Bagus ya angkanya, hehe. Setidaknya itulah yang dibenakku dari jaman SMP sampai sekarang. Saya memang suka angka ganjil, 9 dan 29. Selain itu yaa, biasa aja.
Pasti ini berkaitan dengan hari ulang tahun!
Iyuup benar sekali. Tahun ini di tanggal 29 September, saya genap berusia 29 tahun.
Saya ngga berani narsis, tapi memang dikenal jarang mempublikasikan hari ulang tahun ke publik dengan cara bikin status; posting gambar niup kompor lilin atau bahkan minta dirayakan. Engga, saya benarnya tidak suka adat yang begituan. Bukan adat seorang muslim.
Memang bahagia, hingga sekarang saya hanya merasakan tiup lilin 3x saat hari lahir. Saat saya berusia 1 tahun, ibunda saya merayakannya di rumah dan mengundang anak tetangga. Saat saya SMA (lupa antara kelas 2 atau 3), tapi sebelum saya tiup lilin saya dikerjain dulu (habis-habisan bro, sampai mau batal puasa gegara mau nangis sesenggukan—tapi ngga jadi) oleh teman-teman PASDALUH (sebutan untuk ekskul paskibra di SMA saya). Dan terakhir di tahun 2015 saat teman-teman dan mantan pacar (yang sekarang sudah jadi teman hidup) merayakan ulang tahun saya secara tak terduga di tempat les EF Kayun Surabaya.
Selebihnya, saat hari lahir, saya lebih memilih diam saja. Karena apa, karena entah mengapa saya tidak bisa bahagia saat hari ulang tahun tiba. Umur berkurang 1 tahun, umur mendekati kematian, umur makin nambah otomatis keriput bisa jadi bertambah (walau beberapa warga lokal Taipei menilai saya masih umur belasan dan masih cantik—bahagia karena dipuji dan narsis sedikit bole kan ya—ngga membuat saya juga lupa ada keriput yang ikut bertambah), umur makin tua tapi tak punya prestasi apa-apa. So, apa yang musti dirayakan dengan bertambahnya umur?
Ahh memang saya ini terlalu melankolis, pesimistis tapi perfeksionis. Hahaayy.
Ngobrol tentang prestasi, hmm. Prestasi saya hingga di umur 29 ini hanya sedikit. Berani hidup hanya bertiga di negeri orang. Yang semula cuma bisa masak mie dan sekarang uda bisa masak yang berat-berat (tentunya dengan bantuan cookpad). Ngopenin si #SingkekKriwul sendirian (Ayahnya bantu sih, 25% ajah he~). Si singkek kriwul uda bisa diajak pipis ke kamar mandi, menurut saya ini prestasi yang harus saya pertahankan (jangan anggap remeh ini wahai gadis dan ibu muda! Kalau kamu belum melewati fase potty training anak, kamu masih belum bisa dianggap keren). Singkek kriwul juga sudah bisa bilingual, berhitung dari one to twenty, alphabet baik hafalan dari yang urut A to Z atau Z to A sampai yang mengurutkan balok A to Z dan Z to A, dan mengeja tiap huruf yang dia jumpai. Singkek kriwul juga bisa mengeja huruf Arab sampai sholawat nariyah. Dan semuanya diakhiri dengan dia mengucapkan ‘makasiiii’.
Semua prestasi saya kebanyakan untuk Kia ya kalau dipikir-pikir.
Sempat terbesit dipikiran dan ketika terbesit saya selalu iri. Iri pada perempuan-perempuan lain di usia yang sama mereka mampu memperoleh gelar akademik yang tinggi, mampu wirausaha sendiri, dan bekerja meraih top level di suatu perusahaan. Saya selalu iri yang di hal nomor satu, karena dari saya kecil ibunda saya selalu menekankan hal pendidikan adalah nomor satu sehingga otak saya tercetak sebagaimana buku akademis tercetak. Tapi iri ini tetap hanyalah iri, saya tak bisa apa-apa. Palingan yaa saya ngedem-ngedemin hati, bilang kalau mereka itu belum tentu sebahagia saya mengurus bayi sendiri. Rasa syukur saya langsung bertambah.
Jadi baiklah, karena prestasi saya banyak untuk kebaikan anak sendiri, maka angka 29 kali ini saya ingin posting di beberapa akun sosial media saya yang akan di link kan ke blog ini. Buat jadi pengingat bahwa keputusan hidup dan prestasi hingga saya berumur 29 tahun ini layak untuk ditunjukkan.
Selamat ulang tahun yang ke 29, Lisa !
Semoga selalu sehat, lancar rejeki dan mendapat umur yang barokah, aamiin.