Tidak semua perjalanan saya menemukan suasana yang indah dan nyaman. Tak ingin basa-basi, saya langsung saja, di artikel ini saya ingin berbagi cerita tentang ketidaknyamanan saat pergi jalan-jalan. Tapi biar imbang, saya sisipkan gambar-gambar bagus di sela-sela cerita. Masih mau baca tidak ya? Saya harap temans masih stay disini sampai cerita berakhir. #MendadakMellow.
~oOo~
Di hari libur yang buat saya unpredictable ini, dari awal keberangkatan sudah bikin mood saya ngga stabil. Selain karena hampir satu minggu sakit kepala tak kunjung reda, juga karena -- entah somehow -- saya sudah punya feel ngga enak tentang jalan-jalan kali ini.
Hari Kamis dan Jum'at minggu kemarin adalah hari libur nasional di Taiwan. Saya baru mengetahuinya Rabu malam. Karena libur nasional otomatis mas husband juga libur kuliah dan kerja.
Hari Kamis dan Jum'at minggu kemarin adalah hari libur nasional di Taiwan. Saya baru mengetahuinya Rabu malam. Karena libur nasional otomatis mas husband juga libur kuliah dan kerja.
Sampai menjelang hari Kamis, kami belum mendapat ide mau jalan kemana. Sampai kemudian ada kerabat yang sedang bekerja di Taiwan menghubungi mas husband. Beliau mengajak kami bertiga untuk berwisata ke Yangmingshan National Park. Mas husband mengiyakan, kemudian berdiskusi dengan saya. Tak lama berselang, tercetuslah keputusan kalau hari Jum'at jalan-jalan, sementara hari Kamisnya mas husband pergi ke kampus untuk mengerjakan disertasinya.
Baca juga : Ikut suami lanjut sekolah di Taiwan? Siapa takut!
Baca juga : Ikut suami lanjut sekolah di Taiwan? Siapa takut!
Kamis pun berlalu, hari Jum'at pagi saya sudah menyiapkan semua sebelum berangkat. Sakit kepala masih terasa namun bisa diabaikan. Saya berharap sakit kepala akan hilang setelah jalan-jalan ke tempat baru. Setelah semua siap, kami bertiga bergegas berangkat karena sudah ditunggu.
Seperti biasa, kami naik bus 672 (bisa juga bus 207) tujuan stasiun MRT Gongguan. Kerabat mas husband ini menunggu di Taipei Main Station (jalur merah dan atau biru). Dari Gongguan (jalur hijau-kereta tujuan Songshan) melewati dua stasiun kemudian turun di MRT C.K.S Memorial Hall. Kami pindah kereta jalur merah-tujuan Tamsui, melewati satu stasiun dan berhenti di MRT Taipei Main Station (TMS).
Sempat kaget ya. Ini hari Jum'at, dan TMS begitu sesak dengan orang-orang. Nampaknya orang luar Taipei berdatangan untuk menikmati liburan di ibukota.
Kerabat mas husband bersama seorang teman (asal Vietnam) sudah menunggu di aula TMS. Sebut saja mbak I dan mbak T (asal Vietnam). Mereka perempuan kuat, rela meninggalkan suami dan anak untuk bekerja dinegeri orang, mereka termasuk sumber devisa negara.
Biasanya kalau bepergian jauh, kami bertiga lebih suka naik kereta. Tapi kali ini berbeda, mengikuti saran mbak I, kami berlima naik bus langsung menuju Yangmingshan. Namanya hari libur nasional, yang antri naik bus ke Yangmingshan masya allah banyaknya. Dan dari antrian ini saya sudah bisa prediksi, Yangmingshan pasti akan penuh juga.
Poin 1. Rekreasi keluarga tapi ditunggu orang itu terasa tidak merdeka sama sekali.
Seperti biasa, kami naik bus 672 (bisa juga bus 207) tujuan stasiun MRT Gongguan. Kerabat mas husband ini menunggu di Taipei Main Station (jalur merah dan atau biru). Dari Gongguan (jalur hijau-kereta tujuan Songshan) melewati dua stasiun kemudian turun di MRT C.K.S Memorial Hall. Kami pindah kereta jalur merah-tujuan Tamsui, melewati satu stasiun dan berhenti di MRT Taipei Main Station (TMS).
Sempat kaget ya. Ini hari Jum'at, dan TMS begitu sesak dengan orang-orang. Nampaknya orang luar Taipei berdatangan untuk menikmati liburan di ibukota.
Kerabat mas husband bersama seorang teman (asal Vietnam) sudah menunggu di aula TMS. Sebut saja mbak I dan mbak T (asal Vietnam). Mereka perempuan kuat, rela meninggalkan suami dan anak untuk bekerja dinegeri orang, mereka termasuk sumber devisa negara.
Biasanya kalau bepergian jauh, kami bertiga lebih suka naik kereta. Tapi kali ini berbeda, mengikuti saran mbak I, kami berlima naik bus langsung menuju Yangmingshan. Namanya hari libur nasional, yang antri naik bus ke Yangmingshan masya allah banyaknya. Dan dari antrian ini saya sudah bisa prediksi, Yangmingshan pasti akan penuh juga.
Poin 2. Kalau kalian suka ke-private-an, jangan sekali-kali merencanakan wisata
pada saat hari libur, Sabtu dan Minggu.
Hampir dua jam kami berdiri menunggu giliran naik bus 260 tujuan Yangmingshan. Panas, pusing, bete sumpah! Untung Kia yang juga ikut bosan ini tidak rewel, melainkan langsung tidur di pelukan. Itu sangat meringankan beban Ibu, trims ya nak.
Mengantri berjam-jam sambil berdiri rupanya diberi keadilan saat naik bus. Peraturannya : Yang sudah mengantri sambil berdiri, dapat tempat duduk di bus. Yang ingin naik bus tanpa mengantri dipersilahkan berdiri dalam bus.
Alhamdulillah saya dan mas husband dapat tempat duduk paling depan. Sementara mbak I dan mbak T memilih tempat duduk dibelakang. Kagetnya mbak T ngga duduk disebelah mbak I. Malah mbak I duduk sama pria yang baru dikenal saat mengantri tadi. Mmnnggg...
Lagi-lagi, karena hari libur nasional, ada banyak orang yang naik kendaraan pribadi untuk berwisata ke sejumlah daerah sehingga jalanan jadi macet. Siang, panas, pusing, macet. Masya Allah tambah pusing kepala. Untung lagi Kia masih tertidur pulas. Anak pintar.
Berangkat dari rumah jam 10 pagi, sampai di Yangmingshan jam 2 siang. Sampai di TKP pun sudah penuh sesak dengan wisatawan. Jangan bayangkan jadi saya, bawa bayi, sedang sakit kepala, capek di perjalanan, niat refreshing malah jadi gagal dapat momen epic.
Mas husband mengatakan kalau mau naik lagi ke atas bukit bisa naik bus nomor 18, dan do'i yakin kami akan naik bus itu. Sementara mbak I bilang tidak. Beliau mengajak ke tempat lain, kalau ngga salah namanya Yangming Park. Nah dari tempat parkir bus 260 ke Yangming Park atau Yangmingshan Flower Clock kudu berjalan sejauh satu kilometer lebih. Wait wait! Saya tidak mendesain persiapan perjalanan kali ini seperti ini.
Mau ngga mau yang muda mengikuti yang tua. Mas husband menjanjikan di depan saat sudah mendapat tempat duduk, kami pisah dari mereka dan naik ke atas bukit tadi. Apapun opsinya, saya prefer pilih piknik duduk santai menikmati pemandangan. Bukannya apa, saya bawa bayi dan sedang sakit, bayinya pun saya gendong dan ngga pake stroller, mana barang bawaannya banyak khaaan. Huft.
Untung saja di beberapa tempat makan di sepanjang jalan menuju Yangming Park. Kia yang sudah bangun dari tidur panjangnya otomatis kelaparan. Camilan tidak cukup baginya. Kia harus makan siang. Tapi.. Lagi-lagi yang muda mengikuti yang tua. Saat yang tua selesai makan, Kia yang masih belum separuh makanannya habis sudah harus berhenti dan ikut jalan. Nyebelinnya mas husband malah ngikut aja.
Gara-gara ini saya jadi mblayer bro. Asli. Saya nggerundel ke mas husband, sama do'i cuma dibilang sabar. Setelah nggerundel, saya tau kami tidak akan menemukan jalan sendiri dan masih mbuntut mereka sampai akhir perjalanan. Kan ya sama-sama jadi Ibu, tapi kok tidak memikirkan bayi yang saya bawa sih.huft. Tauk ah! Harapanku semoga Kia bisa sabar tidak rewel jadi Ibunya juga bisa ikut sabar. Lanjut!
Setelah sampai di Yangming Park, saya memutuskan untuk berhenti, membuka gendongan Kia dan menggeletakkan semua barang-barang di atas rerumputan yang dibuat orang-orang untuk bersantai. Dalam hati saya sudah tidak peduli dengan energi mereka yang kepingin lanjut jalan. Saya ingin duduk dan menyuapi Kia yang sudah rewel dari tadi.
Ya, saya mendapatkan keinginan saya. Saya duduk menyuapi Kia, mbak I dan mbak T pergi entah kemana, mas-mas yang saya tidak tau namanya (yang sedari sampai di Parkir Bus Yangmingshan, mengikuti rombongan kami) juga pergi mencari tempat untuk merokok, lalu mas husband membeli minuman.
Kia makan dengan lahap sembari nggeremet kesana-kemari. Lega dan senang ngelihatnya. Kia jadi pusat perhatian. Beberapa anak-anak yang duduk disekitar kami bergantian menggoda Kia dengan bahasa mereka.
Setelah Kia makan, saya gantian makan, ngga lama mas husband datang membawa banyak minuman. Gantian ya, dari tadi makanan ditraktir terus sama mbak I. Mau saya ganti bayar, malah dipelototin dan ngga dibolehin, wakakak. Jadinya mas husband membelikan mereka minuman.
Puas bersantai, kami turun kebawah bukit dan menemukan tempat yang diberi nama Yangmingshan Flower Clock. Tidak tau pasti mengapa dinamakan seperti itu. Tapi jika dilihat dari atas memang ada salah satu taman disini yang dibentuk mirip dengan bunga (lupa namanya) dan bunga tersebut dihadapkan searah jarum jam. Dan hari ini ada beberapa bunga Sakura yang mekar. Perfect!
Walau merasa tidak puas selama perjalanan tadi, setidaknya kami masih bisa merasakan kesempatan bertiga menikmati keindahan bunga Sakurainstead berdesakan dengan orang-orang yang juga sibuk berfoto dengan bunga Sakura.
Karena mbak I dan mbak T bilang sudah puas berfoto disini, mereka menunggu kami dengan mengantri di halte bus terdekat. Hari sudah sore memang, awan dan kabut pun semakin tebal. Kami bertiga segera mengakhiri sesi menikmati bunga Sakura, dan langsung mencari halte yang dimaksud. Setelah bertemu mereka, antri sebentar, eh langsung deh naik bus menuju Parkir Bus Yangmingshan. Alhamdulillah ngga perlu antri lama...
Sesampainya di Parkir Bus Yangmingshan, ternyata sudah buanyaaaaaaaaaakkk yang antri untuk masuk bus 260 (tujuan Taipei Main Station) dan bus R5 (tujuan MRT Jiantan). Walau dibagi jadi empat baris, teteup ya antrinya sampai meluber gitu. Masya Allah. Mau ngga mau kami ikut antri juga. Ada gitu satu jam ngantri, fiuh.
Sudah kadung masuk barisan antrian bus nomor 260, saya minta mas husband agar turun di Jiantan dan naik MRT saja, untung bus 260 melewati MRT Jiantan. Menurut saya, kalau Taipei sudah penuh sesak dengan orang-orang seperti ini, rasanya ngga worth kalau harus naik bus. Naik bus, pasti bakal macet di jalan. Kalau naik MRT walau yang antri banyak tapi ngga bakal kena kemacetan. Iya, mas husband mengiyakan permintaan saya.
Bus sampai di MRT Jiantan dan kami bertiga turun. Rupanya mbak I, mbak T dan mas siapa saya ngga tanya namanya juga ikut turun. Kami berenam naik MRT jalur merah tujuan Xiangshan dan turun di MRT Minquan W.Rd. Dan benar saja, kereta juga jadi alternatif orang-orang yang tidak ingin merasakan kemacetan jalur darat. Berjubelnya masya allah...
Kami berpisah di stasiun Minquan W.Rd. Mereka naik bus ke arah Taoyuan Airport untuk pulang, sementara kami lanjut MRT jalur kuning tujuan Nanshijiao dan turun di MRT Dingxi.
Ah.. ayem sekali perjalanan pulang naik kereta. Ngga lama, ngga pusing dan nyaman. Sampai Dingxi, kami melipir ke resto indo langganan untuk makan bakso sebelum pulang. Alhamdulillah pusing di kepala mendadak hilang karena hangatnya makan bakso. Lho? Jangan tanya kenapa, karena saya pun tak tau...
Terima kasih ya sudah mau baca sampai akhir. Jangan bosan-bosan ya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya~
Mengantri berjam-jam sambil berdiri rupanya diberi keadilan saat naik bus. Peraturannya : Yang sudah mengantri sambil berdiri, dapat tempat duduk di bus. Yang ingin naik bus tanpa mengantri dipersilahkan berdiri dalam bus.
Alhamdulillah saya dan mas husband dapat tempat duduk paling depan. Sementara mbak I dan mbak T memilih tempat duduk dibelakang. Kagetnya mbak T ngga duduk disebelah mbak I. Malah mbak I duduk sama pria yang baru dikenal saat mengantri tadi. Mmnnggg...
Lagi-lagi, karena hari libur nasional, ada banyak orang yang naik kendaraan pribadi untuk berwisata ke sejumlah daerah sehingga jalanan jadi macet. Siang, panas, pusing, macet. Masya Allah tambah pusing kepala. Untung lagi Kia masih tertidur pulas. Anak pintar.
Poin 3. Jika akan berwisata saat libur nasional atau hari Sabtu dan Minggu, maka jangan sekali-kali memilih jalur darat. Pilih jalur underground (kereta/MRT).
Berangkat dari rumah jam 10 pagi, sampai di Yangmingshan jam 2 siang. Sampai di TKP pun sudah penuh sesak dengan wisatawan. Jangan bayangkan jadi saya, bawa bayi, sedang sakit kepala, capek di perjalanan, niat refreshing malah jadi gagal dapat momen epic.
Mas husband mengatakan kalau mau naik lagi ke atas bukit bisa naik bus nomor 18, dan do'i yakin kami akan naik bus itu. Sementara mbak I bilang tidak. Beliau mengajak ke tempat lain, kalau ngga salah namanya Yangming Park. Nah dari tempat parkir bus 260 ke Yangming Park atau Yangmingshan Flower Clock kudu berjalan sejauh satu kilometer lebih. Wait wait! Saya tidak mendesain persiapan perjalanan kali ini seperti ini.
Mau ngga mau yang muda mengikuti yang tua. Mas husband menjanjikan di depan saat sudah mendapat tempat duduk, kami pisah dari mereka dan naik ke atas bukit tadi. Apapun opsinya, saya prefer pilih piknik duduk santai menikmati pemandangan. Bukannya apa, saya bawa bayi dan sedang sakit, bayinya pun saya gendong dan ngga pake stroller, mana barang bawaannya banyak khaaan. Huft.
Untung saja di beberapa tempat makan di sepanjang jalan menuju Yangming Park. Kia yang sudah bangun dari tidur panjangnya otomatis kelaparan. Camilan tidak cukup baginya. Kia harus makan siang. Tapi.. Lagi-lagi yang muda mengikuti yang tua. Saat yang tua selesai makan, Kia yang masih belum separuh makanannya habis sudah harus berhenti dan ikut jalan. Nyebelinnya mas husband malah ngikut aja.
Poin 4. Hellooowww. Perut bayi tidak bisa disamakan dengan perut orang dewasa lho.
Orang dewasa punya banyak gigi dan bisa langsung melahap banyak makanan sekaligus.
Lha bayi? Mbok ya toleransi gitu.
Gara-gara ini saya jadi mblayer bro. Asli. Saya nggerundel ke mas husband, sama do'i cuma dibilang sabar. Setelah nggerundel, saya tau kami tidak akan menemukan jalan sendiri dan masih mbuntut mereka sampai akhir perjalanan. Kan ya sama-sama jadi Ibu, tapi kok tidak memikirkan bayi yang saya bawa sih.huft. Tauk ah! Harapanku semoga Kia bisa sabar tidak rewel jadi Ibunya juga bisa ikut sabar. Lanjut!
Setelah sampai di Yangming Park, saya memutuskan untuk berhenti, membuka gendongan Kia dan menggeletakkan semua barang-barang di atas rerumputan yang dibuat orang-orang untuk bersantai. Dalam hati saya sudah tidak peduli dengan energi mereka yang kepingin lanjut jalan. Saya ingin duduk dan menyuapi Kia yang sudah rewel dari tadi.
Walau hati nggerundel, kudu teteup riang didepan kamera. |
Nyobain kamera dan tripod baru. Eh, ini malah ngga sengaja ke capture. Ha ha. |
Fokus di Ibu dan Anak saja ya. |
Ya, saya mendapatkan keinginan saya. Saya duduk menyuapi Kia, mbak I dan mbak T pergi entah kemana, mas-mas yang saya tidak tau namanya (yang sedari sampai di Parkir Bus Yangmingshan, mengikuti rombongan kami) juga pergi mencari tempat untuk merokok, lalu mas husband membeli minuman.
Kia makan dengan lahap sembari nggeremet kesana-kemari. Lega dan senang ngelihatnya. Kia jadi pusat perhatian. Beberapa anak-anak yang duduk disekitar kami bergantian menggoda Kia dengan bahasa mereka.
Setelah Kia makan, saya gantian makan, ngga lama mas husband datang membawa banyak minuman. Gantian ya, dari tadi makanan ditraktir terus sama mbak I. Mau saya ganti bayar, malah dipelototin dan ngga dibolehin, wakakak. Jadinya mas husband membelikan mereka minuman.
Puas bersantai, kami turun kebawah bukit dan menemukan tempat yang diberi nama Yangmingshan Flower Clock. Tidak tau pasti mengapa dinamakan seperti itu. Tapi jika dilihat dari atas memang ada salah satu taman disini yang dibentuk mirip dengan bunga (lupa namanya) dan bunga tersebut dihadapkan searah jarum jam. Dan hari ini ada beberapa bunga Sakura yang mekar. Perfect!
Maps |
Yangmingshan Park |
Walau merasa tidak puas selama perjalanan tadi, setidaknya kami masih bisa merasakan kesempatan bertiga menikmati keindahan bunga Sakura
Mmmnnggg... |
Gendong boneka hidup. |
Hidung dan mulutnya balapan, wkwk. |
Sakura ! |
Karena mbak I dan mbak T bilang sudah puas berfoto disini, mereka menunggu kami dengan mengantri di halte bus terdekat. Hari sudah sore memang, awan dan kabut pun semakin tebal. Kami bertiga segera mengakhiri sesi menikmati bunga Sakura, dan langsung mencari halte yang dimaksud. Setelah bertemu mereka, antri sebentar, eh langsung deh naik bus menuju Parkir Bus Yangmingshan. Alhamdulillah ngga perlu antri lama...
Sesampainya di Parkir Bus Yangmingshan, ternyata sudah buanyaaaaaaaaaakkk yang antri untuk masuk bus 260 (tujuan Taipei Main Station) dan bus R5 (tujuan MRT Jiantan). Walau dibagi jadi empat baris, teteup ya antrinya sampai meluber gitu. Masya Allah. Mau ngga mau kami ikut antri juga. Ada gitu satu jam ngantri, fiuh.
Sudah kadung masuk barisan antrian bus nomor 260, saya minta mas husband agar turun di Jiantan dan naik MRT saja, untung bus 260 melewati MRT Jiantan. Menurut saya, kalau Taipei sudah penuh sesak dengan orang-orang seperti ini, rasanya ngga worth kalau harus naik bus. Naik bus, pasti bakal macet di jalan. Kalau naik MRT walau yang antri banyak tapi ngga bakal kena kemacetan. Iya, mas husband mengiyakan permintaan saya.
Bus sampai di MRT Jiantan dan kami bertiga turun. Rupanya mbak I, mbak T dan mas siapa saya ngga tanya namanya juga ikut turun. Kami berenam naik MRT jalur merah tujuan Xiangshan dan turun di MRT Minquan W.Rd. Dan benar saja, kereta juga jadi alternatif orang-orang yang tidak ingin merasakan kemacetan jalur darat. Berjubelnya masya allah...
Kami berpisah di stasiun Minquan W.Rd. Mereka naik bus ke arah Taoyuan Airport untuk pulang, sementara kami lanjut MRT jalur kuning tujuan Nanshijiao dan turun di MRT Dingxi.
Ah.. ayem sekali perjalanan pulang naik kereta. Ngga lama, ngga pusing dan nyaman. Sampai Dingxi, kami melipir ke resto indo langganan untuk makan bakso sebelum pulang. Alhamdulillah pusing di kepala mendadak hilang karena hangatnya makan bakso. Lho? Jangan tanya kenapa, karena saya pun tak tau...
~oOo~
Terima kasih ya sudah mau baca sampai akhir. Jangan bosan-bosan ya. Sampai jumpa di artikel selanjutnya~