Beef Noodle made in Taiwan?
Halal Lis?
Pertanyaan yang langsung terlontar dari yang pertama kali mendengar informasi beef noodle di Taiwan. Iya, beef noodle ini halal, oleh sebab itu restorannya dikenal dengan nama Halal Chinese Beef Noodle Restaurant. Dari mana taunya? Berbagai informasi, termasuk dari mas husband yang pernah mencicipi beef noodle ini saat do'i ambil master di NTUST Taiwan (kampus yang sama seperti sekarang do'i ambil Ph.D. nya) pada tahun 2015. Informasi tersebut dituang dalam blog pribadinya, bisa dibaca disini.
Pertanyaan yang langsung terlontar dari yang pertama kali mendengar informasi beef noodle di Taiwan. Iya, beef noodle ini halal, oleh sebab itu restorannya dikenal dengan nama Halal Chinese Beef Noodle Restaurant. Dari mana taunya? Berbagai informasi, termasuk dari mas husband yang pernah mencicipi beef noodle ini saat do'i ambil master di NTUST Taiwan (kampus yang sama seperti sekarang do'i ambil Ph.D. nya) pada tahun 2015. Informasi tersebut dituang dalam blog pribadinya, bisa dibaca disini.
Kemarin malam, saya berkesempatan main kesini dan mencoba dua menu yang kata ibu pelayannya paling favorit disini. Seperti biasa, kami (saya n Kia, dan mas husband) bertemu di Stasiun MRT Gongguan. Kami lanjut naik bus 688 dan berhenti di Stasiun MRT Zhongxiao Dunhua. Lho kenapa ngga naik MRT aja? Soalnya MRT Gongguan (jalur hijau) tidak berdekatan dengan MRT Zhongxiao Dunhua (jalur biru). Kalau kami naik MRT, jadinya jalan jauh dan oper-oper, lama di perjalanan.
Setelah turun di MRT Zhongxiao Dunhua, kami berjalan sejauh 700 meter ke arah utara. Ini semua ada dalam google maps ya. In sya allah temans ngga akan nyasar jika lihat google maps, tentunya harus juga dibekali pengetahuan membaca peta sih..
Sampai di tujuan, kami langsung masuk toko dan disambut hangat oleh waitress (mayoritas perempuan berusia 40-50an). Salah seorang pelayan mempersilahkan duduk di meja bundar besar (tepat disekat pintu masuk) ketika kami akan memilih meja yang kecil yang letaknya agak kedalam restoran. Kemudian beliau menunjuk sebuah high chair (setelah melihat Kia yang digendong mas husband) sambil berkata dengan bahasa Mandarin. Hao. Xie xie. (Baik. Terima kasih.).
Beliau pula yang menyodorkan menu beef noodle. Mas husband bertanya dengan English, mana yang paling banyak dipesan pengunjung?. Beliau menunjukkan dua menu, yang satu spicy yang satu lagi original. Sembari menunggu, pelayan tersebut menggoda Kia dan memberi tahu teman pelayannya sambil menunjuk-nunjuk Kia. Teman pelayannya tersenyum kelihatan giginya lalu berkata Piaoliang, ta mama ye hen piaoliang. Saya mengangguk dan tersenyum, Xie xie. Saya ngerti cuma satu kata : Piaoliang, yang berarti cantik.
Ambil handphone, buka google terjemahan lalu translate. Owh.. Melayang deh saya dipuji, padahal ngga sekali ini dipuji sama orang lokal hikikikik. Next..
Ibu pelayannya berkata oke sambil berlalu setelah kami memesan Stewed Beef Noodle dan Braised Beef Vermicelli (spicy). Menu ditinggal di meja. Orang-orang yang melewati kami selalu menyempatkan melihat Kia dengan wajah yang menyenangkan. Alhamdulillah..
Tidak lama kami menunggu, ibu pelayan tadi datang sambil membawa pesanan mas husband yang spicy. Tidak sampai dua menit gantian pesanan saya yang datang. Seperti biasa kami bergantian makan agar bisa menjaga Kia. Mas husband makan terlebih dahulu.
Dua menu yang kami pesan bentuknya berbeda. Punya mas husband, Braised Beef Vermicelli (spicy), berbentuk mie putih dan tipis (di Indonesia disebut mie su'un atau bihun), dengan kuah berwarna merah menyala. Kelihatannya seperti punya rasa yang super pedas, namun saat dicicipi hmmm. Pedasnya ngga kerasa. Saat mencicipi menu ini, benar-benar kerasa berada di Taiwan. Yep, ini soal cita rasa Taiwan dan saus chinese-nya.
Menu pesanan saya, Stewed Beef Noodle, berbentuk seperti mie samyang, putih kekuningan dan tebal. Kuahnya bening sampai terlihat sayur dan daging sapinya. Oya sampai lupa, disini namanya Beef Noodle, proporsi antara noodle dan beef nya seimbang, sama-sama banyak. Jadi ndak ada tu yang namanya tipu-tipu hehehe. Balik ke pesanan saya, rupanya kuah bening berbanding lurus dengan rasa beningnya. Tidak asin dan tidak manis. Rasanya gurih cenderung hambar. Saya jelas menaburkan merica dan garam banyak-banyak, namun rupanya tidak bisa mengubah cita rasa sesuai lidah Indonesia (yang sukanya asin dan pedas). Ini Taiwan bro, kebanyakan tidak suka yang "terlalu". Terlalu asin, terlalu manis, terlalu pedas. Walau kuah berasa hambar dilidah, tapi tidak dengan sayur dan dagingnya. Mereka punya cita rasa sendiri. Bagaimana rasanya? Hmm kesini dan rasakan sendiri yuk.
Mas husband tidak terlalu suka mie nya, katanya tidak enak wkwkwkwk. Sementara saya yang pecinta noodle ini suka semua mie nya. Alhasil saya menghabiskan mie punya mas husband. Cuma mie dan sayur saja yang saya habiskan, kalau dagingnya mah sudah habis duluan. Mas husband si pecinta daging. Ngga pernah menyisakan daging di piringnya walau secuwil. Bahkan daging di bowl saya pun sudah diincar. Hmmm..
Mas husband memesan Roti Chapati ke ibu pelayan yang tadi. Roti Chapati termasuk makanan pencuci mulut yang tidak tertulis di buku menu. Ngga pakai nunggu lama dan langsung diantar, karena chef nya membuat stok banyak. Kami bisa melihat proses pembuatan Roti Chapati dari meja kami. Walau kami tidak begitu mendalami proses pembuatannya, tapi kami yakin betul rasanya sangat memanjakan lidah dan perut. Benar saja, sampai Kia dibuat kenyang olehnya. Ya, sembari menunggu saya menghabiskan makanan, mas husband menyuapi Kia dengan Roti Chapati.
Tepat dibelakang tempat chef melakukan pekerjaannya, terdapat sebuah etalase yang menyajikan beberapa bentuk makanan. Tidak tau itu menu apa saja, yang saya kenal hanya bentuk mirip kwetiau yang diletakkan diatas beberapa mangkok. Disebelah kanan etalase terdapat sebuah gentong yang terbuat dari aluminium dan berisi teh panas. Dibawah etalase berjajar rapi teko-teko aluminium yang telah diisi teh panas tadi.
High Chair |
Ada yang tau artinya? |
Gambar Ka'bah disalah satu sudut restoran. |
Beliau pula yang menyodorkan menu beef noodle. Mas husband bertanya dengan English, mana yang paling banyak dipesan pengunjung?. Beliau menunjukkan dua menu, yang satu spicy yang satu lagi original. Sembari menunggu, pelayan tersebut menggoda Kia dan memberi tahu teman pelayannya sambil menunjuk-nunjuk Kia. Teman pelayannya tersenyum kelihatan giginya lalu berkata Piaoliang, ta mama ye hen piaoliang. Saya mengangguk dan tersenyum, Xie xie. Saya ngerti cuma satu kata : Piaoliang, yang berarti cantik.
Ambil handphone, buka google terjemahan lalu translate. Owh.. Melayang deh saya dipuji, padahal ngga sekali ini dipuji sama orang lokal hikikikik. Next..
Ibu pelayannya berkata oke sambil berlalu setelah kami memesan Stewed Beef Noodle dan Braised Beef Vermicelli (spicy). Menu ditinggal di meja. Orang-orang yang melewati kami selalu menyempatkan melihat Kia dengan wajah yang menyenangkan. Alhamdulillah..
Konon ini buku legendaris. Cover Menu. |
Menu 1 |
Menu 2 |
Tidak lama kami menunggu, ibu pelayan tadi datang sambil membawa pesanan mas husband yang spicy. Tidak sampai dua menit gantian pesanan saya yang datang. Seperti biasa kami bergantian makan agar bisa menjaga Kia. Mas husband makan terlebih dahulu.
Dua menu yang kami pesan bentuknya berbeda. Punya mas husband, Braised Beef Vermicelli (spicy), berbentuk mie putih dan tipis (di Indonesia disebut mie su'un atau bihun), dengan kuah berwarna merah menyala. Kelihatannya seperti punya rasa yang super pedas, namun saat dicicipi hmmm. Pedasnya ngga kerasa. Saat mencicipi menu ini, benar-benar kerasa berada di Taiwan. Yep, ini soal cita rasa Taiwan dan saus chinese-nya.
Braised Beef Vermicelli (spicy) |
Menu pesanan saya, Stewed Beef Noodle, berbentuk seperti mie samyang, putih kekuningan dan tebal. Kuahnya bening sampai terlihat sayur dan daging sapinya. Oya sampai lupa, disini namanya Beef Noodle, proporsi antara noodle dan beef nya seimbang, sama-sama banyak. Jadi ndak ada tu yang namanya tipu-tipu hehehe. Balik ke pesanan saya, rupanya kuah bening berbanding lurus dengan rasa beningnya. Tidak asin dan tidak manis. Rasanya gurih cenderung hambar. Saya jelas menaburkan merica dan garam banyak-banyak, namun rupanya tidak bisa mengubah cita rasa sesuai lidah Indonesia (yang sukanya asin dan pedas). Ini Taiwan bro, kebanyakan tidak suka yang "terlalu". Terlalu asin, terlalu manis, terlalu pedas. Walau kuah berasa hambar dilidah, tapi tidak dengan sayur dan dagingnya. Mereka punya cita rasa sendiri. Bagaimana rasanya? Hmm kesini dan rasakan sendiri yuk.
Stewed Beef Noodle |
Mas husband tidak terlalu suka mie nya, katanya tidak enak wkwkwkwk. Sementara saya yang pecinta noodle ini suka semua mie nya. Alhasil saya menghabiskan mie punya mas husband. Cuma mie dan sayur saja yang saya habiskan, kalau dagingnya mah sudah habis duluan. Mas husband si pecinta daging. Ngga pernah menyisakan daging di piringnya walau secuwil. Bahkan daging di bowl saya pun sudah diincar. Hmmm..
Mas husband memesan Roti Chapati ke ibu pelayan yang tadi. Roti Chapati termasuk makanan pencuci mulut yang tidak tertulis di buku menu. Ngga pakai nunggu lama dan langsung diantar, karena chef nya membuat stok banyak. Kami bisa melihat proses pembuatan Roti Chapati dari meja kami. Walau kami tidak begitu mendalami proses pembuatannya, tapi kami yakin betul rasanya sangat memanjakan lidah dan perut. Benar saja, sampai Kia dibuat kenyang olehnya. Ya, sembari menunggu saya menghabiskan makanan, mas husband menyuapi Kia dengan Roti Chapati.
Roti Chapati |
Chef dan Meja Pembuatan Roti Chapati |
Tepat dibelakang tempat chef melakukan pekerjaannya, terdapat sebuah etalase yang menyajikan beberapa bentuk makanan. Tidak tau itu menu apa saja, yang saya kenal hanya bentuk mirip kwetiau yang diletakkan diatas beberapa mangkok. Disebelah kanan etalase terdapat sebuah gentong yang terbuat dari aluminium dan berisi teh panas. Dibawah etalase berjajar rapi teko-teko aluminium yang telah diisi teh panas tadi.
Kwetiau dkk, Teko dan Teh |
Sudah habis sudah kenyang, alhamdulillah, mari kita bayar lalu bergegas pulang.
Meja Kasir dan Ekspresi Pelanggan. |
1. Stewed Beef Noodle : 155 NTD
2. Braised Beef Vermicelli (spicy) : 155 NTD
3. Roti Chapati : 30 NTD
4. Teh : Free
Rules |
Ada yang tau artinya? (2) |
Nah pulangnya bagaimana? Kami serahkan semua pada google maps. Kalau kami pulang menuju New Taipei City, kami harus berjalan kaki menuju Apollo Building, dengan lihat maps ya tentunya. Di depan Apollo Building ini terdapat halte bus. Kami naik bus nomor 278 atau 278 shuffle menuju Guting Station. Dari Guting Station kami harus oper bus nomor 254, bus yang sering kami tumpangi kalau perjalanan pulang dari Gongguan Station. Kenapa harus oper? Karena itu opsi jalan terdekat dengan apartemen kami.
Begitu ya, semoga artikel ini bermanfaat buat yang ingin kuliner makanan halal di Taiwan. Sampai ketemu di artikel selanjutnya.
Halal Chinese Beef Noodle Restaurant
No. 1號, Alley 7, Lane 137, Yanji Street, Da’an District, Taipei City, Taiwan 106.
Open Monday-Sunday,
11.30-14.00 and 17.00-20.30.
Gilaaaa. Artikel ini benar2 memberi sugesti kpd diriku utk sesegera mgkn kesana... taiwan salah satu destinasi impian aku loh mba..
BalasHapusUlasan kuliner halal di artikel ini sgt membantu nihh..
Good job mbak kuuu
Wkwkwkwk. Segeralah kesini.
Hapuswahh jadi penasaran mau makan disana jugaa..
BalasHapusBoleh dooong nanti kopdar di Taipei hihihi
Hapusmenu Stewed Beef Noodle tambah sambal dan kecap boleh juga
BalasHapusKalau saya bole kasi saran sih, lebi baik cuma dikasih garam hihihi
Hapus