Isengnya emang kebangetan sih kami, jalan jauh ke kota Taichung yang jaraknya lebih dari 150 kilometer dalam satu hari... Hanya untuk satu hal : bertransaksi dengan orang.
Sebenarnya, diawal kami agak awang-awangen kalau ke Taichung tujuannya cuma untuk satu hal itu. Untuk menuju kesana, hanya ada dua pilihan transportasi umum : THSR (Taiwan High Speed Rail -- 台灣高速鐵路) atau nge-bus. Kami bawa bayi dan ngga ingin wasting time di jalan, kepikiran untuk naik THSR, tapi mehong bets harganya. Yaudah, keputusan akhir kami yaa sekalian aja seharian jalan-jalan di Taichung, dan biarlah pergi pulang biar cepat naik kereta tercepat Taiwan dan juga termasuk 10 kereta tercepat didunia, ini.
SEKILAS THSR
Taiwan High Speed Rail atau THSR atau yang biasa kami sebut HSR, adalah kereta super cepat Taiwan yang memiliki rute membentang sepanjang pantai barat Taiwan (sekitar 350 kilometers atau 217 mil), menghubungkan kota Taipei (utara) hingga kota Kaohsiung (selatan). Seperti yang sudah saya singgung diawal, THSR masuk dalam katagori 10 kereta tercepat di dunia versi website www.timesofindia.indiatimes.com.
THSR dicetuskan pada tahun 1970 ketika pertumbuhan ekonomi Taiwan yang cepat selama paruh kedua abad ke-20 yang menyebabkan saturasi jalan raya, kereta api konvensional, dan sistem lalu lintas udara di koridor transportasi barat, yang mengancam akan menghambat pertumbuhan lebih lanjut. Pemerintah Taiwan menginstruksikan Kementrian Perhubungan untuk melakukan studi kelayakan untuk jalur kereta berkecepatan tinggi di koridor barat Taiwan dan selesai pada tahun 1990. Studi ini menemukan bahwa dalam perbandingan solusi potensial untuk masalah lalu lintas di koridor, kecepatan tinggi jalur kereta akan menawarkan volume transit tertinggi, penggunaan lahan terendah, penghematan energi tertinggi, dan polusi paling sedikit. THSR mulai resmi dibuka untuk pelayanan pada tahun 2007 dan terus berbenah hingga sekarang.
Rute THSR hingga tahun ini berhenti di 12 kota : Nangang, Taipei, Banqiao, Taoyuan, Hsinchu, Miaoli, Taichung, Changhua, Yunlin, Chiayi, Tainan, Zuoying.
THSR memiliki panjang 304 meter (997 kaki) dan memiliki berat 503 ton saat kereta kosong. Kereta memiliki total 12 gerbong yang dibagi dalam dua kelas (kelas bisnis dan kelas standar). Kereta memiliki kapasitas penumpang 989 kursi : 66 kursi (2 + 2) di kelas bisnis dan 923 kursi (2 + 3) di sebelas gerbong kelas standar.
Lalu bagaimana dengan harga? Harga bervariasi tergantung pada tujuan pemberhentian. Selain itu juga kelas standar dan kelas bisnis memiliki harga yang berbeda. Baru-baru ini saya tau jika pembelian tiket THSR ada early bird tickets nya, sayangnya saya belum mengetahui lebih banyak tentang itu.
BERANGKAT dari TAIPEI
As usual, persiapan sebelum jalan adalah hal terpenting. Saking pentingnya makan waktu sampai berjam-jam. Untungnya Kia bisa bangun sangat pagi sekali jadi bisa langsung saya eksekusi #ehh. Setelah urusan Kia selesai (mandi dan makan), saya cek kembali bekal apa saja yang sudah saya siapkan dari semalam. Penting ya ini temans untuk cek kembali barang-barang yang akan dibawa sebelum berangkat, karena kalau ketinggalan satu aja, wes wassalam ya, takutnya ditempat baru nanti tidak bisa menemukan barang yang diperlukan.
Semua siap, kami langsung cus menuju MRT Taipei Main Station, tempat pemberhentian THSR terdekat dari apartemen kami. Di Taipei sendiri ada tiga tempat pemberhentian THSR nih : Nangang (start THSR), Taipei (Taipei Main Station) dan Banqiao.
Loket tiket HSR tidak jauh dari Aula Taipei Main Station (ada papan informasi yang menunjukkan lokasi tiket). Oiya, pembelian tiket dilakukan secara mandiri ya (self driving) di HSR ticket vending machine, jika ada kendala bisa minta tolong pada petugas terdekat. Tapi saya rasa kendala akan minim terjadi, jika kita mengikuti instruksi mesin dengan pelan-pelan.
Mas husband memesan tiket pergi dan pulang, alasannya karena ini hari Jum'at, biasanya arus penumpang kereta yang pergi dari dan kembali ke Taipei lebih banyak dari hari-hari biasa. Jadwal kereta kami berangkat pada pukul 10:21 tujuan Taichung, dan itu selalu ontime. Jadi kami harus bergegas menuju gate dan paltform THSR. Berbeda dengan TRA, gate THSR dibuat lebih berkelas. Oiya lupa, jika tiket TRA kemarin hanya seperti sebuah tiket kecil yang terbuat dari kertas tebal, maka tiket THSR ini pun berbentuk seperti easy card (ukuran lebih besar dari tiket TRA).
Baca dulu : Menikmati Senja di Wisata Ikonik Taiwan, Jiufen
Self driving. |
Rute dan Harga. |
Cuss. |
Mas husband memesan tiket pergi dan pulang, alasannya karena ini hari Jum'at, biasanya arus penumpang kereta yang pergi dari dan kembali ke Taipei lebih banyak dari hari-hari biasa. Jadwal kereta kami berangkat pada pukul 10:21 tujuan Taichung, dan itu selalu ontime. Jadi kami harus bergegas menuju gate dan paltform THSR. Berbeda dengan TRA, gate THSR dibuat lebih berkelas. Oiya lupa, jika tiket TRA kemarin hanya seperti sebuah tiket kecil yang terbuat dari kertas tebal, maka tiket THSR ini pun berbentuk seperti easy card (ukuran lebih besar dari tiket TRA).
Baca dulu : Menikmati Senja di Wisata Ikonik Taiwan, Jiufen
Tepat pukul 10 lebih 21 menit, kereta sampai. Kami mengantri masuk kedalam dan kemudian mendapat tempat duduk sesuai tiket yang kami beli. Walau kami memesan tiket kelas standar, tapi gerbong kelas standar ini terlihat berkelas dan terasa sangat nyaman.
Kereta berjalan dari yang semula pelan hingga berkecepatan tinggi. Tidak ada dengungan atau bahkan (tidak) terdengar bunyi gesekan antar gerbong (atau rel kereta nya). Kereta berlari sangat halus dan guncangannya pun terasa hanya sedikit. Berbeda jauh jika dibandingkan dengan TRA atau MRT (yo jelas lis). Saking cepatnya berlari, tau-tau uda sampai Taichung. Jarak Taipei-Taichung sekitar 150 kilometer, dengan THSR hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam.
PULANG menuju TAIPEI
Jika pemberhentian THSR Taipei Main Station berada dibawah tanah, maka berbeda dengan THSR kota Taichung--yang letaknya ada di lantai dua.
Kami sedang berada disekitar Stasiun Taichung saat hari menjelang sore. Untung saja Stasiun Taichung dan Stasiun THSR sudah terintegrasi, jadi kami hanya naik satu macam TRA menuju ke Stasiun THSR. Baiknya warga Taichung, mereka memberikan kursi untuk saya. Tau aja kalau saya lagi pusing-pening berat. Eh atau emang keliatan dari muka saya wkwk.
Sampai di Stasiun THSR, sambil menunggu waktu naik kereta tiba, kami berjalan-jalan menikmati arsitektur stasiun yang modern nan elegan. Kami tidak bisa langsung masuk gate (walau sudah memasukkan kartu kereta--kartu ditolak mesin gate) karena waktu masuk gate dengan waktu kedatangan kereta harus berselang 30 menit. Masih ada waktu satu jam lebih lima belas menit sebelum kereta datang, kami gunakan untuk berkeliling stasiun. Di tiap sudut dan di tiap properti didalamnya, semuanya terjaga dari kerusakan. Saya rasa ini bukan nampak seperti stasiun, melainkan seperti mall. Sayangnya saya tak sempat mengabadikan pemandangan didalamnya.
Di luar stasiun terdapat taman untuk perokok. Namun kami yang bukan type keluarga perokok ini merasa nyaman karena pemandangan yang ada dibawah taman. Terdapat bunga yang bermekaran, pohon kelapa berdiri berjajar dengan gagahnya dan nuansa taman ini mirip dengan salah satu kebun kurma di jazirah arab yang pernah saya lihat di internet. Cantik sekali. Senja matahari tenggelam membuat suasana menjadi syahdu romantis saat dihabiskan berdua dengan mas husband. Eh kok ngga bertiga? Kia nya tidur di stroller,,
Matahari kemudian tenggelam diantara bangunan lalu kami masuk kedalam stasiun. Membeli beberapa camilan dan air putih, kemudian masuk gate dan menunggu kereta datang.
Yang membuat saya cinta terhadap negeri formosa ini adalah ketepatan waktunya. Semuanya serba ontime dan cepat. Semua transportasinya berjalan tepat waktu. Kereta super cepat ini pun juga datang tepat waktu.
BAGAIMANA RASANYA ?
Rasanya?hmmm. Kepengen naik lagi dooong (tapi yaa lain kali aja lah ya, mau kemana juga belum terpikir wkwk). Pertama kali lihat luar keretanya, saya merasa : Ah ini biasa aja. Tapi begitu masuk ke dalam. Buuzzz. Serasa kayak naik pesawat g*ruda first class. Dimulai dari interiornya, MEWAH. Kemudian lanjut ke tempat duduknya, kaki mas husband yang kelewat panjang ini sampai dengan leluasanya bergerak saat kami duduk. Bahkan stroller Kia pun bisa masuk didalamnya, karena jarak antar kursi yang begitu lebar. Kaca jendela dibikin sedemikian rupa persis kaca jendela pesawat terbang. Dan yang paling bikin nyaman adalah, dengan kecepatan mendekati 300 km/jam, kami tidak merasakan goncangan yang keras.
Sepanjang naik kereta super cepat ini, Kia tidak rewel. Dia justru sangat menikmati. Eh tapi ada pengecualiannya ding. Saat Kia ganti popok dalam kereta. dia rewel haha. Dalam kereta THSR ini, terdapat breastfeeding room di gerbong lima. Sayangnya saat itu, ruangan itu sedang tertutup (atau mungkin sedang diperbaiki ya), sehingga saya diarahkan oleh mbak pramugari kereta untuk mengganti popok di salah satu toilet yang ada tempat ganti popok bayinya. Disaat itulah Kia rewel.
Tapi setelah ganti popok, Kia kembali ceria. Bahkan dia dengan beraninya berdiri di lorong kemudian menyapa beberapa penumpang disekitar. Senang rasanya saat penumpang yang notabene nya orang lokal ini memberikan senyuman pada Kia.
Seperti berangkat, waktu pulang pun tidak terasa. Tiba-tiba saja sudah sampai Taipei Main Station. Yang terasa adalah kecepatannya, mungkin karena waktu pulang tadi saya sudah merasa kepala sangat berat dan pening, maka saat dalam kereta pun jadi semakin berat dan benar-benar merasakan kecepatan kereta mendekati rata-rata 300 km/jam ini (tertulis di dinding informasi gerbong) membuat kepala makin nyut-nyutan.
Yaa begitulah, lintas kata dari saya tentang High Speed Railway Taiwan. Kalau teman bagaimana? Ada yang sudah pernah merasakan kereta berkecepatan tinggi tersebut? Share dooong.
Anyway, terima kasih ya sudah membaca artikel saya. Sampai bertemu di artikel selanjutnya.
Kereta berjalan dari yang semula pelan hingga berkecepatan tinggi. Tidak ada dengungan atau bahkan (tidak) terdengar bunyi gesekan antar gerbong (atau rel kereta nya). Kereta berlari sangat halus dan guncangannya pun terasa hanya sedikit. Berbeda jauh jika dibandingkan dengan TRA atau MRT (yo jelas lis). Saking cepatnya berlari, tau-tau uda sampai Taichung. Jarak Taipei-Taichung sekitar 150 kilometer, dengan THSR hanya ditempuh dalam waktu kurang lebih satu jam.
PULANG menuju TAIPEI
Jika pemberhentian THSR Taipei Main Station berada dibawah tanah, maka berbeda dengan THSR kota Taichung--yang letaknya ada di lantai dua.
Kami sedang berada disekitar Stasiun Taichung saat hari menjelang sore. Untung saja Stasiun Taichung dan Stasiun THSR sudah terintegrasi, jadi kami hanya naik satu macam TRA menuju ke Stasiun THSR. Baiknya warga Taichung, mereka memberikan kursi untuk saya. Tau aja kalau saya lagi pusing-pening berat. Eh atau emang keliatan dari muka saya wkwk.
Sampai di Stasiun THSR, sambil menunggu waktu naik kereta tiba, kami berjalan-jalan menikmati arsitektur stasiun yang modern nan elegan. Kami tidak bisa langsung masuk gate (walau sudah memasukkan kartu kereta--kartu ditolak mesin gate) karena waktu masuk gate dengan waktu kedatangan kereta harus berselang 30 menit. Masih ada waktu satu jam lebih lima belas menit sebelum kereta datang, kami gunakan untuk berkeliling stasiun. Di tiap sudut dan di tiap properti didalamnya, semuanya terjaga dari kerusakan. Saya rasa ini bukan nampak seperti stasiun, melainkan seperti mall. Sayangnya saya tak sempat mengabadikan pemandangan didalamnya.
Di luar stasiun terdapat taman untuk perokok. Namun kami yang bukan type keluarga perokok ini merasa nyaman karena pemandangan yang ada dibawah taman. Terdapat bunga yang bermekaran, pohon kelapa berdiri berjajar dengan gagahnya dan nuansa taman ini mirip dengan salah satu kebun kurma di jazirah arab yang pernah saya lihat di internet. Cantik sekali. Senja matahari tenggelam membuat suasana menjadi syahdu romantis saat dihabiskan berdua dengan mas husband. Eh kok ngga bertiga? Kia nya tidur di stroller,,
Jatuh cinta. |
Epic. |
Matahari kemudian tenggelam diantara bangunan lalu kami masuk kedalam stasiun. Membeli beberapa camilan dan air putih, kemudian masuk gate dan menunggu kereta datang.
Yang membuat saya cinta terhadap negeri formosa ini adalah ketepatan waktunya. Semuanya serba ontime dan cepat. Semua transportasinya berjalan tepat waktu. Kereta super cepat ini pun juga datang tepat waktu.
BAGAIMANA RASANYA ?
Rasanya?hmmm. Kepengen naik lagi dooong (tapi yaa lain kali aja lah ya, mau kemana juga belum terpikir wkwk). Pertama kali lihat luar keretanya, saya merasa : Ah ini biasa aja. Tapi begitu masuk ke dalam. Buuzzz. Serasa kayak naik pesawat g*ruda first class. Dimulai dari interiornya, MEWAH. Kemudian lanjut ke tempat duduknya, kaki mas husband yang kelewat panjang ini sampai dengan leluasanya bergerak saat kami duduk. Bahkan stroller Kia pun bisa masuk didalamnya, karena jarak antar kursi yang begitu lebar. Kaca jendela dibikin sedemikian rupa persis kaca jendela pesawat terbang. Dan yang paling bikin nyaman adalah, dengan kecepatan mendekati 300 km/jam, kami tidak merasakan goncangan yang keras.
Jadi, ini adalah kereta setengah pesawat #halah. |
Sepanjang naik kereta super cepat ini, Kia tidak rewel. Dia justru sangat menikmati. Eh tapi ada pengecualiannya ding. Saat Kia ganti popok dalam kereta. dia rewel haha. Dalam kereta THSR ini, terdapat breastfeeding room di gerbong lima. Sayangnya saat itu, ruangan itu sedang tertutup (atau mungkin sedang diperbaiki ya), sehingga saya diarahkan oleh mbak pramugari kereta untuk mengganti popok di salah satu toilet yang ada tempat ganti popok bayinya. Disaat itulah Kia rewel.
Ibuuuuu huhuhu. |
Tapi setelah ganti popok, Kia kembali ceria. Bahkan dia dengan beraninya berdiri di lorong kemudian menyapa beberapa penumpang disekitar. Senang rasanya saat penumpang yang notabene nya orang lokal ini memberikan senyuman pada Kia.
Duh om, jangan senyumin Kia terus dong, kan jadi malu-maluin... |
Seperti berangkat, waktu pulang pun tidak terasa. Tiba-tiba saja sudah sampai Taipei Main Station. Yang terasa adalah kecepatannya, mungkin karena waktu pulang tadi saya sudah merasa kepala sangat berat dan pening, maka saat dalam kereta pun jadi semakin berat dan benar-benar merasakan kecepatan kereta mendekati rata-rata 300 km/jam ini (tertulis di dinding informasi gerbong) membuat kepala makin nyut-nyutan.
Yaa begitulah, lintas kata dari saya tentang High Speed Railway Taiwan. Kalau teman bagaimana? Ada yang sudah pernah merasakan kereta berkecepatan tinggi tersebut? Share dooong.
Anyway, terima kasih ya sudah membaca artikel saya. Sampai bertemu di artikel selanjutnya.