Notifikasi Line berbunyi. Oh dijapri orang penting, mbak Dina. Langsung buka dong.
Mbak Dina : *kirim poster acara Salimah--Klub Baca*
Saya : Wah
.....Diskusi, intinya beliau meyakinkan bahwa acara ini sangat bermanfaat, sayang banget kalau ngga datang.....
Berakhirnya diskusi, saya langsung japri mbak Ulfah untuk konfirmasi kedatangan.
Awal datang ke Taipei satu tahun yang lalu, saya kebingungan untuk mencari pertemanan. Celetak celetuk sepi sekali karena terbiasa di Indonesia kebanyakan hangout untuk menjalin pertemanan. Lalu diajaklah saya untuk masuk grup Salimah Taiwan.
Tidak asing ditelinga namanya ya, yup Salimah Taiwan merupakan sebuah komunitas persaudaraan muslimah Indonesia di Taiwan. Sebagai muslimah, saya mewajibkan diri sendiri untuk ikut komunitas ini. Kenapa, karena hmmm, sungguh, di negara orang ini banyak godaannya. Jika tidak pandai berteman dan bergaul dengan penjual parfum maka takutnya menjurus bergaul dengan yang........ ya begitulah. Nah, saya teramat sangat lega karena dengan masuknya saya di grup line Salimah Taiwan, hampir setiap hari saya membaca postingan yang bermanfaat. Ibaratnya, ini menjadi pengingat saya bahwa di Taiwan pun ada saudara seiman yang bisa mengantar saya kembali ke jalan yang benar. Alhamdulillah... ^^
Acara Klub Baca ini diselenggarakan di New Taipei City Library Zhonghe Branch lantai 8, dan merupakan acara pertama yang dibuat Salimah Taiwan yang bertemakan Klub Baca. Dekat dengan rumah alhamdulillah kami datang tanpa hambatan atau terlambat. Saya datang tak sendiri, ada mbak Herza yang juga ingin hadir. Mbak Herza ini yang mengenalkan saya kepada grup line Salimah Taiwan. Balita saya, si tweety Kia pun wajib ngintil saya karena mas husband sedang tidak libur kerja.
Walau tidak terlambat, tapi kami sempat kebingungan lantaran perpustakaan tercantum dalam google maps namun aslinya tidak tertulis dimana-mana. Kemudian kami mencari sekitar dan bertanya pada orang yang sedang lewat, lalu bertemulah kami dengan gedung perpustaakan yang dimaksud. Saya cantumkan ancer-ancernya ya, siapa tau ada temans ingin ke perpustakan New Taipei City ini melihat blog saya sehingga tidak kebingungan.
Walau tidak terlambat, tapi kami sempat kebingungan lantaran perpustakaan tercantum dalam google maps namun aslinya tidak tertulis dimana-mana. Kemudian kami mencari sekitar dan bertanya pada orang yang sedang lewat, lalu bertemulah kami dengan gedung perpustaakan yang dimaksud. Saya cantumkan ancer-ancernya ya, siapa tau ada temans ingin ke perpustakan New Taipei City ini melihat blog saya sehingga tidak kebingungan.
Perpustakaan ada didalam gedung ini. Pintu masuk ada dibalik gedung ini. |
Ancer-ancernya ya. |
Info per lantai. |
Sepanjang jalan pun saya berdoa, agar Kia bisa diajak kerja sama--anteng--saat acara berlangsung.
Rupanya kenyataannya tidak semulus harapan. Hmmm, as usual, Kia kalau diajak ke suatu tempat, teriakan kegirangannya bisa mencapai lima oktaf. Dia melakukannya di awal acara dan berhenti saat dia tertidur satu jam setelahnya. Ngapunten sing katah, mohon maaf sebesar-besarnya nggih Ibu-Ibu Salimah, anak saya mengganggu acaranya...
Kami datang dan disambut hangat oleh Bu Yani selaku ex-ketua Salimah Taiwan dan Mbak Ulfah selaku penyelenggara Klub Baca ini. Kemudian pula sudah menunggu Ibu Kepala Perpustakaan, Chiang Yen Feng. Saya sangat salut dengan sifat dan kinerja orang lokal---Taipei Taiwan, pantang terlambat dan kalau bisa harus datang beberapa menit sebelumnya. Semoga kita semua bisa mencontoh sifat baik orang lokal saat bekerja ya.
Sembari menunggu kedatangan anggota Salimah lain, kami berbincang dengan Chiang Yen Feng, (beliau tidak mau dipanggil Ibu betewe, kalau di Taiwan seorang perempuan yang belum menikah dipanggil Ibu kesannya kelihatan sudah tua, katanya). Tapi tetap ya saya menulis disini Ibu Yen Feng, demi menghormati.
Ibu Yen Feng tertarik bertanya tentang Kia, sedihnya saya pun tak tau sama sekali apa yang dikatakan beliau. Untung ada Bu Yani yang membantu menerjemahkan. Beliau bertanya, mengapa anak kecil dipakaikan kerudung, apakah Kia perempuan atau laki-laki, dan apakah Ayah Kia orang Taiwan--karena mata Kia persis seperti orang lokal. Tidak perlu saya jabarkan disini ya, saya yakin temans sudah tau jawabannya hehe.
Tidak lama, Ibu-Ibu anggota Salimah pun berdatangan. Kami segera berkumpul di tengah agar acara segera dimulai. Acara pertama adalah sari tilawah Al Qur'an yang dibacakan oleh Ibu Lia Sulistiawati. Kemudian dilanjutkan dengan acara kedua, yakni sambutan oleh Ibu Yen Feng. Sambutannya sangat singkat dan padat (namun kurang jelas--karena saya wo ting pu tong Zhongwen hiks). Kemudian memasuki acara inti, bedah buku yang disampaikan oleh Ibu Yani. Buku yang disampaikan berjudul "Keluarga Qur'ani" karya Dedhi Suharto Ak, M.Ak, CIA, CISA.
Usai penjabaran isi buku (bukunya sungguh teramat sangat berkesan di pikiran dan semoga bisa saya terapkan di keseharian - matur nuwun bu Yani), Ibu Yen Feng memberikan sambutan lagi dengan bahasa Zhongwen dan diterjemahkan oleh Ibu Ully dan Mbak Lia secara bergantian.
Beliau mengatakan jika pemerintah telah menggelontorkan dana untuk membangun ruang sholat dan space muslim friendly di perpustakaan ini, juga terdapat buku-buku berbahasa Indonesia dan ruang baca anak. Sangat sayang sekali jika tidak dipergunakan dengan baik dan rutin. Oleh sebab itu, beliau mengajak kami semua untuk datang membawa serta teman dan keluarga.
Tour Perpustakaan dan New Prayer Room
Selesai memberikan kata demi kata, Ibu Yen Feng mengajak kami semua untuk berfoto kemudian turun ke lantai tujuh dan enam untuk sight-seeing.
Kebetulan Kia sedang tidur pulas, saya taruh di strollernya. Ibu-ibu Salimah menyarankan agar Kia dititipkan saja, bergabung dengan anak-anak di ruangan sebelah. Dengan agak berat hati saya pun mengikuti saran Ibu-Ibu. Saya tidak pernah meninggalkan Kia seorang diri selain dengan Ayahnya... #MendadakMellow.
Lantai tujuh perpustakaan digunakan untuk meminjam dan mengembalikan buku. Di lantai ini terdapat item Multicultural Book yang berisi buku bacaan berbahasa Indonesia untuk dewasa dan anak-anak. Bu Yani baik sekali, memilihkan tiga sampai lima buku bacaan untuk Kia hihihi.
Perlu diperhatikan, memang di lantai tujuh ini ada ruang baca untuk anak-anak, tapi anak-anak tidak diperbolehkan berisik atau bahkan berbicara dengan nada keras. Orang-orang lokal memang rentan dan rawan terganggu dengan suara berisik ya, jadi jika ada yang berisik sedikit, sudah diminta untuk meninggalkan ruangan. Jangankan di perpustakaan, di apartemen saya pun begitu, pernah ada kejadian suatu siang ada yang sedang bertengkar, suaranya terdengar hingga lantai ruangan kami. Tak lama kemudian mobil polisi datang. Saya menduga ada yang tidak suka dengan berisiknya suara mereka saat bertengkar sehingga menelepon kantor polisi terdekat. Hiii, horor ya.
Kemudian kami turun ke lantai enam. Disinilah tempat mushola (prayer room) berada. Selain mushola, di lantai ini juga terdapat tempat berwudhu dan kamar mandi khusus muslim (yang ada pancuran airnya--alhamdulillah ya Allah). Depan ruang baca pun dibuat sedemikian rupa hingga orang-orang dapat mengenali bahwa muslim sangat diterima disini. Alhamdulillah...
Di lantai enam ini kami membuat kartu perpustakaan. Harus mengisi formulir terlebih dahulu kemudian menyerahkan ARC dan menunggu prosesnya. Tidak sampai lima belas menit, jadi deh kartu anggota perpustakaannya.
Lomba Mewarnai Untuk Anak-Anak
Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Ibu-Ibu Salimah yang membawa serta anak dan suami, sembari menunggu acara utama, diadakan pula lomba mewarnai, khusus untuk anak-anak ya, bapak-bapaknya giliran menunggui anak. Lomba mewarnai ini diadakan di sebelah ruangan utama.
Sebelum acara utama dimulai, Kia saya perkenalkan dengan teman-teman seusianya. Sayangnya dia masih belum mau bergabung. Kia lebih suka nempel Ibunya dan berkeliling mengitari ruangan utama. Karena dia suka melempar senyuman kepada teman-teman Salimah yang hadir sembari sesekali berteriak kegirangan, saya putuskan untuk kasih mikcu dia, tujuannya supaya dia tidur hahaha. Gagal sih, dua kali mikcu, Kia belum bisa tidur. Dia merasa ada suasana baru yang asyik menarik dan nyaman buat dia, padahal kelihatan jelas dia ngantuk berat sebab bangunnya pas Subuh. Kali ketiga saya kasih mikcu dengan cara agak dipaksa (takut teman-teman Salimah terbuyarkan konsentrasinya karena teriakan Kia), dan akhirnya dia tidur juga.
Sampai saya kembali dari tour perpustakaan pun, dia masih anteng tertidur di stroller.
Sekembalinya dari tour perpustakaan, teman-teman Salimah diminta untuk kembali ke lantai delapan (ruang lomba mewarnai) untuk makan siang. Makan siang dipersembahkan oleh Ibu Laopan (Ibu Ully) hehehe. Hauce hauce laopan, xie xie niii. Matur nuwun Ibu Ully, makanannya enak sekali. Alhamdulillah...
Sembari makan siang, Bude (panggilan akrab untuk salah seorang senior Salimah--beliau cantik lagi berkacamata nyentrik betewe hehe) mengumumkan pemenang dari lomba mewarnai anak-anak. Juaranya adalah Kholik, anak dari Bu Yani, yeaaiiiyy selamatt ya!
Dengan berakhirnya lomba mewarnai, berakhir pula acara Salimah kali ini. Alhamdulillah saya mendapat ilmu pengalaman yang bermanfaat dan bertemu serta berkenalan dengan teman-teman baru yang banyak sekali memberikan informasi. Subhanallah Walhamdulillah Walaailaha ilallah Wallahuakbar. Semoga bisa jumpa dilain kesempatan.
Ibu Yen Feng tertarik bertanya tentang Kia, sedihnya saya pun tak tau sama sekali apa yang dikatakan beliau. Untung ada Bu Yani yang membantu menerjemahkan. Beliau bertanya, mengapa anak kecil dipakaikan kerudung, apakah Kia perempuan atau laki-laki, dan apakah Ayah Kia orang Taiwan--karena mata Kia persis seperti orang lokal. Tidak perlu saya jabarkan disini ya, saya yakin temans sudah tau jawabannya hehe.
Tidak lama, Ibu-Ibu anggota Salimah pun berdatangan. Kami segera berkumpul di tengah agar acara segera dimulai. Acara pertama adalah sari tilawah Al Qur'an yang dibacakan oleh Ibu Lia Sulistiawati. Kemudian dilanjutkan dengan acara kedua, yakni sambutan oleh Ibu Yen Feng. Sambutannya sangat singkat dan padat (namun kurang jelas--karena saya wo ting pu tong Zhongwen hiks). Kemudian memasuki acara inti, bedah buku yang disampaikan oleh Ibu Yani. Buku yang disampaikan berjudul "Keluarga Qur'ani" karya Dedhi Suharto Ak, M.Ak, CIA, CISA.
Ibu Yani memberikan penjabaran tentang poin isi buku Keluarga Qur'ani. |
Ruangan dengan dinding kaca, tau ya Kia ngga mau bergabung dengan teman-teman seusianya karena apa...hehe |
Usai penjabaran isi buku (bukunya sungguh teramat sangat berkesan di pikiran dan semoga bisa saya terapkan di keseharian - matur nuwun bu Yani), Ibu Yen Feng memberikan sambutan lagi dengan bahasa Zhongwen dan diterjemahkan oleh Ibu Ully dan Mbak Lia secara bergantian.
Due bu due, due~. Hao bu hao, hao~ |
Beliau mengatakan jika pemerintah telah menggelontorkan dana untuk membangun ruang sholat dan space muslim friendly di perpustakaan ini, juga terdapat buku-buku berbahasa Indonesia dan ruang baca anak. Sangat sayang sekali jika tidak dipergunakan dengan baik dan rutin. Oleh sebab itu, beliau mengajak kami semua untuk datang membawa serta teman dan keluarga.
Tour Perpustakaan dan New Prayer Room
Selesai memberikan kata demi kata, Ibu Yen Feng mengajak kami semua untuk berfoto kemudian turun ke lantai tujuh dan enam untuk sight-seeing.
Member Salimah Taiwan dan Ibu Yen Feng. |
Kebetulan Kia sedang tidur pulas, saya taruh di strollernya. Ibu-ibu Salimah menyarankan agar Kia dititipkan saja, bergabung dengan anak-anak di ruangan sebelah. Dengan agak berat hati saya pun mengikuti saran Ibu-Ibu. Saya tidak pernah meninggalkan Kia seorang diri selain dengan Ayahnya... #MendadakMellow.
Lantai tujuh perpustakaan digunakan untuk meminjam dan mengembalikan buku. Di lantai ini terdapat item Multicultural Book yang berisi buku bacaan berbahasa Indonesia untuk dewasa dan anak-anak. Bu Yani baik sekali, memilihkan tiga sampai lima buku bacaan untuk Kia hihihi.
Ruang Multicultural Collection |
Perlu diperhatikan, memang di lantai tujuh ini ada ruang baca untuk anak-anak, tapi anak-anak tidak diperbolehkan berisik atau bahkan berbicara dengan nada keras. Orang-orang lokal memang rentan dan rawan terganggu dengan suara berisik ya, jadi jika ada yang berisik sedikit, sudah diminta untuk meninggalkan ruangan. Jangankan di perpustakaan, di apartemen saya pun begitu, pernah ada kejadian suatu siang ada yang sedang bertengkar, suaranya terdengar hingga lantai ruangan kami. Tak lama kemudian mobil polisi datang. Saya menduga ada yang tidak suka dengan berisiknya suara mereka saat bertengkar sehingga menelepon kantor polisi terdekat. Hiii, horor ya.
Rule. |
Kemudian kami turun ke lantai enam. Disinilah tempat mushola (prayer room) berada. Selain mushola, di lantai ini juga terdapat tempat berwudhu dan kamar mandi khusus muslim (yang ada pancuran airnya--alhamdulillah ya Allah). Depan ruang baca pun dibuat sedemikian rupa hingga orang-orang dapat mengenali bahwa muslim sangat diterima disini. Alhamdulillah...
Aset untuk umat muslim dari pemerintah Taiwan. |
Di lantai enam ini kami membuat kartu perpustakaan. Harus mengisi formulir terlebih dahulu kemudian menyerahkan ARC dan menunggu prosesnya. Tidak sampai lima belas menit, jadi deh kartu anggota perpustakaannya.
Suasana ruang baca lantai 6. |
Suasana ruang baca lantai 6. |
Lomba Mewarnai Untuk Anak-Anak
Dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Ibu-Ibu Salimah yang membawa serta anak dan suami, sembari menunggu acara utama, diadakan pula lomba mewarnai, khusus untuk anak-anak ya, bapak-bapaknya giliran menunggui anak. Lomba mewarnai ini diadakan di sebelah ruangan utama.
Sebelum acara utama dimulai, Kia saya perkenalkan dengan teman-teman seusianya. Sayangnya dia masih belum mau bergabung. Kia lebih suka nempel Ibunya dan berkeliling mengitari ruangan utama. Karena dia suka melempar senyuman kepada teman-teman Salimah yang hadir sembari sesekali berteriak kegirangan, saya putuskan untuk kasih mikcu dia, tujuannya supaya dia tidur hahaha. Gagal sih, dua kali mikcu, Kia belum bisa tidur. Dia merasa ada suasana baru yang asyik menarik dan nyaman buat dia, padahal kelihatan jelas dia ngantuk berat sebab bangunnya pas Subuh. Kali ketiga saya kasih mikcu dengan cara agak dipaksa (takut teman-teman Salimah terbuyarkan konsentrasinya karena teriakan Kia), dan akhirnya dia tidur juga.
Sampai saya kembali dari tour perpustakaan pun, dia masih anteng tertidur di stroller.
Sekembalinya dari tour perpustakaan, teman-teman Salimah diminta untuk kembali ke lantai delapan (ruang lomba mewarnai) untuk makan siang. Makan siang dipersembahkan oleh Ibu Laopan (Ibu Ully) hehehe. Hauce hauce laopan, xie xie niii. Matur nuwun Ibu Ully, makanannya enak sekali. Alhamdulillah...
Makan siang bersama. |
Sembari makan siang, Bude (panggilan akrab untuk salah seorang senior Salimah--beliau cantik lagi berkacamata nyentrik betewe hehe) mengumumkan pemenang dari lomba mewarnai anak-anak. Juaranya adalah Kholik, anak dari Bu Yani, yeaaiiiyy selamatt ya!
Foto dulu sebelum pulang. |
Dengan berakhirnya lomba mewarnai, berakhir pula acara Salimah kali ini. Alhamdulillah saya mendapat ilmu pengalaman yang bermanfaat dan bertemu serta berkenalan dengan teman-teman baru yang banyak sekali memberikan informasi. Subhanallah Walhamdulillah Walaailaha ilallah Wallahuakbar. Semoga bisa jumpa dilain kesempatan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.