melulu, sampai pacaran pun juga aku selalu waspada sama dia (kalau ini mah gegaranya dia punya sifat 3G : Genit, Ganjen, Gimanaahhh gitu #ehh). Nah, apakah hanya do’i yang bisa membuat aku berubah pikiran tentang stigma negatif akan Madura?
Jawabannya : Engga dong.
Do’i mengenalkanku dengan teman-teman plat M untuk kali pertama, saat itu pertemuan aku dengan nak kanak plat M untuk kali pertama di stasiun Gubeng Baru. Ada namanya mas Raden, mas Isnain, Anam dan Fadhil yang akan berangkat ke kota Jogja untuk kopdar. Apakah mereka berwajah sangar dan bertabiat keras? Engga sama sekali. Wajah dan tabiat mereka sama seperti orang Jawa pada umumnya.
Pertemuan-pertemuan berikutnya, aku mengenal mas Raden dan Riska sebagai pasangan yang baru jadian, dan merekalah teman dekat yang mengenalkan (kembali) dengan yang namanya blog.
Tentunya pertemuan dengan segelintir orang Madura yang saya ceritakan secara singkat tidak bisa membuat temans (yang masih berfikiran stigma negatif tentang Madura) percaya kalau Madura itu tidak seseram yang dibayangkan.
Nah, kalau begitu, apakah temans sudah melihat berita dan foto-foto kegiatan blogger nasional yang diselenggarakan oleh Plat M, BPWS dan rekanan tanggal 22-25 November 2016 yang lalu, belum? Kalau belum coba deh cek twitter, Instagram, facebook dan youtube dengan hastag #MenduniakanMadura dan #JejakBPWS. Apakah stigma negatif tentang Madura sudah berkurang dari pikiran temans?
Peserta blogger yang berminat untuk datang ke Madura dan mengikuti acara ini amatlah sangat banyak bahkan mereka berasal beberapa penjuru Indonesia. Namun hanya yang beruntung lah yang bisa hadir dalam acara ini. Dari pulau Sumatera ada mbak Molly (Medan) dan mas Fajrin (Lampung). Dari pulau Kalimantan ada mas Dwi Wahyudi, mas Ipuy, mas Edo, dan mas Adetya yang semuanya berasal dari kota Pontianak. Peserta blogger dari Jawa tersebar merata dari berbagai provinsi diantaranya ada mas Timothy dan Windah (Tangerang), mas Salman; mbak Mira Utami dan mbak Aprijanti (Jakarta), mbak Mira Sahid (Bekasi), mas Priangga (Bandung), mbak Uniek (Semarang), mbak Indahjuli; mbak Atanasia; mas Hanif dan Andi (Yogyakarta), mas Firman (Klaten), mas Halim (Surakarta), mas Wijayanto (Rembang), mas Ndop (Nganjuk), Silviana (Kediri); mas Didik (Bojonegoro), mbak Wulan (Mojokerto), om Budiono; mbak Yuni dan Aya (Surabaya), mas Dito (Sidoarjo), mas Pardi (Ponorogo), mbak Dian (Sumenep), dan Vivi (Bangkalan).
Lalu aku berada dimana? Harapan awal, aku ingin sekali dimasukkan sebagai peserta, tapi do’i berkata lain. Namaku sudah berada dalam list panitia. “Masak nyonya alam jadi peserta!”, kata do’i. Perdebatan jobdis sudah terjadi jauh-jauh hari, aku gamau jadi bendahara seperti yang do’i rencanakan, aku takut khilaf dan tidak adil. Lagipula jika ada dua bendahara dalam satu acara, banyak ga enaknya (kalau ini based on experience). Akhir perdebatan, aku menyetujui menjadi sie konsumsi.
Semua panitia adalah anggota Plat M, tentulah yang punya gawe kan Plat M. Ada mas Wahyu Alam dan mas Vicky sebagai pentolan acara, Anam, mas Zamroni, Riska, mas Raden, mbak Erna, Berri, mas Eko, Nila, Mahdus, Ilham, Aldi, Ali, Rosyid dan Sayadi. Mereka semua keren! Gak ada mereka, acara ini gak akan jalan!. Selain anggota Plat M, acara sekeren ini dibeking oleh CV milik bapak dan ibu Mukti serta mas Fadhel selaku ketua dari Asosiasi Desa Wisata (ASIDEWI). Standing applause untuk kita semua!
Kalau aku bilang acara ini keren, apakah temans masih punya stigma negatif tentang Madura?
Berikut ini ada fakta unik yang didapat selama acara #MenduniakanMadura #JejakBPWS.
1. Peserta diajak menyusuri aspal dari sisi utara Madura melingkar hingga ke selatan. Benar-benar mengelilingi seratus persen!
2. Empat hari tiga malam sepertinya menjadi tur blogger paling lama yang pernah ada di Indonesia.
3. Belum ada pertemuan blogger yang diadakan di empat kabupaten sekaligus. Bahkan dengan menginap di tiga kabupaten berbeda: Sampang, Sumenep dan Bangkalan.
4. Menyusuri empat kabupaten se-Madura dengan pengawalan dari empat Polres secara estafet: Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Sepertinya juga pertama di Indonesia.
5. Setelah Amprokan Blogger, ini acara blogger kedua yang dikawal oleh kepolisian.
6. Kera di hutan Nepa itu akan hadir kalau dipanggil oleh juru kunci menggunakan mantra tertentu, jika hari biasa sulit menemukan kera sebanyak kemarin.
7. Air terjun toroan tidak boleh dibuat berenang karena terdapat palung yang sangat dalam. Sudah ada beberapa korban meninggal karena nekat berenang ataupun terjatuh.
8. TPI Pasongsongan dikelola oleh Provinsi, bukan Kabupaten dan menjadi yang terbesar di Madura.
9. Giliyang pulau yang melintang dari utara ke selatan, tidak seperti mayoritas pulau lain di Indonesia. LAPAN melalukan riset selama enam bulan di Giliyang dengan berpindah dari satu titik ke titik yang lain. Akhirnya ditemukan 17 titik oksigen yang masih dirahasiakan (1 dibocorkan masyarakat ke Plat-M). Oksigen di Giliyang baru dapat dirasakan pada dini hari setelah pukul 01:00 hingga sebelum subuh. Pukul 03:30 oksigen terasa seperti tertiup AC dengan intensitas yang sangat kecil.
10. Paving, homestay dan pengaliran air bersih di Giliyang difasilitasi oleh BPWS.
11. Siwalan dapat diolah menjadi Gula di pulau Gili Iyang.
12. Turunan mbah Sunan di Kwanyar tidak boleh makan ikan mondung, jika makan akan terkena penyakit seperti panu.
13. Konsep rumah di Madura itu dikenal Tanean Lanjeng.
14. Ke 32 peserta bersedia datang mengikuti acara dengan akomodasi dan transportasi biaya pribadi.
Hahaha.. mana nih satu paragraf tentang kentut mbak :p
BalasHapusSabarr mass, lagi onteweiy nulis wkwkwkwk
Hapus