Well, sepenuhnya ini memang kesalah (paham) an saya, tapi mereka tidak menyalahkan, bahkan mereka tersenyum ramah dan sepenuhnya sibuk mengurus NHI kami.
~oOo~
Berbeda dengan 'birokrasi lama' di Indonesia ya, yang mudah sekali menyalahkan dan memperumit hal yang sebenarnya tidak rumit.
Ah, tidak tidak, saya dilarang sama mas husband membanding-bandingkan negara sendiri dengan negara Taiwan. Maka, yuk mari kita berbicara hal positif saja.
~oOo~
Menurut informasi dari petugas perempuan (bisa berbahasa Inggris) yang menangani kami saat pembuatan NHI kemarin, bahwa kartu NHI akan diantar ke apartemen kami akhir bulan Juni. Namun rupanya kartu NHI datang hanya berselang sembilan hari setelah kami membuat NHI.
Pada hari kedatangan petugas pengantar kartu NHI, yang sama sekali tidak saya duga, smartphone saya berdering tanda ada panggilan masuk. Saya lihat di layar, tertera nomor lokal (Taiwan) berawalan 02. Karena saya orangnya terlalu berhati-hati, telepon tersebut tidak saya angkat. Toh juga nanti kalau si penelepon speak up pakai bahasa Zhongwen, saya tidak tau harus menjawab apa. Saya biarkan smartphone terus berdering.
Setelah tidak berdering lagi, saya langsung chit chat sama mas husband yang kala itu sedang berada di kampus. Mas husband menyuruh saya untuk mengangkat, khawatir si penelepon adalah petugas NHI, karena awalan 02 itu dari kantor. Lah, beliau tidak menelepon lagi jadi saya tak bisa berbuat apa-apa dong, saya kekeuh sama alasan (di paragraf atas).
Setengah jam kemudian smartphone saya berdering lagi. Bukan telepon melainkan pesan masuk. Berikut pesan masuknya.
Hmmm |
Screenshoot lalu terjemahkan pakai google translate. Kurang paham. Copy pesan lalu terjemahkan lagi di google translate. Baiq. Fix, kalau kami harus kembali ke kantor NHI. Dugaan saya ada dua : langsung bisa ambil kartu NHI dan mengurus administrasi NHI dari awal.
Baca lagi : Urus NHI Taiwan Sendiri? Ngga Ribet Kok!
Kemarin, setelah mas husband sholat Jum'at di Taipei Cultural Mosque, kami bergegas ke kantor NHI. Mas husband menantang saya untuk mengurusnya sendiri. Hmmm, saya terima tantangannya walau ya hati ini deg-deg an.
Panik dong saya saat ke bagian informasi dan tak ada seorangpun petugas bagian informasi yang mengerti English. Petugas perempuan separuh baya ini seperti terburu-buru (like usual orang-orang Taiwan yang selalu berlaku taktis dan cepat tanggap dikesehariannya--kami aja yang menyebutnya terburu-buru karena masih terbiasa dengan lingkungan Indonesia yang slow motion) bertanya pakai bahasa Zhongwen kemudian menyodorkan secarik kertas berlaminating yang berisi tulisan berbahasa Inggris. Namun maksud kedatangan saya tak ada di satupun pilihan yang ada di kertas tersebut. Buka google translate dan bersiap menerjemahkan maksud saya ke bahasa mereka. Namun tiba-tiba fokus mata tertuju ke belakang petugas informasi, ada sederet loket dengan tulisan 'NHI Card Pick-Up'. Sontak saya langsung menunjuk kebelakang petugas dan berkata, "NHI Card Pick-Up" ?
Beliau menekan mesin yang ada didepannya dan menarik kertas kecil dari mesin tersebut lalu diberikan ke saya sambil berkata dengan bahasa Zhongwen (yang sudah jelas saya tak mengerti) dan menunjuk belakang saya. Oh I see. Saya berterima kasih pada beliau kemudian menuju ke loket 'NHI Card Services'.
Loket NHI Card Services |
Sembari menunggu antrian, mas husband cengar-cengir lalu berkata, "Ayah suka lihat Ibu panik kayak tadi". Hmmm #jitak. "Ayo siap-siap bu, tu bentar lagi nomormu. Ini servis macam apa sih, baru aja duduk uda mau dipanggil aja". Lha mbok kiro ini antrian rujak cingur viral, ayy? Ngantriii sak dawan-dawan wkwkwk. Oke, jowo-ku metu.
Nomor antrian saya dipanggil mesin pakai bahasa Zhongwen. Langsung dong saya ke loket.
"Ni kei ingwen ma?"
Petugas loket laki-laki yang juga sudah berusia senja ini mengernyitkan dahi. "ARC ARC", pungkasnya kemudian.
Oke, kayaknya Ni kei ingwen ma tak berlaku hari ini. Saya langsung mengeluarkan ARC saya dan ARC Kia dari dalam tas lalu memberikan pada beliau.
"Liang ke?" (dua?).
"Shi" (iya, digunakan jika berbicara pada orang yang lebih tua).
Bahagianya saya bisa mengerti dan menjawab beliau dengan bahasa Zhongwen.
Beliau menatap layar komputernya bergantian dengan kartu ARC kami. Lalu berbincang dengan teman sebelahnya (yang tidak bisa saya lihat karena ketutupan sama layar komputernya) sambil mengibas-ngibaskan kartu ARC Kia, lalu sesekali tertawa.
Saya mengerti, mereka mengetawakan nama Chinese Kia : Ke'ai.
"Ke'ai means Kawaii", kata beliau sambil tersenyum.
Di kertas nomor antrian saya tadi, beliau menulis kode nomor yang nampaknya keluar dari layar komputernya. Kemudian mengatakan sesuatu sambil menunjuk sebuah gambar loket NHI Card Pick-Up. Baru sedetik saya lihat dan akan mengangguk, beliau langsung dengan sigap beranjak dari tempat duduknya. Beliau berdiri sontak saya pun ikut berdiri. Lalu beliau berjalan memutar, keluar dari loket, berjalan menuju tempat saya, sambil mulutnya komat-kamit (saking cepatnya beliau berbicara namun tak terdengar jelas ditelinga juga bahasanya pun tak saya mengerti).
Saya paham bahwa beliau akan mengantar saya ke loket NHI Card Pick-Up. Batin saya, pak, mpun mboten usah repot-repot, kulo ngerti maksud njenengan. Namun tetap beliau berjalan menuju loket NHI Card Pick-Up sambil memasang gestur tubuh agar saya mengikutinya.
Loket NHI Card Pick-Up |
Sampai di loket, beliau memberikan kertas yang berisi kode dan ARC kami ke petugas loket dan menyuruh saya untuk mendekat. Saya pun berjalan didepan tatapan-tatapan mata yang sedang mengantri untuk dipanggil. Gusti Allah, paringi kulo kuwat...
Setelah saya mendekat beliau pergi begitu saja. Dan bodohnya, saya lupa berterima kasih. Huft.
Ada dua petugas yang menjaga loket NHI Card Pick-Up, keduanya perempuan hanya berbeda usia. Kali ini saya mengikuti saja perintah mereka, belajar mengamati bahasa Zhongwen, dan sedikit melupakan Ni kei ingwen ma. Lha kok petugas yang memakai rompi berwarna kuning dan nampaknya beliau sudah berusia senja sekali, bisa berbahasa Inggris. Beliaulah yang membantu saya menerjemahkan perintah petugas satunya, tanpa saya minta. Masya Allah...
Alhamdulillah |
Hanya tanda tangan serah terima, kartu NHI sudah bisa diambil.
Masya Allah, begitu mudahnya prosedur hari ini. Saya yang lalai karena tak menjawab telepon orang kantor NHI, tapi malah mereka semua yang repot mengurusi proses pengembalian kartu NHI kami. Semua prosedur hari ini, dari yang mbulet di bagian informasi sampai pengambilan kartu NHI tidak sampai memakan waktu setengah jam. Terima kasih banyak untuk semua petugas NHI.
Masya Allah, begitu mudahnya prosedur hari ini. Saya yang lalai karena tak menjawab telepon orang kantor NHI, tapi malah mereka semua yang repot mengurusi proses pengembalian kartu NHI kami. Semua prosedur hari ini, dari yang mbulet di bagian informasi sampai pengambilan kartu NHI tidak sampai memakan waktu setengah jam. Terima kasih banyak untuk semua petugas NHI.
~oOo~
Kembali lagi, kelalaian saya ini tidak boleh dicontoh dan dalam pembuatan NHI pun tidak boleh dientengkan ya.
Terima kasih sudah membaca artikel saya, semoga bermanfaat. Salam.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.