Tahun yang baru, semarak baru, semangat baru dan passion yang baru. Hidup manusia harus terus berjalan. Semua kesulitan, masalah dan rintangan pun mau ngga mau, minta ngga minta, harus tetap dijalani. Kala professor pembimbingku dulu menasehatiku seperti ini, “Jalani ae mbak, masio angel, jalani ae, dep depono iku kesulitanmu, jalani ae mbak, memang ngomong iki gampang, tapi westalah, jalani ae”.
2017.
Tahun yang cantik. Dan aku kembali teringat disuasana empat belas tahun silam, diatas motor, bersama ibu dan bapak yang kala itu masih jaya-jayanya. Kemudian aku mendengar kalimat, “Angka tujuh belas iku angka apik, angka tujuh iku angka kesukaan nabi dan allah, ganjil, kamu beruntung masuk urutan teratas di SMP Negeri 17”. Kini, aku menjalani tahun 2017.
Sebelum aku melontarkan curhatan mengenai harapan di tahun 2017, alangkah baiknya aku memulai semuanya pada tahun 2016. Karena kurasa hari-hari yang akan kujalani di tahun 2017 tak pernah lepas dari hari-hari dan keputusan yang telah aku lakukan di tahun 2016. Tidak akan ada tahun 2017 jika tahun 2016 tak pernah terjadi. Pasti temans juga berfikir begitu.
Dimulai dari blogger.
Aku belum lama menjalani dunia per-blogger-an dan masih terhitung setengah-setengah melakukannya. Aku menganggap ini hanya sampingan, menulis ketika waktu luang dan mengikuti lomba yang mana topik dan artikelnya bisa aku kuasai. Aku sangat beruntung ketika bertemu dan berteman dengan teman-teman blogger perwakilan beberapa daerah di Indonesia pada akhir November tahun 2016 kemarin. Aku masuk dalam dunia blogger ini semakin dalam.
Berbagai saran mengenai koding, bentuk tulisan, macam tulisan yang paling disukai pembaca sampai bagaimana agar artikel mudah terdeteksi dan masuk dalam jajaran halaman pencarian pertama google aku terima dari teman-teman terdekat. Aku mempelajari hal baru diluar ekspektasi di tahun 2016 dan tetap berlanjut hingga sekarang. But somehow, ada yang mengganjal hatiku untuk belajar itu, sisi diriku mengatakan itu bukan passionmu, jangan terlalu belajar mendalam, sisi diriku yang lain mengatakan tetaplah dalami hal ini karena semua yang dilakukan dengan sungguh-sungguh pasti akan memiliki arti. And somehow, it makes me do it with a half heart. But, I will not give up. I loved to learn, I want to learn, I do not want to let my brain stop thinking, if my lovely brain stop thinking it means I die. And I always say to my self, “Stop menjadi pengecut, lisa”.
Hahaha, curhatanku kelewat serius rupanya, tapi aku tidak menyesali apa yang aku tulis. Semoga temans pembaca tidak terganggu dengan apa yang aku tulis *mesemkalem.
Blog bagiku adalah sebuah transisi, penyemangat dan pelipur lara. Terkadang aku keberatan jika diminta bicara dan berfoto didepan orang banyak, aku tidak selalu ingin dilihat orang banyak, dan tidak pernah ingin show off didepan orang banyak : netizen or citizen. Aku hanya memiliki mimpi, bahwa suatu hari hasil dari pemikiranku berguna untuk orang banyak. Dan do’i selalu bilang, “bagaimana orang tau akan semua pemikiranmu jika kamu tidak pernah mempublikasikannya”. Well, I’m Ambivert. Aku berfikir jika pertama aku pamer, selanjutnya dan selanjutnya aku pasti akan lebih dan lebih pamer lagi. Oleh karenanya, aku harus menyeimbangkannya. Dan dengan blog, aku menyeimbangkan diriku.
Dan blog, adalah tempatku untuk mengeksplor diri. Tiga tahun terakhir aku sering kehilangan fokus dalam membaca dan menulis mengenai hal-hal yang berbau ilmiah. Aku tidak bersungguh-sungguh dalam membaca dan menulis kembali. Namun anehnya, sang otak mampu bekerja ketika aku membaca hal-hal yang berbau sastra, bahasa dan sejarah. Ketika akan mempublish draft pun aku berfikir ratusan kali, kadang hasil akhirnya adalah : tidak mempublish, lantaran aku kehilangan rasa percaya diri, atau jika kata teman : rasa perfeksionis mendominasi diri. Aku tidak suka akan hal itu, aku kembali mengingat apa alasan ketika aku sering dan aku sangat berani presentasi bahkan seorang diri menggunakan dua bahasa didepan professor dan teman-teman sejawat. Kemudian ingatanku meloncat ke tahun-tahun setelahnya ketika suatu hari aku menjadi ragu-ragu dalam memberikan penjelasan pada rekan-rekan mengenai sesuatu yang sudah aku kuasai dan persiapkan sebelumnya. Aku berani, karena saat itu aku menerima tempaan fisik yang mungkin tidak semua orang bisa melakukannya, kemiliteran adalah sesuatu yang tidak semua orang bisa menerima latihan ini, namun aku dan teman-temanku bisa melewatinya walau setelahnya aku memiliki trauma yang mendalam. Aku tidak berani, karena saat itu aku tidak melakukan apa-apa selain belajar dan membaca, dan aku tidak memenuhi target yang aku buat saat itu, hal itu merupakan kegagalan yang luar biasa dalam hidup. Setelah yang aku lakukan kini, aku tidak mungkin kembali menerima tempaan fisik seperti kurang lebih tujuh tahun yang lalu, dan aku tidak mau melakukan kegagalan lagi. Aku harus berbuat apa? Aku membaca buku, mengeksplor pikiran dengan menulis di blog, push up, sit up, lari, jalan ditempat, melakukan semuanya, menggerakkan seluruh anggota tubuh agar otak selalu jalan. Karena membaca tanpa beraktivitas itu tidak berguna dan menulis tanpa ingin tahu itu mustahil.
Kini aku masih bermasalah dengan rasa kepercayaan diri. Mengapa orang diciptakan dengan rasa kepercayaan diri yang rendah dan mengapa ada yang diciptakan dengan rasa kepercayaan diri yang terlampau tinggi. Aku rasa karena rasa percaya diri ini merupakan hasil pemupukan dari rasa menghargai diri sendiri. Dan aku rasa aku kurang menghargai diri. Ketika aku menang lomba blog tingkat nasional dan mendapat kehormatan untuk hadir pada seminar nasional, aku merasa percaya diri namun hanya “sementara”. Setelahnya aku merasa biasa layaknya tak terjadi apa-apa. Pertanyaanku adalah bagaimana cara mempertahankan rasa percaya diri agar tetap ditempatnya. Aku mendapatkan jawabannya, namun rupanya ketika jawaban itu tidak dijalani secara konstan, jawaban hanyalah jawaban. Berarti permasalahannya adalah tidakadanya hal “konstan” dalam diri. Begitu banyak permasalahan dalam diri manusia, khususnya diri aku, dan aku jadi sungkan ketika temans pembaca terlibat ikut berfikir keruwetan ini. Aku putuskan untuk melewatinya.
Menang lomba blog dapat menumbuhkan rasa percaya diri? Kalau begitu ikut lomba blog saja agar ada harapan untuk menang sehingga rasa percaya dirinya terus bertumbuh. Kemudian bagaimana jika tidak menang?
Sang ibu memberikan opininya, “Ya kalau lomba blog jangan selalu berharap dengan hadiahnya, nduk. Kamu ga bodoh dan ibu masih bisa memberi makan kamu dan kamu bisa membelanjai ibu. Jadi baiknya jangan bertaruh pada sesuatu yang tidak pasti demi mengharap sesuatu yang muluk”.
Kurasa, menang lomba tidak selamanya menumbuhkan rasa percaya diri. Namun menang lomba dapat membuat aku lebih menghargai diri. Dalam menulis mengenai ini, aku jadi tau kemana arah blog limaura.com akan pergi. Still, marine blog adalah niche yang kujadikan pondasi limaura.com. Walau do’i selalu bilang, “karena ini blog personal, niche itu kurang berpengaruh”.
2017 dan blogger bagiku adalah sesuatu yang sangat berhubungan. Lalu bagaimana dengan kopi? Apa ada hubungannya?
Kopi.
Pada kesempatan bertemu dan berteman dengan blogger dari berbagai penjuru Indonesia selama beberapa hari, ada banyak pemikiran baru yang mereka bawa yang tidak sengaja memapariku. Salah satunya adalah kopi.
“Kalau tidak ngopi sehari ajah, kepala jadi pusing”
“Minta kopi hitam bubuk dan air yang panas ya, bukan air dari dispenser tapi air yang digodok sampai mendidih”
“Iya nih, hidup aku sekarang kayak kalong, siang tidur malam melek, demi kerjaan blogger ini, nah kalo ngalong ngga ngopi ya nggak bisa”
Awalnya aku merasa aneh dengan curhatan kalimat dan curhatan kebiasaan yang teman-teman top blogger lontarkan. Tapi rupanya, aku terpapar, teradiasi dan secara tidak terkonsep mengikuti pola hidup mereka.
Aku tidak bisa membuat artikel jika tidak pada malam hari, karena suasananya yang sepi lah yang mampu membuat otak bekerja maksimal. Namun ketika otak siap bekerja, badan telah lelah dan mata sudah mengalarm ingin tidur saja. Solusinya adalah mengkonsumsi sesuatu yang membuat mata dan badan menyala-nyala. Minum kopi. Tentu saja, aku mengukur kadar kafein dan gula yang masuk ketubuh setiap harinya. I always do that until now.
Rupanya teman-temanku yang berprofesi dokter dan ahli gizi bahkan ibuku yang basiknya farmasi pun berbaik hati menentangku untuk tidak banyak-banyak minum kopi.
“Perempuan itu tidak boleh banyak-banyak minum kopi, harusnya minum susu, lis..”
“Owalah nduk, kamu itu masih muda, belum menikah dan kedepannya akan punya anak, jaga itu rahimmu, jangan banyak-banyak minum kopi, kafeinnya ga baik buat tubuhmu”
“He lis, kafein kopi itu menyerap semua nutrisi, vitamin C dan kalsium dalam tubuhmu. Walau bukan kopi item, kopi sachetan yang biasa kamu minum itu juga pengaruh. Iya kamu ga ngerasain sekarang. Tapi kamu akan ngerasain pas uda tua. Kafein yang tiap harinya menyerap kalsium dimasa mudamu akan membuat kamu osteoporosis dimasa tua karena tulangmu kekurangan kalsium. Kafein juga menyerap nutrisi dan vitamin C lalu membuangnya ke ginjal. Pas ketika kamu menstruasi, tubuhmu kehilangan nutrisi dan vitamin untuk meluruhkan darah haid, tubuhmu juga akan banyak glukosa yang bikin kamu dilep berkepanjangan. Itu juga akan berlanjut dan berpengaruh nanti kalau kamu mau punya anak…”
Alasan ilmiah itulah yang menghentikan rasa ketergantunganku terhadap nikmatnya kopi. But still, I’m a stubborn child. Dengan mengontrol frekuensi menikmati kopi tiap harinya (yakni tidak setiap hari minum kopi), aku masih bisa menikmati kopi sachet favorit dan kadang-kadang menikmati javajimijo di kafe kopi favorit.
2017, blogger dan kopi. Masih berjalan beriringan sekarang. Masih aku jalani sekarang. And it seems will continue in my future.
Harapanku di 2017 adalah simpel : aku ingin menjadi lebih berguna walau dalam melakukan hal sekecil apapun dan walau dinilai orang yang aku lakukan hanyalah hal yang sepele, aku ingin menjadi lebih berguna.
Di tahun 2017 juga aku akan mengalami sebuah peralihan fungsi wanita. Yang mana jika aku kemana-mana tidak akan sendiri lagi. Yang mana jika aku akan pergi kemana-mana harus dengan ijin seseorang asing. Yang mana aku tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri. Lalu kemanakah aku setelah itu? I still curious and wondering. But I always hope, everywhere I stay, I hope I will be more useful.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.