Akhirnya.. kembali lagi menulis! Sebulan lebih tidak menulis di blog, rindu kangen jadi satu, rasanya ada banyak kata yang ingin ditulis. Karena terlalu panjang jika ditulis satu artikel, jadi saya membagi tulisan berikut menjadi tiga artikel. Temans pembaca, dikuat-kuatin yah matanya...
~oOo~
Kata salah seorang bude dari keluarga Ibu yang kini tinggal di Jakarta, anak perempuan yang paling ditunggu adalah menikah dan berkeluarga. Sudah dari beberapa tahun yang lalu beliau menunggu pernikahan saya, kalau tidak salah ingat saat itu saya masih SD. Beliau selalu mengatakan, "Ica harus menikah dulu daripada mas Dana atau Pito". Itu yang membuat saya, mas Dana dan Pito selalu main tunjuk-tunjukkan kalau ditanya siapa yang nantinya duluan menikah. Hahaha. Namun beliau selalu yang paling khawatir dan paling cerewet ke saya dan selalu bertanya saya sedang menjalin relationship dengan siapa. Beliau selalu memantau setiap kegiatan saya.
Waktu berlalu, awal tahun 2016 menjadi saksi bersatunya Pito dan Wulan. Waktu datangnya jodoh memang tak bisa ditebak. Saya sangat sangat senang, tidak terkecuali mas Dana. Tapi bude kembali menekankan sesuatu pada saya, bahwa setelah itu harus saya yang menikah. Lah...
Baca juga ya : Pito's Wedding Story Part 2
Bisa dibilang saya sangat sangat sangat santai menghadapi pertanyaan "kapan nikah?". Saya sangat enjoy dengan masa lajang saya, berteman dengan banyak teman pria, bersahabat dengan nelayan dan para pemerhati lingkungan. Karena masa lajang itulah, tidak ada yang bisa menghentikan langkah kaki untuk explore minat diri. Tapi rupanya orang tua, terutama Ibu saya ikut khawatir. Sang Ibu tidak ingin anak perempuannya meniru jejaknya, terlambat menikah karena fokus berkarir. Disitulah drama dalam hidup saya dimulai.
Waktu itu, tahun 2016, status relationship saya masih digantung seorang laki-laki yang sedang menyelesaikan masternya di Taiwan. Pasti beberapa temans ada yang sudah tau siapa laki-laki itu. Saya sering menyebutnya dengan nama : do'i.
Apakah lantas saya lalu mengurung diri karenanya? Tidak dongs. Rupanya sayap saya melebar begitu bebasnya sepeninggal dia. Banyak target yang digapai, beberapa diantaranya memliliki hasil yang melebihi dari apa yang saya duga. Tetapi yang menurut saya aneh, dari beberapa target itulah rupanya membawa perhatian tujuh pria ke hadapan saya. Allah menguji saya.
Saya tidak terlalu peduli terhadap pria-pria itu, saya hanya fokus ke diri sendiri. Yaa, saya merasa harus melindungi diri dari drama-drama percintaan, ahhaha karena saya tak lagi terlihat seperti anak ABG. Lalu laki-laki itu kembali ke Indonesia membawa segudang prestasinya, dan mendadak menghubungi kembali setelah kurang lebih delapan bulan tak berkomunikasi. Wah ya terang saya katakan : kalau kamu serius, bilang saja lagi sama orang tua saya. Do'i serius.
Hari demi hari dilalui dan dia menunjukkan keseriusannya. Hari demi hari itulah kemudian saya rangkum menjadi 4 Step Menuju Perubahan Status.
# Step 1. Pertemuan Orang Tua.
Tanggal 24 September 2016 pukul lima sore, kedua orang tua pria itu datang kerumah jauh-jauh dari Bangkalan. Membawa oleh-oleh, berkenalan, silaturrahmi kemudian mengutarakan untuk meminang anak perempuannya. Orang tua saya menyambut dengan tangan terbuka dan menerima pinangannya. Orang tua nya mengatakan bahwa jika sudah ada pertemuan kedua orang tua, maka ibarat sudah berjanji tidak bisa dibatalkan, dan sekitar dua bulan kedepan akan ada pertemuan lagi : lamaran.
Keluarga dari Malang, Solo, Jakarta sampai Pontianak pun ikut senang mendengar berita bahwa akan ada acara di Surabaya dua bulan mendatang. Berbagai nasehat dan masukan saya terima kala itu. Kebanyakan nasehat dan masukannya adalah untuk mempersiapkan lamaran.
-
Tak disangka mempersiapkan lamaran itu menyenangkan hahaha, mungkin bagi do'i merepotkan. Pasalnya do'i harus mengeluarkan sejumlah uang untuk memenuhi peningset saya. Dalam adat Jawa, yang dimaksud peningset adalah segala kebutuhan yang bisa dan akan dipakai calon manten. Peningset mencakup hal-hal yang dipakai calon manten perempuan dari ujung rambut hingga ujung kaki se penjalukane calon manten perempuan.
Se penjalukane? Bukankah ini hal yang menyenangkan?hahaha. Tapi bingung juga, apa saja ya komposisi dari peningset se penjalukane ini?
Dengan membawa nasehat dari Ibu dan Bude Solo beserta dana yang dipunyai do'i, kami (saya dan do'i) berangkat berbelanja sepaket baju lengkap, pakaian dalam, alat kosmetik, tas, sepatu, kain dan jarik. Tak lupa pula cincin lamaran usulan keluarga do'i. Saya meminta untuk cincin, saya hanya dibelikan satu, dipakai sampai nikah karena saya kurang begitu berminat memakai perhiasan. Rupanya tidak, nanti cincin nikah sendiri, dan pula ada perhiasan mas kawin. Bee abeeehh..
# Step 2. Lamaran.
4 Desember 2016. Rombongan saudara Ibu yang tinggal di Malang datang ke rumah pagi sekali. Masing-masing keluarga membawa buah tangan untuk keluarga calon besan. Beberapa makanan pun dipasok pula dari beliau-beliau. Saya merasa luar biasa banyak yang mendukung acara hari ini. Ditambah salah seorang sepupu tertua datang ke rumah jauh-jauh dari Pontianak, alangkah bahagia hati ini.
Pukul sepuluh lebih sepuluh menit, rombongan dari Madura pun memasuki rumah. Berbagai hantaran diantar satu persatu , rombongan pun ikut pinarak masuk kedalam rumah. Ruang tamu serasa menjadi kecil. Alhasil hantaran pindah ke kamar saya.
Sebanyak kurang lebih 30 orang masuk dalam rumah, tamu perempuan di ruang tamu sementara tamu laki-laki duduk di halaman. Perkenalan terjadi antara ibu-ibu sendiri dan bapak-bapak sendiri. Usai perkenalan, bapak do'i masuk ke ruang tamu dan memulai acara. Sayangnya saat itu saya berada di dapur, tidak terdengar apa yang mereka diskusikan.
Selang beberapa menit, saya dipanggil. Acara tukar cincin pun dilakukan, dipandu oleh orang tua dan sesepuh kami. Ibu do'i menyematkan cincin ke jari manis tangan kiri saya. Cincin sempat lari ke salah tangan hehe, Ibu do'i hampir menyematkan cincin ke jari manis tangan kanan, untung Bude saya dari Solo langsung mengingatkan : salah, yang benar jari tangan kiri, kan belum menikah. Setelah cincin tersemat di jari manis tangan kiri saya, kini giliran do'i, Ibu saya menyematkan cincin ke jari manis tangan kiri do'i.
Acara selanjutnya adalah ramah tamah, tugasku; adik dan sepupu ipar; dibantu bude-tante untuk mengeluarkan makanan dari dapur.
"Tamu harus dijamu dengan baik, biar mereka pulang dengan perasaan bahagia", kata orang-orang.
Mbah putri menutup acara setelah acara ramah tamah. Begitu singkatnya waktu kebersamaan ini. Giliran kue-kue dan balasan hantaran diberikan untuk rombongan Madura. Bapak, pakde, om dan sepupu-sepupu laki-laki mengantar rombongan ke kendaraan.
Saudara dan sesepuh keluarga rembukan di ruang tamu, berdiskusi tentang waktu balasan. Sang Ibu mengusulkan agar waktu balasan dilakukan setelah ditentukan waktu akad nikah (mengiyakan atau menyanggah tanggal usulan dari mbah putri dan mbah kakung do'i). Saudara-saudara Ibu mengusulkan agar waktu balasan dilakukan saat waktu libur agar tidak bertabrakan dengan waktu bekerja.
Hampir satu jam lamanya mereka berdiskusi, maka tercetuslah untuk mengiyakan usulan tanggal akad nikah dan merampungkan tanggal balasan.
-
Satu minggu setelah lamaran, sang Ibu mulai sibuk bergerilya #ehh. Dengan saya sebagai sopir, langkah persiapan pertama kami menjelang pernikahan adalah mencari gedung. Ibu dan bude-bude menyukai salah satu gedung di Masjid Agung, sementara saya cenderung memilih Convention Hall yang tidak jauh dari rumah. Namun apa daya, rezeki ada di Gedung Wanita.
Gedung sudah dipilih, lanjut mencari bentuk undangan dan perias. Diputuskan untuk membuat undangan tidak diserahkan pada pihak lain melainkan harus ditangani sendiri. Rancangannya : membeli cover undangan di tempat langganan, kemudian membuat desain isi undangan dan hiasannya, terakhir tempel nama orang yang akan diundang. Untuk perias, setelah berdebat cukup lama, akhirnya pilihan kami jatuh pada satu dari empat tawaran pilihan perias, fiuh. Tempat perias dan lokasi membeli cover undangan tak begitu jauh, sehingga kami bisa menyelesaikan urusan dalam waktu sehari. Selanjutnya, kami fokus pada hari balasan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.