Sekitar hari Jum'at yang lalu saya mengeluh manja ke do'i, "Masss, boszeeenn sama mall. Masa tiap weekend mall lagi mall lagi, TP lagi, nonton lagi, starbak lagi, kalo ngopi dikau sukak, akunya ngaplo..hiks. Pingin ke Malang. Pingin liat yang biru-biru kayak hutan gituu". (Biru = Hijau. Ketularan ke-Maduranisme-nya hiahahaha). Anyway, kasian ya orang Surabaya, yang jadi hiburan cuma mall dan mall #saveOrangSurabaya.
Eummm, senengnyaa saya, do'i lagi nyambung dan tanggap sama keluhan saya (jangan bilang wanita banyak mengeluh ya, saya beda, #allesan). Do'i langsung bilang, "Apa besok ke Kebun Raya Purwodadi?". Walau ketika itu saya sedang bed rest karena virus influenza datang menyerang, tapi saya tak menampik mata melebar senang saat baca pesan watsap do'i. But wait, do'i kan juga kena flu berat, malah kemarin ga bisa ngajar setengah hari karena ga bisa bangun dari tempat tidur, sungguhan bisa berangkat ini...?
Do'i bilang, "Tenang, sudah digempur obat hari ini, in sya allah besok sehat".
Daaan, this is it, hari Sabtu telah tiba, waktunya halan-halan! Do'i datang ke rumah sekitar jam 8 pagi dan kami berangkat sekitar satu jam kemudian (wanita itu dandannya lama, yang disiapin buanyak, saya...setuju).
Jemursari - Wonokromo - Ahmad Yani - Waru - Gedangan - Sidoarjo (mampir sarapan soto langganan dulu) - Candi - Tanggulangin - Porong - Kejapanan - Pandaan - Wonokerto - Sukorejo - Sengon - Purwosari - Purwodadi.
Motor do'i bekerja ekstra keras hari ini. What? naik motor? Yapp, kami terbiasa travelling ke luar kota naik motor. Selain karena belum punya mobil pribadi, kata do'i biar romantis. Ngiahahaha.
Melawan jalanan aspal bergelombang dan bebatuan. Motor do'i berpacu dengan mobil beroda kecil sampai mobil yang berlari dengan ke20 rodanya. Duh biyuuhh, gimana engga aspalnya kalah, jadi bergelombang gitu, orang setiap harinya dilalui sama truk berat-berat.
Melawan jalanan aspal bergelombang dan bebatuan. Motor do'i berpacu dengan mobil beroda kecil sampai mobil yang berlari dengan ke20 rodanya. Duh biyuuhh, gimana engga aspalnya kalah, jadi bergelombang gitu, orang setiap harinya dilalui sama truk berat-berat.
Tiga jam kemudian kami sampai di Kebun Raya Purwodadi. Waktu yang ditempuh lebih lama ketimbang waktu kami melakukan perjalanan ke Lawang. Maklum, do'i abis sakit, gapapa alon-alon, pokoknya berangkat-sampe, selamet.
Alhamdulillah.. Kebetulan tidak terlalu ramai pengunjung. Alhamdulillah bangeeett.. Kami langsung menuju tempat parkir, letak parkir kendaraan : setelah gerbang pertama temans langsung aja belok kiri.
Parkir kendaraan bermotor dikenakan biaya sebesar Rp 3.000,-. Kami ditawari oleh petugas parkir untuk menitipkan helm, perhelm dikenakan biaya Rp 1.000,-. Demi keamanan, kenapa engga. Total uang yang kami keluarkan dilokasi parkir adalah Rp 5.000,-. Murah!
Alhamdulillah.. Kebetulan tidak terlalu ramai pengunjung. Alhamdulillah bangeeett.. Kami langsung menuju tempat parkir, letak parkir kendaraan : setelah gerbang pertama temans langsung aja belok kiri.
Parkir kendaraan bermotor dikenakan biaya sebesar Rp 3.000,-. Kami ditawari oleh petugas parkir untuk menitipkan helm, perhelm dikenakan biaya Rp 1.000,-. Demi keamanan, kenapa engga. Total uang yang kami keluarkan dilokasi parkir adalah Rp 5.000,-. Murah!
Karena saya hanya membawa satu tumbler minuman berisi air putih, dan saya menebak ini tidak akan cukup untuk berdua, akhirnya saya memutuskan untuk membeli dua botol minuman manis di koperasi Bale Asri, letak koperasinya disamping loket masuk kebun. FYI, koperasi ini adalah satu-satunya toko serba ada di kawasan Kebun Raya Purwodadi yang menjual aneka makanan dan minuman (dan juga ice cream, hmmm).
(Note : kalau kesini, jangan lupa bawa bekal dari rumah ya, bawa botol minum yang sudah diisi dari rumah itu lebih baik)
Sebelum masuk ke kawasan Kebun Raya Purwodadi, pengunjung harus menuju loket masuk. Karcis masuk perorang dikenakan biaya Rp 10.000,-. Murah kan, murah bangeeet dan kita bisa jalan-jalan melihat indahnya kebun seharian! Tapiii, jangan karena murah, kalian merusak tempat ini dengan membuang sampah sembarangan, mencoret-coret pohon ataupun fasilitas lain atau bahkan berbuat mesum di hutan ya. Etika dan attitude nya wajib dijaga.
Selain digunakan untuk tempat rekreasi, Kebun Raya Purwodadi juga bisa dijadikan tempat pre-wedding lho, tapi ada harga khusus untuk itu. Mobil juga bisa masuk dan berkeliling disekitar kebun, tentu juga harga khusus. Berapa ya harganya, saya tidak ingat, hehe maafkeun, keburu pingin masuk dan berkeliling sih... Yuk ah segera masuk yuk.
Buat temans yang baru pertama kali kesini, di sebelah kiri gerbang kedua (gerbang utama masuk Kebun Raya Purwodadi) terdapat papan informasi dan peta kebun. Jadi kita tau akan kemana tujuan sightseeing kita. Di sebelah kanan gerbang juga terdapat papan informasi yang bertuliskan tentang pelayanan jasa Kebun Raya Purwodadi. Duuuh, jadi terbantu banget.
Kebun Raya Purwodadi Map |
Layanan Jasa Kebun Raya Purwodadi |
Ini adalah kali ketiga saya kesini. Yang pertama dengan saudara sepupu yang rumahnya tak jauh dari Kebun Raya Purwodadi, namun hanya sampai pintu gerbang saja karena ramainya pengunjung mengurungkan niat kami jalan-jalan disini. Yang kedua dengan teman seperjuangan, berjalan hanya sampai di setengah kebun dan harus segera move ke destinasi wisata lain. Yang ketiga dengan do'i, berharap bisa melihat air terjun Coban Baung yang letaknya ada di belakang Kebun Raya Purwodadi.
Jadi tujuan kami kesini adalah untuk rekreasi dan melihat air terjun Coban Baung! Akankah kita bertemu air terjun tersebut?
Kami datang pas dengan waktunya sholat Dhuhur. Dan memutuskan untuk mencari musholla ketika sudah setengah perjalanan menuju belakang kebun. Bukan berarti saya yang sedang tidak sholat membiarkan do'i mencari mushola sendirian. Saya wajib ngintilin do'i, hukumnya wajib, takutnya nanti ada setan perempuan kesasar yang ganti ngintilin do'i lagi hiiii~ Sini kan suasananya kayak hutan yak, banyak mahluk tak kasat mata gentayangan #MendadakMistis. Akhirnya kami mengikuti arah dari papan petunjuk yang bertuliskan : mushola. Papan tersebut menunjuk ke arah kiri. Tanpa banyak pikir kami mengikutinya.
Dua orang ibu-ibu menghampiri dan menawari kami camilan dan minuman yang mereka dagang. Mereka berkata dengan bahasa Jawa, "Camilane mbak, sami niki mase, camilane, gawe nang air terjun, nggih niki mbak mase". "Matur nuwun bu", tapi ngga beli... Nyuwun pangapunten bu.. Masih punya air. Sang ibu penjual menyinggung air terjun, jadi benar di belakang Kebun Raya Purwodadi ada air terjun..hmmm.
Kami berjalan juauuuuhhh bangett hahahaha, ada paling 15 menitan, berjalan mengikuti track tunggal tapi ga menemukan mushola, hanya suara iqomahnya saja. Setelah lama berjalan, semakin memasuki hutan, kami menyadari bahwa suara iqomah tadi adalah suara dari mushola/masjid perkampungan sebelah kebun, sementara antara kebun dan perkampungan tersebut ada pagar tinggi sebagai pembatas. Ya masa' kami harus loncat T_T. Wah, papan penunjuknya ini salah arah. Kami duduk di tempat yang telah disediakan, mengisi energi dengan minum sembari menikmati pemandangan berbagai macam tanaman.
Yang duluan capek : do'i, #jempolterbalik |
Kami masih berjalan di track tunggal dan hanya mengandalkan insting do'i plus ingatan saya tentang dimana mushola berada. Bersyukur kami berpapasan dengan orang kampung sebelah (yang mberobos ke kebun untuk berjualan camilan dan minuman) dan beberapa kelompok anak sekolah (yang mungkin sedang rekreasi disini), jadi kami merasa tidak sendiri di hutan ini.
Lucunya, kami juga berpapasan dengan bemo berwarna biru yang berisi full penumpang, sepertinya warga sebelah. Tapi..... Gerbang nya kan cuma dua, gerbang pertama menuju parkiran dan gerbang dua menuju kebun, sementara nampaknya bemo atau kendaraan umum tidak diperbolehkan masuk kebun. Lha terus bemo itu datang dari mana dan mau kemana... Ah ya sudah abaikan sajalah... Daripada merinding karena mikir macem-macem.
Sepuluh menit kemudian kami menemukan mushola yang dicari. Sempat ragu, apa betul itu musholanya, karena mushola berubah bentuk dan sedang direnovasi. Tapi yang bikin saya yakin adalah kamar mandi dan tempat berwudhu nya yang menjorok kebawah, yap, kita harus turun dulu kebawah untuk mengambil wudhu.
Saya menunggu do'i dalam mushola sembari meluruskan kaki dan nge-charge hape. Hmmm~ nikmatnya.. Kami tidak sendiri di mushola, disekitar mushola ada sepasang mudamudi yang duduk dan bercengkerama, kemudian di kamar mandi pun ada seorang penjaga kamar mandi dan sepasang mudamudi yang nampaknya habis melakukan adegan pre-wed, dalam mushola juga ada sepasang mudamudi yang sedang sholat bergantian. Lho, jadi ini ceritanya banyak pasangan mudamudi yang datang rekreasi hahaha.
Petir terdengar tepat setelah do'i menyelesaikan sholatnya. Nampaknya hujan akan turun, dan kami sama sekali belum menemukan air terjunnya. Saya khawatir dan sudah kecewa kalau tidak jadi berkeliling, namun tidak dengan do'i. Dengan santainya do'i tidur disebelah kaki. #Ellho, maaaaaaaaasssssss. Suara saya mengalahkan petir hahaha, membuat do'i bangun tiba-tiba, tapi sudah saya pastikan suara saya tidak mengganggu mudamudi yang lain. Ayo jalan lagiii~. Kali ini suara saya buat melambai karena sebenarnya ngempet pingin ketawa. Duuh, kok bisa saya punya do'i yang selalu bisa tidur disegala situasi.
Do'i bangun dari tempatnya sambil ketap ketip, mengumpulkan energi. Saya hanya bisa ngempet pingin ketawa, maapfin ya maaass hehe. Oke, kami melanjutkan perjalanan dan mengulang dari nol lagi (karena letak mushola sederetan dengan gerbang kedua). Do'i tidak mau melalui jalan utama, melainkan mengajak jalan melalui track yang berbeda. Dan kemudian kami bertemu dengan rumah kaca. Kami memutuskan untuk mengambil gambar.
Saya, Rumah Kaca dan Hujan yang tak kelihatan |
Kemudian saya menemukan pemandangan seperti ini.
Aduh kalian ! |
Kami sedang berjalan di track utama ketika hujan berintensitas sedang menyerbu kami dan para pengunjung lain. Semula jalanan terisi dengan pengunjung, kini jadi sepi. Kami berdua masih melanjutkan perjalanan dan mengabaikan hujan. Lupa dengan kondisi kami yang sama-sama baru sembuh dari flu. Demi melihat air terjun Coban Baung. Ya, kami sama-sama nekat. Suara pemberitahuan yang meminta agar pengunjung untuk berlindung di gazebo terdekat karena cuaca sedang tidak menentu (maksudnya adalah hujan ini) dari sound sistem bagian informasi tidak menyurutkan kami untuk tetap berjalan di track utama.
Namun akhirnya kami harus berlari mencari tempat berteduh karena hujan semakin lebat. Saya memilih tempat terdekat dengan beberapa orang disana, seorang penjual ibu-ibu dan dua orang bapak-bapak yang salah satunya sedang merokok. Tapi do'i tidak setuju, do'i lebih memilih tempat lain yang agak jauh agar terhindar dari asap rokok. Kami berlari cepat agar tidak kehujanan lama-lama.
Gazebo terdekat sudah terlihat, tanpa menunggu lama, kami langsung berlari kearah gazebo. Lah dalah, gazebonya memiliki atap tengah yang lubang huakakakak. Untung atap diatas tempat duduknya ngga lubang, jadi kami bisa berteduh.
Huaaaa~ Hujannya dueresss buangeeettt, mana angin dan petirnya juga kenceng. Sudah 15 menit kami berpindah tempat duduk melawan arah angin dan jatuhnya air, sembari mengobrol, sesekali tertawa dan menggerak-gerakkan badan agar tidak terkena hipotermia (semoga ngga lebay mendiagnosis suasana begini), mengingat dinginnya udara disini. Mulut kami pun tidak berhenti berdzikir agar hujan segera reda.
Hujan tidak sederas beberapa menit yang lalu, beberapa adik-adik berseragam pramuka terlihat mengendarai sepeda di track utama kemudian berbelok ke track gazebo tempat kami berteduh. Entah mau kemana mereka ditengah hujan begini. Anak kecil jaman sekarang, tidak takut sakit, tidak kenal bahaya, dan tidak takut dimarahi orang tua, selama mereka memiliki teman, dunia bisa apa.
Kami memberanikan diri untuk keluar gazebo dan melanjutkan perjalanan ke Timur untuk mencari
Namanya Wahyu Alam, dosen UTM, sudah punya pasangan, kalau mau naksir dia ijin saya dulu. |
Semoga disini ga ketemu mahasiswamu ya mas...hahaha. Yuk ah lanjut jalan.
Jalan lurus terus, ga pakai berkelok-kelok, hanya naik dan turun, dan lumayan...capek ya. Dan kami sampai di Taman Bougenville. Taman ini merupakan taman paling ujung dari Kebun Raya Purwodadi. Setidaknya dari sini, air terjunnya tidak begitu jauh, harapan kami...
Capcipcup, kembang kuncup, pilih mana yang mau dicup. Kanan kiri, kanan kiri, kanan kiri. Hmmm. Benar-benar buta arah kita. Disela-sela memilih, do'i memecah suasana. Ada aja idenya.
"Whoaa, bener ini kayak mak lampir!!!" || "Scene nya mak lampir maksudnya mas?" || "Ya coba kamu kesini deh" || "Mmmmnggg"
Lalu do'i ambil kamera dan menyuruh berpose seperti ini :
"Tuh pass mak lampirnya, mencos begituu mulutnya", katanya sambil jepret jepret. Huakakakak, udah kita ga jadi ke KUA ajah kalo gini caranyah..hmmmhh.
Kami memilih sisi kanan menuju air terjun, semoga tidak salah. Kanan kiri pemandangan hijau semuanya, menyejukkan mata, suatu hal yang tidak bisa didapat warga kota setiap harinya. Suara air sungai Welang mengalir dengan derasnya. Ada beberapa kera di seberang daratan. Kera-kera tersebut tidak bisa menyeberang ke hutan mungkin karena sebuah jembatan penghubung telah putus diterjang air sungai. Hiii~ baik kera maupun aliran sungainya sama-sama seram.
Peringatan! Dilarang dekat-dekat dengan tempat ini ketika hujan datang |
Tak terasa lama kami berjalan, kaki ini mengeluh juga. Capek dan kebetulan dilep sedang kambuh, jadi kali ini saya yang tidak kuat berjalan. Do'i menghibur dengan obrolan-obrolan diluar dugaan, dan selanjutnya ngajak selfie. Bukan do'i namanya kalau endingnya ngga ngajak selfie.
Raja selfie dan Ratunya |
"...ya gini ini kan enak ya, serasa tempat ini milik kita, kalau di Surabaya tuh, di mall, wahh isinya manusia semua, rasanya pingin ngusir aja tuh manusia-manusia...", kata do'i bicara ngga pake titik koma, uda kayak kereta api aja ga brenti-brenti.
"Iya..."
Hujannya masih rintik-rintik, beberapa mobil melalui kami menuju pintu keluar, sepertinya dari arah Selatan. Apa disana ya air terjunnya? Usai letih hilang, kami lanjut jalan lagi, tidak sabar ingin segera melihat air terjun Coban Baung.
Jalanan mulai menanjak dan sangat-sangat melelahkan. Suasana sepi mulai terasa. Bukan mahluk tak kasat mata yang saya takutkan, melainkan hewan-hewan liar yang mungkin muncul dengan tiba-tiba atau bahkan begal-begal. Mengingat kami hanya jalan berdua disini, tak ada orang lain. Saya memutuskan untuk mengajak do'i tidak meneruskan perjalanan kearah yang ini. Do'i mengambil hapenya dan minta tolong google (dari tadi kek maaass) untuk menemukan air terjun tersebut.
"Sepertinya kita harus putar balik, ini air terjunnya ada disini..."
Aku : lemes. "Yaudah yok balik aja"
Tak disangka jalanan balik kami memiliki pemandangan begitu indah, sangat sayang dilewatkan begitu saja, mungkin karena cuaca jadi cerah ya jadi kelihatan semua keindahan pemandangannya.
Yok ah dipercepat jalannya...
Masih aja diajakin selfie |
Kami susuri jalanan yang sama dan kembali ke Taman Bougenvile. Dari taman tersebut kami berbelok kanan. Kami berjalan lurus di track tunggal. Naik dan turunnya jalanan aspal membuat saya sungguh kelelahan, ditambah dilep yang belum hilang.
"Nah seharusnya ada disini nih air terjunnya kalau menurut GPS. Kalau ga ada berarti ada di area perkampungan warga...", kata do'i.
Huffttthh, uda deh jujur saya menyerah. Saya sudah tidak mood dan sangat letih mencari. Kami berhenti dan istirahat di gazebo ujung paling utara Kebun Raya Purwodadi. Disini suasananya agak ramai karena berbatasan dengan jalan perkampungan warga. Saya menyerah bukan karena tidak kuat jalan lagi tapi karena dilep yang menghambat semangat, membuat saya ingin pulang. Memikirkan jarak dari tempat sekarang ke tempat parkiran saja membuat kepala pening, jauh lho T_T.
Do'i mengajak saya bicara, mengalihkan pikiran dari kekhawatiran dan keletihan. Saya hanya bisa mendengarkan dan sedikit menanggapi. Maaf ya masss..
Beberapa warga yang melihat kami hanya berdua, sedikit berbuat gaduh, seolah-olah mengusir kami secara halus. Duh buk ibuk, kami hanya numpang duduk, gak macem-macem, tolonglah dibedakan mana yang berbuat macem-macem dan mana yang numpang ingin istirahat. Merasa terusik, do'i mengajak saya untuk kembali berjalan. Baiklah...
Sepanjang perjalanan, do'i terus berbicara sementara itu saya terus berfikir : hari ini tidak menemukan air terjun Coban Baung, semoga lain hari mendapat kesempatan untuk bisa melihat air terjun tersebut, karena saya masih penasaran dengan air terjun Coban Baung!.
Di track utama kami melihat seorang ibu sedang duduk menunggu pembeli. Saya berbisik pada do'i, bagaimana kalau beli kopi instan di ibu itu, do'i menyetujui. Seperti biasa kalau beli kopi, do'i yang beli dan saya numpang incip, kecuali kalau ada kopi rasa Javajimijo, wah saya ga mau berbagi dengan siapapun hihihi.
Sembari berjalan, kami menunggu kopi putih ini dingin. Kabut mulai terlihat disekitar kami, perlahan menghilang, perlahan muncul lagi. Suara dari bagian informasi mengatakan bahwa 30 menit lagi kebun akan ditutup. Yuk ah, kita nikmati pemandangannya dan mengabadikan momen dengan kamera android!
Senangnya, kami bisa berkeliling melihat hijaunya pemandangan dan sejuknya udara, membersihkan badan dari kotornya udara kota. Sedihnya, kami tidak menemukan air terjun tersebut. Dan saya akan merindukan tempat ini. Seperti do'i yang berpose seperti ini :
Jalan |
Benar sudah sore ini, di parkiran motor, hanya tertinggal dua motor salah satunya motor do'i. Memang sudah waktunya kami pulang. Daaan sudah waktunya saya dipingit hihihi, do'i sudah tidak diperbolehkan ibu untuk apel ke rumah. Sampai ketemu dua minggu lagi kangmas ^^. Terima kasih buat hari ini.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.