Qingtiangang !!!
Yeah.
Kayaknya ini jadi destinasi favorit yang bakal sering kami kunjungi di tahun-tahun berikutnya. Pasalnya, hmmm, scene nya itu "luar negeri bangettt". Kami pun pergi ke Qingtiangang (擎天崗) sampai dua kali dalam periode musim gugur tahun ini. Scene nya pun menampilkan perbedaan ditiap waktu kami datang.
Kayaknya ini jadi destinasi favorit yang bakal sering kami kunjungi di tahun-tahun berikutnya. Pasalnya, hmmm, scene nya itu "luar negeri bangettt". Kami pun pergi ke Qingtiangang (擎天崗) sampai dua kali dalam periode musim gugur tahun ini. Scene nya pun menampilkan perbedaan ditiap waktu kami datang.
Tertarik pertama kali untuk pergi kesana karena ide mas husband yang pengen ke gunung sekitar dua bulan lalu. Pemandangannya sangat cantik -- "katanya". Tapi yang ada ekspektasi tak seindah realita. Lalu karena penasaran (sangat penasaran), liburan double ten kemarin saya minta untuk kesana lagi. Daaan terbayarkan sudah rasa penasaran itu.
Ini ya, saya bagi info buat temans siapa tau setelah membaca blog saya, mendadak pengen pergi kesana, haha.
So, baca sampe abiss ya.
Sekilas tentang Qingtiangang.
Qingtiangang Grass Land ini ada sejarahnya lho cyin. Kabarnya pula Qingtiangang ini merupakan padang rumput terbesar di Taipei. Daerah padang rumput Qingtiangang terbentuk akibat dari letusan gunung Zhugao. Lava dari letusan gunung tersebut mengalir ke utara dan sampai di dataran Qingtiangang.
Tahun-tahun berlalu, terbentuklah dataran penuh rumput ini. Selama pendudukan Jepang, daerah ini didirikan peternakan untuk ternak merumput. Hingga kini, dataran ini masih menjadi rumah bagi sapi dan satwa liar lainnya, sehingga menarik untuk dikunjungi. Buat generasi milenial, tempat ini instagramable deh pokoknya.
Patuhi ini saat berkunjung.
Seperti yang saya tulis sebelumnya, Qingtiangang ini juga menjadi rumah bagi satwa liar. Jadi pemerintah membuat peraturan tertulis untuk semua pengunjung dan tidak ada pengecualian.
Begini peraturannya :
1. Jaga jarak dari ternak liar di Qingtiangang Grassland.
2. Qingtiangang memiliki kondisi cuaca yang tidak stabil, disarankan bagi pendaki gunung atau pengunjung untuk membawa perlengkapan hujan dan pakaian hangat.
3. TIDAK menggali batu atau tanah, TIDAK memetik bunga atau tumbuhan, TIDAK mengambil atau menghilangkan sumber daya alam lainnya di lahan rumput Qingtiangang.
4. JANGAN membuang sampah sembarangan, JANGAN berbicara keras atau memainkan musik secara keras, JANGAN menyalakan petasan atau memanggang apapun di padang rumput.
Kali pertama berkunjung.
Seperti yang saya bilang sebelumnya, pertama kali datang itu merasa kecewa karena ekspektasi tak seindah realita. SEBAB, waktu kami datang pas juga langit Taipei mendung dan ada sedikit rintik hujan disepanjang perjalanan. Saya ngga aware sedikitpun bakal kecewa nantinya hingga kami sampai di Terminal Bus Yangmingshan.
Lho kok SEPI.. Cuma ada driver dan busnya yang bejejer, menunggu antrian berangkat cari penumpang. Ini khan hari Jum'at yak. Seharusnya ada banyak pengunjung yang datang, kayak waktu di Jiufen tempo hari.
Baca dulu : Menikmati Senja di Wisata Ikonik, Jiufen
Nah, waktu sepi ini saya jadi was-was, dugaan saya bakal kecewa waktu sampai atas. Tempat wisata yang ngga ada pengunjungnya khan agak mengecewakan gitu yak. Tapi, ngga sampai lima menit, datanglah bus yang mengantar orang untuk naik ke atas. Hampir semua orang ini sudah berusia senja, jalan agak membungkuk dan tertatih, tapi terlihat masih sanggup membawa beban dan berjalan jauh.
Sembari sama-sama menunggu bus kecil berangkat untuk ke atas, kami mengobrol. Bukan kami, tapi hanya mereka. Mas husband sibuk dengan handphonenya. Sementara saya memangku Kia yang baru saja terbangun karena gelak tawa amma akong (panggilan nenek dan kakek dalam bahasa Zhongwen) itu. Sempat beberapa kali mereka mengajak ngobrol saya karena tertarik melihat Kia. Saya yang mengerti sedikit bahasa mereka yaa hanya bisa angguk-angguk sambil meringis. Okehskip.
Sampai pada akhirnya bus yang saya maksud berangkat mengangkut kami semua untuk naik ke atas. Satu persatu amma dan akong turun di pemberhentian-pemberhentian. Kabut-kabut seolah menghalangi bus untuk melintas. Tapi driver bus tak mau kalah, dengan tangkas beliau menembus kabut, walau jarak pandangan tidak sampai sepuluh meter. Serem lho temans, asli.
Sekitar 45 menit kemudian kami sampai di tujuan : Qingtiangang.
Dan, O Em Ji. Qingtiangang nampak seperti bukan tempat wisata, melainkan seperti rumah yang abis di fogging demam berdarah. Terlihat sempit karena jarak pandang terbatas. Dan, mau gimana lagi, uda sampai juga. Masa iya kami langsung balik pulang. Mau ngga mau ya kami eksplor walau sedikit-sedikit.
Singkat cerita, karena tak ada pemandangan, kami hanya piknik di mini grassland. Kia nampak senang karena baru pertama kali dia melihat dan menginjak grassland. Sambil nyamil sambil berlari. Kalau Kia senang, saya sudah lega alhamdulillah. Dan yang selalu saya syukuri adalah hingga saat ini Kia tak pernah rewel selama diajak bepergian.
Rintik hujan membawa kami tergesa-gesa untuk mencari tempat berteduh. Semakin deras dan semakin deras. Hanya ada satu gazebo ditempat seluas ini dan menaungi tiga keluarga dan sepasang muda-mudi yang sedang berpacaran. Duh duuuh, walau rame begini mereka ya masih menunjukkan kemesraan aja. Gua pelototin nih yang perempuan biar ngga kek perempuan ganjen gitu hahaha, ada anak banyak kecil juga khan. Biar dikata ini negara bebas, tapi saya teteup deh pantang menyerah kalau sudah menyangkut apa yang akan dilihat Kia.
Hujan reda, satu persatu keluarga pergi, termasuk orang pacaran itu. Tinggallah kami di gazebo. Setelah dirasa camilan alpukat Kia habis, baru kami bergegas turun bukit dan menuju tempat pemberhentian bus. Pulang naik bus dengan membawa rasa penasaran.
Kali kedua berkunjung.
Puas dong! Alhamdulillah..
Seperti biasa kami berangkat setelah sholat Jum'at. Kami tidak hanya bertiga nih, tapi ditemani si adik cantik Fatriza. Siapa ituuu???
Fatriza ini teman akrab saat les di English First Kayun Surabaya. Kami berteman dari level Elementary. Kemudian mas husband bergabung di kelas kami level Front Runner 5. Saya berhenti di level 6 karena harus konsentrasi penuh dengan skripsi. Pertemanan itu tetap berlanjut hingga sekarang. Fatriza melanjutkan sarjananya di Taipei, satu kampus dengan mas husband. Dan yak, Fatriza ini hobinya makan, bersyukur banget dong saya, sejak ada dia, saya sudah jarang buang makanan hahaha.
Liburan double ten kemarin, kami sepakat jauh-jauh hari untuk pergi ke Qingtiangang dan Fatriza setuju. Alhamdulillah banget, walau pengunjung banyak tapi tak sedahsyat sesaknya saat liburan awal musim semi tahun lalu waktu kami ke Yangmingshan.
Baca lagi dong : Gagal Dapat Momen Epic di Yangmingshan
Berangkat matahari cerah, perjalanan pun macet karena banyak yang ingin ke wisata Yangmingshan, sampai di Qingtiangang hari sudah sore mulai dingin tapi tak berkabut.
Kami dapat momen epic, melihat sunset yang tenggelam dibalik bukit. Cantik dan syahdu. Subhanallah Walhamdulillah Walaailaahailallah Wallahuakbar!
Matahari tenggelam diantara gunung. |
Taken by me and I love it. |
Bagaimana Cara Kesana?
Start nya dari MRT Jiantan (jalur merah/red line) ya. Keluar exit 1 lalu cuss ke halte bis yang letaknya disebelah kiri exit. Cari papan halte yang bertuliskan ke Yangmingshan atau Qingtiangang. Nah kalau kami, biasanya ke Yangmingshan dulu naik bus 260. Sampai di tujuan akhir bus 260 (Terminal Bus Yangmingshan), kami oper naik bus kecil nomor 108 dan turun persis di Qingtiangang nya. Mungkin lebih enak lagi kalau naik bus yang langsung turun di Qingtiangang, jadi ngga perlu oper-oper, tapi ya itu kami belum mencoba jadi belum berani merekomendasikan. Buat kamu yang suka berpetualang, tidak ada salahnya mencoba jalur berbeda dengan kami.
Allright!
Selesai juga tulisan tentang Qingtiangang ini, setelah menunggu hilang rasa penasaran hingga dua bulan lamanya.
Semoga tulisannya bermanfaat buat temans pembaca.
Sampai jumpa di tulisan selanjutnya ^^