Earlier Note.
Mon maap, karena judul dan artikelnya tidak sepaham, yang judul pakai
bahasa Inggris dan artikelnya semua berbahasa Indonesia. Hal ini
dikarenakan ada banyak kalimat berbahasa untuk mendeskripsikan judulnya,
saking banyaknya bingung pilih yang mana, alhasil tercetuslah judul
yang simpel : Wulai Waterfall History And How To Get There, dirasa judul ini
sangat pas mengingat artikel ini sangat panjang dan kali lebar
menggambarkan bagaimana cara kesananya. Selamat membaca.
Mas husband nih ngga berhenti-berhentinya kasih tantangan. Kalau kemarin-kemarin soal makanan, kali ini soal hal jalan-jalan diserahkan ke saya juga. Dari mulai tujuan, transportasi dan budgetnya. Langsung nge-list dong saya, mau kemana aja kalau nanti waktunya jalan-jalan. Tiba-tiba do'i kasih link video youtube destinasi wisata alam. Saya klik, amati dengan seksama, lalu terpukau.
~oOo~
Mas husband nih ngga berhenti-berhentinya kasih tantangan. Kalau kemarin-kemarin soal makanan, kali ini soal hal jalan-jalan diserahkan ke saya juga. Dari mulai tujuan, transportasi dan budgetnya. Langsung nge-list dong saya, mau kemana aja kalau nanti waktunya jalan-jalan. Tiba-tiba do'i kasih link video youtube destinasi wisata alam. Saya klik, amati dengan seksama, lalu terpukau.
Adalah Wulai Waterfall
(烏來瀑布), Wisata Air Terjun yang cantik dan kaya sejarah pribumi Taiwan,
dan bikin saya ternganga karena kecantikan alamnya. Saya ternganga
sambil tiduran mikcu-in Kia betewe. Setelah Kia
tertidur sambil ternganga juga karena kenyang ASI, saya pun bangun dan
langsung ambil buku agenda plus bolpoin warna-warni. Mulailah saya corat
coret di halaman Next Trip ALK. Semua informasi dari channel youtube
kakek guru tersebut saya tuliskan di buku. (Terima kasih buat kakek guru
atas informasi lengkapnya).
Singkat cerita, ke Wulai Waterfall nya terealisasi Kamis kemarin.
Seperti biasa, dari apartemen kami naik bus ke MRT Gongguan (Green Line), lalu dari Gongguan kami naik kereta ke MRT Xindian (Green Line). Teriknya matahari kota Taipei seperti takut masuk daerah New Taipei City (Xindian). Cuaca tiba-tiba berubah mendung. Hati deg-degan dong, kalau sampai di air terjun dan hujan, yaa udin, wassalamualaikum pulang aja kalau gitu.
Dari Xindian, kami naik bus (yang cuma ada satu-satunya) ke Wulai, yakni bus dengan nomor punggung 849. Nantinya kami akan turun di stasiun pemberhentian terakhir bus 849 : Wulai Bus Station.
Tuh kan benar, mataharinya tenggelam tiba-tiba, eh maksudnya tenggelam tertutup awan kabut District Xindian. Sepanjang jalan yang berliku-liku (sungguhan berliku-liku dan berkelok-kelok), hanya nampak kabut dan rintik hujan. Apakah memang karena cuaca suka hujan? Padahal ini kan waktunya musim panas bro, di youtube kakek guru tadi nampak terang Wulai Waterfall nya karena cuacanya cerah. Huft, yauda deh diterima aja. Sabar ya, perjalanan masih lanjut kok. Kia aman, tertidur sepanjang perjalanan. Dan Ayah? Ngga keliatan sih, do'i duduk dibelakang kursi saya, kayaknya sih sepanjang perjalanan do'i melakukan kebiasaannya : mentelengin handphone.
Bus melaju dengan cepat. Pak supir nya cekatan menyetir di jalanan belok-belok walau terlihat fisik beliau mpun sepuh. Ya memang, orang tua di Taiwan rata-rata tidak bisa diremehkan. Slogan 'Yang Tua Yang Berpengalaman' memang cocok disanding mereka. Dari banyaknya jalan yang berkelok tersebut (bahkan ada kelokan jalan yang berputar hampir 360 derajat dan diporos jalan adalah jurang bro), terasa gunung demi gunung pun terlewati. Di setiap pemberhentian, bus kadang berhenti kadang tidak, tergantung ada penumpang yang turun dan atau ada penumpang yang ngawe-awe ingin naik bus ato tidak. Didalam bus pun kebanyakan penumpang yang berusia senja, ada yang membawa tongkat, ada pula yang berambut putih tapi manggul tas ransel yang isinya terlihat penuh, ada juga yang membawa payung dan payungnya dibuat tongkat. Jadi sekelebat menilai bahwa Wulai ini adalah daerah pedesaan yang penduduknya didominasi oleh yang berusia diatas produktif. Hmmm...
Kia pun terbangun satu menit sebelum sampai. Tolah toleh seperti biasanya, lalu ndusel-ndusel minta mikcu. #eh. Bentar lagi sampai dek... Sabar ya.
Sampailah kami dipemberhentian terakhir (Wulai Bus Station), dan..... HUJAN. Whattt, ini kan musim panas hiks. Bawa Kia, bawa stroller dan cuma bawa payung satu, kecil pula. WASSALAAAMMM... Keluar bus langsung lari-larian ke tempat orang-orang menunggu keberangkatan bus selanjutnya ke arah Taipei. Hanya disitulah tempat yang iyup dan terlindungi dari hujan. Banyaknya orang yang juga berteduh, bikin mas husband membuat keputusan untuk berpindah ke gedung yang berjarak 100 meter-an dari tempat ini. Baiq, lari-larian lagi kitaaa.
Rupanya gedung yang kami tuju adalah tempat parkir mobil dan motor. Parkir mobil aja segini mewaaah (batin saya) hahaha. Ngga bisa kami berdiam diri menunggu hujan reda di parkir mobil yang tak ramah manusia ini (maksudnya ngga ada tempat duduk ataupun makanan hehe), ya mana ada juga kalik Lis cuma parkir mobil tapi ada kantinnya, ya kalik--ini kan Taiwan semua ada dan terjadi disini,, malah pikirannya ngobrol sendiri.
Di selatan parkir mobil ada berjejer gedung-gedung yang lantai bawahnya terlihat ramai. Saya memfokuskan mata, terlihat lah ada Family Mart diantara gedung-gedung. Seakan mas husband mengetahui pikiran saya, diputuskanlah kami berpindah tempat meninggalkan gedung. Kami lari kecil 'lagi'. Saya kira belok kiri ke Family Mart, rupanya mas husband malah belok ke kanan. Alasannya, Family Mart penuh dan pasti ngga ada tempat duduk, kalau disini sepi dan ada makanannya. Sini?
Yang sedang dituju mas husband ini sebuah cafe kecil bernama Naughty Food. Saya tidak melihat ada cafe, justru yang saya lihat ada dua kios kecil menjual ice cream dan kopi. Rupanya dibelakang kios kecil ini ada pintu masuk menuju cafe. Dengan segera pelayannya menyapa kami dengan bahasa Zhongwen. Saya jelas melongo, untung mas husband sudah pasang badan. Walau nampak ada kebingungan di raut wajah do'i, tapi do'i tetap maju, mencoba mengerti apa yang dikatakan pelayan itu. Kami menuju etalase besar dan pesan disitu. Setelah pesan, kami mengambil posisi wenak untuk duduk.
Kia, yang sedari tadi duduk di stroller, malah minta berdiri. Nggeremet lah dia. Lucuk banget sih dia. Pingin cium cubit, gemmess. Untung anak sendiri ya, jadi bisa sesuka hati ngapa-ngapain dia ha ha.
Ngga lama pesanan datang satu persatu, mulai dari minuman kemudian makanan pesanan mas husband dan saya. Punya Kia? Sudah sangu dari rumah, as usual. Ngga lama pula kami langsung menyantap sajian Naughty Food ini. As usual juga, saya makan sambil menyuapi Kia.
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan. Berjalan ke selatan dan melewati jembatan yang dibawahnya terdapat sungai panjang nan dalam. Yang mana ada pemandangan cantik yang bisa dinikmati dari atas sungai. Nama sungainya Tonghou River. Sungai ini adalah saksi bisu kehidupan Suku Atayal (Atayal Tribe) yang merupakan kelompok pribumi terbesar ketiga di Taiwan. Jalanan setelah jembatan dinamakan Wulai Old Street. Jika nanti temans datang kesini, bisa mampir di Museum Wulai Atayal, disanalah tempat disimpannya beberapa peninggalan Suku Atayal, disana juga temans akan mendapat informasi dalam bahasa Inggris dan Mandarin mengenai asal usul dan cara hidup Suku Atayal.
Kami ngga mampir museum nya, karena mumpung ada kesempatan ke wisata air terjun sebelum hujan turun lagi. Jadi museumnya hanya lewat saja.
Di Wulai Old Street ada banyak sekali yang dijual disini. Berbagai macam aksesoris khas suku Atayal pun juga dijual disini. Mayan bisa dibuat kenang-kenangan ya. Kalau ada yang tanya : Ini beli dimana, Lis?. Bisa dijawab, "Di tempat kehidupan kelompok suku terbesar ketiga di Taiwan, Wulai", #tsah sambil kibas jilbab. Langsung deh ditampol talenan kebanyakan gaya hahaha. Selain aksesoris ada juga yang menjual makanan lho. Tidak bisa melihat detail makanannya, apalagi memilah mana yang halal ato tidak, karena mengejar waktu ke air terjun, yuk dah cuss.
Di penghujung Old Street, ada sebuah jembatan tua namanya Lansheng Bridge, yang kebetulan disebelahnya sedang dibangun jembatan baru. Kalau dilihat-lihat kebawah jembatan, masya allah sungainya lebar lagi dalam lagi deras pula. Hujan pun turun lagi, ngga langsung byor, tapi dicicil gitu (kayak nyicil utang lama lunasnya #ehh) alias rintik-rintik. Dan kalau dilihat langitnya yang mulai mendung, hujan rintik ini berpotensi menjadi hujan lebat. Benar saja, baru melintas ditengah jembatan, hujan sudah kayak ditumpahin di atas kepala. Untung stroller Kia ada kanopinya, untung juga kami berdua sama-sama pakai topi. Lari-lari lagi kami mencari tempat berteduh.
Mas husband memilih berteduh di Seven Eleven yang letaknya tak jauh dari jembatan. Sambil menunggu hujan reda, kemi tak sengaja ikut arus berbincang dengan seorang wanita (berkulit coklat berdandan menor dan berpakaian sexy) yang asalnya dari Indonesia, yang ikut berteduh dengan teman (atau mungkin pacarnya--atau suaminya mungkin--karena mesra banget mereka berdua kelihatannya) yang merupakan penduduk lokal (nampaknya beliau orang kantoran, nampak dari kemeja lengan panjangnya yang formal serta celana kainnya yang nampak masih licin dan bermerk). Saya dan mas husband kemudian lirik-lirikan, sepertinya kami mendapati pikiran kami yang sama-sama terkoneksi dengan cerita-cerita TKI Indonesia yang sedang menjalin hubungan dengan majikan atau kenalannya yang merupakan penduduk Taiwan dengan harta yang oke punya. Hahaha, skip aja ya, Yuk mari kita berpikiran positif. Karena mbak ini suka sama Kia, saya pun menepis semua pikiran negatif itu dan membalas ramah mbak nya.
Hujan pun kembali rintik-rintik. Karena kami hanya punya satu payung, kami menolak ajakan mbak dan temannya itu untuk bebarengan ke air terjun. Mas husband mempersilahkan mereka untuk berangkat dulu, kemudian membeli payung kecil di Seven Eleven.
Mau jalan lha kok hujannya reda hahaha, diringkes deh payung barunya. Hujannya ini memang ngga niat kok #eh Astaghfirullohal 'adziim...
Kami berjalan mengikuti google maps, kalau dari SevEl sebelah kanannya, kemudian berjalan lurus dan menemukan ada papan informasi. Air terjun Wulai dapat dicapai menggunakan transportasi wisata umum : Log Car.
Untuk mencapai air terjun dapat juga menggunakan transportasi sendiri (seperti sepeda motor; mobil dan bus). Tentunya dari kedua cara ini terdapat jalan yang berbeda.
Dilihat dari papan informasi, jika menggunakan transportasi pribadi dapat melalui jalanan aspal (sebelah kiri papan informasi), sementara jika ingin naik Log Car harus menuju ke atas. Ke atas???
lanjut >>
Singkat cerita, ke Wulai Waterfall nya terealisasi Kamis kemarin.
Seperti biasa, dari apartemen kami naik bus ke MRT Gongguan (Green Line), lalu dari Gongguan kami naik kereta ke MRT Xindian (Green Line). Teriknya matahari kota Taipei seperti takut masuk daerah New Taipei City (Xindian). Cuaca tiba-tiba berubah mendung. Hati deg-degan dong, kalau sampai di air terjun dan hujan, yaa udin, wassalamualaikum pulang aja kalau gitu.
Dari Xindian, kami naik bus (yang cuma ada satu-satunya) ke Wulai, yakni bus dengan nomor punggung 849. Nantinya kami akan turun di stasiun pemberhentian terakhir bus 849 : Wulai Bus Station.
Tuh kan benar, mataharinya tenggelam tiba-tiba, eh maksudnya tenggelam tertutup awan kabut District Xindian. Sepanjang jalan yang berliku-liku (sungguhan berliku-liku dan berkelok-kelok), hanya nampak kabut dan rintik hujan. Apakah memang karena cuaca suka hujan? Padahal ini kan waktunya musim panas bro, di youtube kakek guru tadi nampak terang Wulai Waterfall nya karena cuacanya cerah. Huft, yauda deh diterima aja. Sabar ya, perjalanan masih lanjut kok. Kia aman, tertidur sepanjang perjalanan. Dan Ayah? Ngga keliatan sih, do'i duduk dibelakang kursi saya, kayaknya sih sepanjang perjalanan do'i melakukan kebiasaannya : mentelengin handphone.
Bus melaju dengan cepat. Pak supir nya cekatan menyetir di jalanan belok-belok walau terlihat fisik beliau mpun sepuh. Ya memang, orang tua di Taiwan rata-rata tidak bisa diremehkan. Slogan 'Yang Tua Yang Berpengalaman' memang cocok disanding mereka. Dari banyaknya jalan yang berkelok tersebut (bahkan ada kelokan jalan yang berputar hampir 360 derajat dan diporos jalan adalah jurang bro), terasa gunung demi gunung pun terlewati. Di setiap pemberhentian, bus kadang berhenti kadang tidak, tergantung ada penumpang yang turun dan atau ada penumpang yang ngawe-awe ingin naik bus ato tidak. Didalam bus pun kebanyakan penumpang yang berusia senja, ada yang membawa tongkat, ada pula yang berambut putih tapi manggul tas ransel yang isinya terlihat penuh, ada juga yang membawa payung dan payungnya dibuat tongkat. Jadi sekelebat menilai bahwa Wulai ini adalah daerah pedesaan yang penduduknya didominasi oleh yang berusia diatas produktif. Hmmm...
Kia pun terbangun satu menit sebelum sampai. Tolah toleh seperti biasanya, lalu ndusel-ndusel minta mikcu. #eh. Bentar lagi sampai dek... Sabar ya.
Wulai Bus Station |
Sampailah kami dipemberhentian terakhir (Wulai Bus Station), dan..... HUJAN. Whattt, ini kan musim panas hiks. Bawa Kia, bawa stroller dan cuma bawa payung satu, kecil pula. WASSALAAAMMM... Keluar bus langsung lari-larian ke tempat orang-orang menunggu keberangkatan bus selanjutnya ke arah Taipei. Hanya disitulah tempat yang iyup dan terlindungi dari hujan. Banyaknya orang yang juga berteduh, bikin mas husband membuat keputusan untuk berpindah ke gedung yang berjarak 100 meter-an dari tempat ini. Baiq, lari-larian lagi kitaaa.
Rupanya gedung yang kami tuju adalah tempat parkir mobil dan motor. Parkir mobil aja segini mewaaah (batin saya) hahaha. Ngga bisa kami berdiam diri menunggu hujan reda di parkir mobil yang tak ramah manusia ini (maksudnya ngga ada tempat duduk ataupun makanan hehe), ya mana ada juga kalik Lis cuma parkir mobil tapi ada kantinnya, ya kalik--ini kan Taiwan semua ada dan terjadi disini,, malah pikirannya ngobrol sendiri.
Di selatan parkir mobil ada berjejer gedung-gedung yang lantai bawahnya terlihat ramai. Saya memfokuskan mata, terlihat lah ada Family Mart diantara gedung-gedung. Seakan mas husband mengetahui pikiran saya, diputuskanlah kami berpindah tempat meninggalkan gedung. Kami lari kecil 'lagi'. Saya kira belok kiri ke Family Mart, rupanya mas husband malah belok ke kanan. Alasannya, Family Mart penuh dan pasti ngga ada tempat duduk, kalau disini sepi dan ada makanannya. Sini?
Yang sedang dituju mas husband ini sebuah cafe kecil bernama Naughty Food. Saya tidak melihat ada cafe, justru yang saya lihat ada dua kios kecil menjual ice cream dan kopi. Rupanya dibelakang kios kecil ini ada pintu masuk menuju cafe. Dengan segera pelayannya menyapa kami dengan bahasa Zhongwen. Saya jelas melongo, untung mas husband sudah pasang badan. Walau nampak ada kebingungan di raut wajah do'i, tapi do'i tetap maju, mencoba mengerti apa yang dikatakan pelayan itu. Kami menuju etalase besar dan pesan disitu. Setelah pesan, kami mengambil posisi wenak untuk duduk.
Bukan makna harfiah. |
Menu. |
Pesan disini. |
Tepuk tangan |
Kia, yang sedari tadi duduk di stroller, malah minta berdiri. Nggeremet lah dia. Lucuk banget sih dia. Pingin cium cubit, gemmess. Untung anak sendiri ya, jadi bisa sesuka hati ngapa-ngapain dia ha ha.
Ngga lama pesanan datang satu persatu, mulai dari minuman kemudian makanan pesanan mas husband dan saya. Punya Kia? Sudah sangu dari rumah, as usual. Ngga lama pula kami langsung menyantap sajian Naughty Food ini. As usual juga, saya makan sambil menyuapi Kia.
Pineapple Blue Citrus. |
Pesanan Ayah. Beef Cheese Egg. |
Pesanan Ibu. Fish Steak Cheese. |
Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan. Berjalan ke selatan dan melewati jembatan yang dibawahnya terdapat sungai panjang nan dalam. Yang mana ada pemandangan cantik yang bisa dinikmati dari atas sungai. Nama sungainya Tonghou River. Sungai ini adalah saksi bisu kehidupan Suku Atayal (Atayal Tribe) yang merupakan kelompok pribumi terbesar ketiga di Taiwan. Jalanan setelah jembatan dinamakan Wulai Old Street. Jika nanti temans datang kesini, bisa mampir di Museum Wulai Atayal, disanalah tempat disimpannya beberapa peninggalan Suku Atayal, disana juga temans akan mendapat informasi dalam bahasa Inggris dan Mandarin mengenai asal usul dan cara hidup Suku Atayal.
Tonghou River |
Welfie diatas jembatan Tonghou River. |
Museum Wulai Atayal |
Wulai Old Street. |
Kami ngga mampir museum nya, karena mumpung ada kesempatan ke wisata air terjun sebelum hujan turun lagi. Jadi museumnya hanya lewat saja.
Di Wulai Old Street ada banyak sekali yang dijual disini. Berbagai macam aksesoris khas suku Atayal pun juga dijual disini. Mayan bisa dibuat kenang-kenangan ya. Kalau ada yang tanya : Ini beli dimana, Lis?. Bisa dijawab, "Di tempat kehidupan kelompok suku terbesar ketiga di Taiwan, Wulai", #tsah sambil kibas jilbab. Langsung deh ditampol talenan kebanyakan gaya hahaha. Selain aksesoris ada juga yang menjual makanan lho. Tidak bisa melihat detail makanannya, apalagi memilah mana yang halal ato tidak, karena mengejar waktu ke air terjun, yuk dah cuss.
Di penghujung Old Street, ada sebuah jembatan tua namanya Lansheng Bridge, yang kebetulan disebelahnya sedang dibangun jembatan baru. Kalau dilihat-lihat kebawah jembatan, masya allah sungainya lebar lagi dalam lagi deras pula. Hujan pun turun lagi, ngga langsung byor, tapi dicicil gitu (kayak nyicil utang lama lunasnya #ehh) alias rintik-rintik. Dan kalau dilihat langitnya yang mulai mendung, hujan rintik ini berpotensi menjadi hujan lebat. Benar saja, baru melintas ditengah jembatan, hujan sudah kayak ditumpahin di atas kepala. Untung stroller Kia ada kanopinya, untung juga kami berdua sama-sama pakai topi. Lari-lari lagi kami mencari tempat berteduh.
Pemandangan Nanshi River dari atas Lansheng Bridge. |
Mas husband memilih berteduh di Seven Eleven yang letaknya tak jauh dari jembatan. Sambil menunggu hujan reda, kemi tak sengaja ikut arus berbincang dengan seorang wanita (berkulit coklat berdandan menor dan berpakaian sexy) yang asalnya dari Indonesia, yang ikut berteduh dengan teman (atau mungkin pacarnya--atau suaminya mungkin--karena mesra banget mereka berdua kelihatannya) yang merupakan penduduk lokal (nampaknya beliau orang kantoran, nampak dari kemeja lengan panjangnya yang formal serta celana kainnya yang nampak masih licin dan bermerk). Saya dan mas husband kemudian lirik-lirikan, sepertinya kami mendapati pikiran kami yang sama-sama terkoneksi dengan cerita-cerita TKI Indonesia yang sedang menjalin hubungan dengan majikan atau kenalannya yang merupakan penduduk Taiwan dengan harta yang oke punya. Hahaha, skip aja ya, Yuk mari kita berpikiran positif. Karena mbak ini suka sama Kia, saya pun menepis semua pikiran negatif itu dan membalas ramah mbak nya.
Hujan pun kembali rintik-rintik. Karena kami hanya punya satu payung, kami menolak ajakan mbak dan temannya itu untuk bebarengan ke air terjun. Mas husband mempersilahkan mereka untuk berangkat dulu, kemudian membeli payung kecil di Seven Eleven.
Mau jalan lha kok hujannya reda hahaha, diringkes deh payung barunya. Hujannya ini memang ngga niat kok #eh Astaghfirullohal 'adziim...
Ke atas ke mana? |
Kami berjalan mengikuti google maps, kalau dari SevEl sebelah kanannya, kemudian berjalan lurus dan menemukan ada papan informasi. Air terjun Wulai dapat dicapai menggunakan transportasi wisata umum : Log Car.
Kalau pakai kendaraan pribadi menuju air terjun, bisa lewat sini. |
Untuk mencapai air terjun dapat juga menggunakan transportasi sendiri (seperti sepeda motor; mobil dan bus). Tentunya dari kedua cara ini terdapat jalan yang berbeda.
Dilihat dari papan informasi, jika menggunakan transportasi pribadi dapat melalui jalanan aspal (sebelah kiri papan informasi), sementara jika ingin naik Log Car harus menuju ke atas. Ke atas???
lanjut >>
Naughty Food. Kalau dalam makna harfiah mungkin pas mau dimakan dia loncat-loncat jadi kita harus nangkep dulu. *halah_ngarang_banget_aku
BalasHapusAhahahahaa bisa bisa mbak, bisaaa :D
Hapus