Never stop caring this people |
Berawal dari mencurahkan isi hati ke grup watsap pada siang hari :
Rek.. Kangen.. Aku bosan di rumah, rumah lagi renovasi sementara, aku ngga bole ngapa2in, bikin artikel buat kerjaanpun ga konsentrasi.. Yg nganggur, jalan yuk :D
Kemudian tercetuskan akan makan dimsum malam harinya. Lah dalah pada ngga bisa malam itu, mereka pada banyak janji. Secara ngga sadar saya nyeplos :
Duuh bayiku nanti ngiler dimsum iki..
Sungguh hanya sekedar nyeplos. Lalu mereka memutuskan agar jadi kumpul keesokan harinya - tetap makan dimsum. Hedia mengusulkan untuk makan dimsum dekat merr karena rasanya yang enak. Aan mengusulkan jam 7 malam. Dan dia berkata :
Kalau besok cuma aku sama kamu thok lis, budhal!
Saya membalas :
Kalau malam ini cuma aku sama kamu thok lho an, aku yo budhal!
Namun dia menunggu yang lain. Karena kami bicara digrup, kalau berangkat cuma berdua, piye gitu rasanya (walau seringnya ya pergi cuma berdua). Saya tinggalkan grup karena harus mengerjakan pekerjaan lain. Lalu kembali dua jam kemudian, sudah ramai grup itu. Dari berbagai hal yang mereka perbincangkan, satu yang perlu digarisbawahi : kata Sepakat!
~oOo~
Pertemanan memang tidak hanya take, tapi juga harus give. Itu faedahnya jika ingin tetap terus mempertahankan sebuah pertemanan dalam kelompok. Tidak pula hanya ingin seenak maunya sendiri, tapi juga harus mengalah atas kemauan orang lain. Tidak lain dan tidak bukan untuk bertatap muka, berkumpul, melepas kangen, saling bertanya kabar,, dalam dunia real rasanya lebih melegakan ketimbang melakukan semua itu melalui sosial media. Sosial media hanyalah tambahan, bukan yang utama. Yang utama ya itu tadi : bertatap muka dan berkumpul.
Sedari kelas 1 SMA, tahun 2006, kami melakukan sesuatu secara bersama-sama tanpa harus janjian lebih dulu. Seperti ada ikatan batin. Sesuatu tanpa janjian yang dilakukan berulang-ulang, akan lebih erat lagi ketika sama-sama janjian. Itu harus menghilangkan ego masing-masing. Kami mampu melampauinya.
Tahun 2013, ketika hanya terceplos (bukan tercetus) sebuah ide mengumpulkan anggota paskibra sekolah dari angkatan pertama hingga angkatan sekarang (tahun 2013), kami benar-benar mewujudkan hal itu. Reuni Akbar PASKIBRA SMAN 20 Surabaya, yang telah terlaksana pada tanggal 25 Mei 2013 di Nur Pacific Gubeng Surabaya. Semua ego, ide, emosi, kesabaran, tertawa, kebersamaan campur jadi satu, membuat hubungan kami semakin erat.
Tahun – tahun berikutnya memaksa kami untuk lebih dewasa, berkeluarga, bekerja, memiliki kesibukan masing – masing. Kadang dalam setahun kami bisa berkumpul maksimal 3x, namun tahun 2016 kami berkumpul hampir dipenghujung tahun. Sedikit mengalami kemunduran tapi kami tau, ini tidak boleh dibiarkan.
Sempat saya terkontaminasi oleh pikiran salah seorang teman yang membuat saya jadi bingung karena belum pernah merasakan apa yang dia rasakan. Kebetulan dia adalah orang pertama yang berkeluarga diantara kami dan dia memojokkan kami dengan kata-katanya : Aku gak bisa datang -- Aku sibuk -- Aku ada disini -- Aku disitu – Tapi kata-katanya yang paling aku renungi adalah Kalian itu nggak pernah ngerasakno dadi aku rek soalnya kalian belum berkeluarga.
Beberapa teman yang lain sudah tidak ingin mengurusi dia dan menyuruh saya untuk berhenti mengurusi dia, hanya saya saja yang menyayangkan dia tidak pernah datang disetiap kumpul-kumpul. Saya terus mengejar dan mempertahankannya yang berujung pada kecegekan sendiri. Itu terjadi pada akhir tahun 2013.
Apakah benar, kalau sudah berkeluarga, tidak bisa kumpul dengan teman?
Rupanya saya baru dapat menemukan menjawabnya ketika saya sudah menikah dan melihat teman – teman yang lain yang sudah menikah sebelum saya namun masih bisa menyiapkan waktu disela-sela kesibukan pekerjaan dan mengurus rumah tangganya.
Semuanya tergantung niat dan seberapa besar cinta loyalitas kita terhadap suatu kelompok. Ya itu tadi, tidak hanya take tapi juga harus give, tidak hanya terus ingin menang tapi juga harus sering mengalah. Toh ini bukan suatu kompetisi, hanya sebuah kebutuhan berelationship.
~oOo~
Saya berangkat naik motor ke Dimsum Choi Merr setelah mendapat ijin dari mas husband dan orang tua. Sampai disana, saya disambut dengan baik dan langsung disuruh makan akkakakakk. Ada chef Hedia yang sedang memasukkan berbagai komponen ke atas panci yang berisi kuah suki tepanyaki. Ada Zenit yang asyik menikmati dimsum siomay dan cekernya. Ada Aan yang asyik ceriwas ceriwis sama tunangannya.
Tergoda melihat Zenit makan, saya pun ngeriwuki dia makan. Ahaiy padahal sebelum berangkat sudah makan sate ayam. Bumil ini memang payah, tangan dan sumpit terasa lebih licin dari biasanya, sampai-sampai membutuhkan bantuan Aan untuk mengambilkan siomay, Zenit mengambilkan tissue, Hedi mengambilkan mangkuk. Maaf sudah merepotkan...
Waktu kian berjalan. Yang dimasak Hedi sudah siap dimakan. Itul pun datang dan saya ada temannya ngambil dimsum menggantikan dimsumnya Zenit yang sudah kumakan. Saya pesan 3 mangkuk, Itul cuma pesan satu. Ngga papa ngga papa, pasti ini habis.
Bercengkerama sembari makan, makan sembari bercengkerama, ketawa, haha hihi, nostalgia. Tak lama Opyk datang, dia baru pulang kerja. Diantar Aan, Opyk mengambil sayur dan beberapa piring komponen suki. Pelayanpun datang membawa panci baru dan kuah kaldu yang berbeda, yang ini kuah kaldu ayam (nama jepangnya saya ngga tau hehe). Makan kedua pun dimulai.
Ketawa lagi, ngobrol kesana kemari. Tiba-tiba Opyk bertanya :
Lisa, aku mau lihat perutmu dong..
Saya menjawab :
Masih kecil ini pyk. Tapi kalo kamu lihat perutku gendut, itu berarti aku kenyang hehe. Ya ngga bisa dilihatlah Opyk, janinnya masih segini nih
Saya menunjukkan ukurannya dengan jempol dan jari telunjuk. Dia hanya membalas Ooo.. Kemudian kami membahas tentang teman-teman yang sedang hamil. Eh.
Waktu terus berjalan, masakannya Opyk uda matang. Itul dan saya menghampiri pancinya Opyk dan bergantian incip hihihi. Makan dan ngobrol lagi.
Sampailah waktu pada jam 9 malam. Saya harus pulang, ingat jam malam, juga ingat wanti-wantinya sang Ibu wakakakak itu yang paling serem. Hedia meminta bill ke mas pelayan. Usai membayar patungan saya berpamitan pada mereka dan mereka memaklumi alasan saya. Sampai jumpa lagi ^^
Semoga pertemanan ini tetap terus berjalan sampai kakek nenek ya, seperti yang kita ceploskan saat sekolah dulu.
Note :
Dari dulu pas sekolah kalau bersama, kami selalu dianggap punya porsi makan paling besar. Ternyata ya sampai sekarang tidak pernah berubah.
Yang kami pesan : 8 mangkuk dimsum, 2 pink plate suki, 3 white plate suki, 2 green plate suki, 2 vegetable suki, 4 air mineral, 1 gelas teh, 1 gelas lemon teh, 1 cangkir jeruk hangat.
Semua perut ladies kenyang, Onky (tunangannya Aan) pun tidak banyak makan, Meja kami sampai ngga muat hahaha. Tempat makan seperti ini pun pas buat kita, bikin kenyang tapi ngga bikin kantong bolong hihihi.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.