Sampang - Aku merasakan kenyamanan menginap di homestay Kera Nepa, mungkin karena hawanya yang damai atau makanan yang disediakan oleh warga cocok dilidah atau stay bareng orang banyak (sudah terlalu lama tidur sendiri #eh). Sehingga bangun dipagi hari sedikit lebih berat (tapi Subuh pantang telat). Karena di homestay hanya tersedia 2 kamar mandi, sementara jika dijumlah keseluruhan panitia dan peserta adalah 50 orang, cewek-cewek Plat M berinisiatif untuk bangun tidur kuterus mandi agar tidak hectic nantinya (baca : ngantri kamar mandi) jika matahari mulai bersinar.
Kemudian peserta diajak untuk menikmati sunrise di tepi pantai hutan Kera Nepa, sayangnya matahari masih tertutup kabut mendung. Alhasil para peserta dan beberapa panitia bermain estafet karet gelang dan sedotan sebagai pengganti kebosanan #halah. Pemenang permainan mendapatkan hadiah sepaket kurma salak, hmmm nyummy. Siapakah pemenangnya? Pemenang pertama adalah mbak Molly, Winda dan mbak Yuni. Pemenang kedua adalah mbak Indah, mas Raden dan Riska. Pemenang ketiga adalah mas Wijayanto, kak Didik dan mas Dito.
Matahari sudah mulai meninggi (walau masih tertutup kabut), panitia mengajak peserta bersiap-siap dan packing meninggalkan homestay menuju destinasi pertama hari ini : Air Terjun Toroan. Iring-iringan rombongan kendaraan kami dijemput oleh mobil pengawalan polisi kabupaten Sampang.
Saat akan pulang dari Toroan, kami diberi salam perpisahan dengan turunnya hujan rintik-rintik.
Kami lanjut menuju kabupaten Sumenep. Perjalanan yang panjang tentu akan sangat membosankan, oleh karena itu tercetuslah ide (dari Aldi) untuk melakukan adegan Carok diatas bis. Adegan dimulai dengan berhentinya bis secara mendadak ditepi jalanan dimana kanan dan kiri jalan adalah daerah persawahan. Aktor (yang diperankan oleh Berri, Sayadi dan mas Vicky) datang dari pintu depan dan belakang sembari berdialog menggunakan bahasa Madura, mereka memberikan kesan mencekam dan kesan akan terjadi pertengkaran. Para peserta terkejut sehingga hilang mood untuk tidur. Diakhir adegan, para peserta dijelaskan tentang makna Carok sehingga terhindar dari salah kaprah yang akhirnya menimbulkan stigma negatif tentang orang Madura.
Perjalanan berlanjut ke destinasi kedua hari ini : Instalasi Pelabuhan Perikanan (IPP) Pasongsongan. Disini aku merasa seperti sedang praktikum lapang saat kuliah dulu, IPP Pasongsongan merupakan pelabuhan perikanan yang dikelola oleh provinsi Jawa Timur, ngga salah deh kalau tempatnya sangat besar dan aktivitas jual beli ikan disini begitu ramai.
Aktivitas penjualan ikan | Foto oleh Panitia |
Langit yang cerah berubah menjadi mendung kemudian turun hujan disepanjang perjalanan menuju Pelabuhan Dungkek. Beruntung hujan berhenti ketika kami akan menyeberang menuju pulau Giliyang. Dua kapal laut siap mengantar menyeberang. Aku berada dikapal kedua. Kami disambut dengan hujan gerimis disepanjang laut.
Walau hujan teteup narsis #blogger |
Sesampainya kapal bersandar, ada sekitar 5-6 dorkas yang sedang menunggu kami. Yap, kedepannya untuk menuju destinasi-destinasi wisata di pulau Giliyang, rombongan akan menaiki dorkas sebagai pengganti bis dan mobil. Lalu apakah dorkas itu? Dorkas adalah sejenis motor box beroda lima yang biasanya digunakan untuk mengangkut gas elpiji dan aqua galon. Di Surabaya, biasanya ada motor box bermerk Viar atau Tossa.
Hari ini kami menginap di homestay yang dibuat oleh BPWS. Setelah kami meletakkan barang-barang, kami bersiap menuju rumah warga untuk makan siang. Karena jarak homestay-rumah warga jauh, kami diantar naik dorkas lagi.
Sungguh ya, sampai hari ini makanan kami sangat dijamin oleh warga, sungguh kami tidak ada rasa kecewa sedikitpun tentang makanan. Keramahan pemilik rumah, pak Ropet dan keluarga menambah riangnya cerita perjalanan. Kurang baik apalagi coba, beliau sudah memberi makan kita juga membiarkan halamannya rusuh ramai oleh suara-suara ke50 blogger. Pak Ropet ternyata adalah salah satu anggota dari ASIDEWI, itulah sebabnya beliau senang ketika ada tamu luar berkunjung kerumahnya. Semoga pak Ropet tidak kapok jika nanti kami datang lagi ^^.
Makan siang di rumah Pak Ropet, pulau Giliyang | Foto oleh Panitia |
Setelah makan, kami berdiskusi mengenai destinasi wisata berikutnya. Ada dua pilihan destinasi yakni bukit cangghe’ dan goa celeng. Mengapa harus dijadikan pilihan? Kenapa tidak didatangi saja semuanya? Yang pertama karena terkendala waktu dan yang kedua karena faktor keamanan.
Bukit cangghe’ bisa dikunjungi oleh pengunjung yang memiliki berat badan kurang dari 90kg. Untuk menuju ke bukit cangghe’, kami harus melewati akses jalan yang licin dan curam karena hujan baru reda, juga harus melewati sebuah anak tangga yang terbuat dari bambu dan dibawah bambu tersebut adalah laut lepas.
Sementara untuk akses menuju goa celeng tidak ada masalah. Para peserta akhirnya memilih menuju goa celeng. Bagaimana penampakan goa celeng, ini dia...
Goa celeng hanya memiliki satu pintu berbentuk celah setinggi kurang lebih satu meter yang digunakan untuk masuk dan keluar goa. Untuk masuk dan keluar kami satu persatu harus berjalan setengah menunduk secara bergantian. Usai dari goa, kami kembali ke homestay untuk beristirahat.
Homestay yang dibangun sangatlah unik, bangunan terbuat dari perpaduan antara kayu dan bata sementara untuk tempat tidur terbuat dari kayu, kamar mandi dibuat modern minimalis tanpa bak air. Di pulau Giliyang belum ada tiang listrik, sehingga khusus homestay dipasang jenset untuk memasok listrik bagi kami.
Malam ini tidak diadakan sarasehan bersama dengan SKPD dan klebun setempat dikarenakan mereka berhalangan hadir. Jadi, malam ini digunakan untuk malam keakraban antar blogger. Khusus para blogger ladies mengadakan sendiri sesi curhat hihihi. Curhatnya dari A-Z, dari yang menyenangkan sampai yang memilukan. Penasaran? xD
Aku ketinggalan saat maen2 di pantai, karena kesiangan bangunnya.
BalasHapusIgh kamuuu
Hapus