Bagi sebagian orang (terutama yang suka bepergian dan berbisnis), pergi ke Singapura adalah sebuah hal yang biasa. Tapi bagi saya yang cinta banget sama Indonesia ini, mimpi saja tak ingin sampai ke Singapura apalagi jadi kenyataan. Tapi.. Ya namanya juga kehidupan, perlu proses untuk bertahan hidup, butuh belajar di negeri orang.
Wait wait wait, kok pembukaannya jadi super melankolis beginihh.. Kan ceritanya cuma transit di Singapura..hahaha.
Wait wait wait, kok pembukaannya jadi super melankolis beginihh.. Kan ceritanya cuma transit di Singapura..hahaha.
At least, walau saya cinta sekali sama Indonesia, saya juga perlu main jauh ke luar negeri. Mungkin tak hanya saya, dia perlu, kalian perlu, temans juga perlu. Untuk sekedar menambah pengalaman dan membuka wawasan kita tentang dunia.
Di Singapura, 3 September 2018, kami bertiga (saya, mas husband dan Kia) hanya singgah sebentar, sekitar 12 jam. Tujuan utama kami adalah ke negaranya F4 (yang sangat terkenal dijamannya--jaman saya), yakni Taiwan. Dan di Taiwan, kami akan menetap selama kurang lebih 4-5 tahun. Kok lama? Ya.. Namanya juga mengenyam pendidikan, ndak bisa sebentar.
Jadi ingin curhat sebentar tentang 12 jam waktu yang kami punya untuk eksplor Singapura. Sebenarnya ada banyak tempat wisata yang ingin
Keluar pesawat, kami menuju money changer, lalu ke tempat penitipan barang lalu ke mushola. Barang bawaan yg kami bawa (via kabin) walau hanya berupa ransel, tapi ya lumayan membebani kalau mau dibawa keliling Singapura. Ditambah lagi ada Kia.. Oh Kia.. Yang semangatnya lebih berat ketimbang berat badannya.
Lapar melanda, membuat kami segera mencari foodcourt. Ada beberapa foodcourt disini, sempat buat kami nyasar juga. Walau mas husband bilang "aku ingat kok" tapi mungkin faktor U nya mas husband lagi kumat dan besarnya Changi Airport ini, buat kami salah naik eskalator dan akhirnya mengulangi jalan dari awal lewat lift hikikikik. Setelah melewati lika-liku bandara, akhirnya kami menemukan foodcourt yang dimaksud. Alhamdulillah nikmatnya menyantap nasi lemak disalah satu toko makanan (asli Malaysia).
Kia sudah makan, ortunya juga sudah kenyang makan sama camilan sama ngopi. Selanjutnya apa? Yuk kita eksplor Singapura.
Sekitar sore hari kami baru keluar dari bandara menuju Merlion Park, tempat wisata ikonik nomor wahid di Singapura. Sebelum keluar, kami mengisi tiga formulir yang kalau ngga salah berfungsi sebagai laporan bahwa tidak menetap/hanya transit di Singapura. Sempat juga kesulitan dalam hal mengisi, untung saja ada petugas seorang wanita berusia sekitar 45 tahunan, beliau membantu kami hingga selesai. Kemudian kami berikan form tersebut ke petugas pintu keluar. Petugas tersebut meminta kami (saya dan mas husband) untuk meletakkan jari diatas alat sidik jari. Kecuali bayi kami, Kia tidak melewati pemeriksaan apa-apa. Usai semua pemeriksaan, kami langsung keluar bandara menuju MRT.
Unik sekali, masih disekitar bandara, terdapat beberapa transportasi yang langsung bisa dipilih untuk memudahkan pengguna ketempat tujuan berikutnya. Ada MRT, ada bus dalam kota, ada bus antar kota,, semuanya masih di kawasan Changi Airport. Ada banyak cara menuju Merlion Park, bisa MRT bisa naik Bus. Tapi, yang paling mudah (dan yang diingat mas husband) adalah naik MRT. Yes yes, ini kali pertama saya dan Kia naik MRT.
Hal yang kami lakukan adalah membeli tiket yang berbentuk seperti sebuah kartu, digunakan untuk bepergian. Jamannya sudah cash less. Ada sebuah mesin yang dapat digunakan secara mandiri untuk menukar uang dengan kartu. Lagi-lagi, kami kurang mengerti bagaimana cara menggunakannya. Dan lagi-lagi selalu ada yang membantu, alhamdulillah.. Seorang wanita berusia 30-40an dengan muka blasteran India Eropa menanyakan tujuan kita dengan bahasa Indonesia, "mau kemana?". Ke Merlion. Oh Merlion. "pulang pergi?". Ya. Dengan cekatan beliau menekan tombol-tombol dan memberikan isyarat agar mas husband memasukkan uang. Karena uangnya masih bundar kertas (belum ada recehan koinya), dengan cekatan pula beliau mengambil uang dari dalam dompetnya yang nilainya setara dengan uang mas husband. Kemudian memasukkan uang sejumlah yang tertera dari layar mesin dan mengembalikan uang kembalian ke mas husband. Sembari menunggu proses mesin mengeluarkan tiket, beliau menggoda Kia. Alhamdulillah ya, boneka kecil kami ada yang menggoda..haha.
Tiket sudah ditangan dan kami diarahkan untuk masuk menggunakan tiket tersebut. Dan hanya menunggu tak sampai lima menit, MRT kami datang menjemput. Dalam MRT, Kia saya berikan camilan karena kasihan pasti perutnya kosong (anak doyan makan ya, kalau ngga dikasih camilan ya eman-eman). Lalu kami ditegur oleh seorang penumpang, beliau mengisyaratkan tidak boleh makan dalam MRT, kalau ketahuan petugas bisa didenda sejumlah uang (yang pastinya kami tidak mampu bayar saat itu juga euy). Sontak saya langsung memasukkan camilan Kia ke tas ransel lalu berterima kasih pada penumpang tersebut. Fiuh.
Waktu menunjukkan pukul 4, namun matahari masih bersinar terang seperti masih jam 2 siang. Can you imagine that?
bersambung...
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.