Tahun ketiga living in Taipei, entah kenapa setiap waktu libur kami selalu gabut menentukan "mau kemana jalan hari ini". Kayak kehabisan ide jalan-jalan, mau kesini sudah pernah, mau kesitu sudah pernah, mau ke night market ini bosen, mau ke tempat itu walahhh itu lagi itu lagi. Guayaa beneeerrr.
Seperti hari kemarin, saking ngga ada idenya, kami berangkat jalan sekitar setelah sholat ashar kemudian naik kereta pun masih nol putul mau kemana, dapat tempat duduknya yang berjauhan pula. Macem mana pula ini keluarga Pak Wahyu nee~
Mas husband (yang kayaknya iseng) kirim chat watsap isinya link maps Toko Indo Batavia (異國料理). Saya teringat cerita do'i yang diberi informasi dari rekan KDEI saat rapat projek beberapa hari yang lalu, bahwa ada sebuah toko indo yang bersih dan mereka sering kesana untuk makan.
Kami menamainya toko indo, sebuah tempat yang menjual berbagai macam bahan-bahan dasar memasak, kebutuhan dan atau makanan jadi asal tanah air. Toko indo inilah menjadi tempat jujukan kami kalau sedang rindu masakan Indonesia.
Saya buka itu link Batavia, dan jemari tidak berhenti skroll, melihat keindahan makanan saji rasanya mengundang pula rasa lapar dan haus. SUDAH AYOK KESINI AZA daripada ngga ada tujuan, keburu dibawa jauh ama ni kereta.
Kami sedang berada di kereta Blue Line, sementara Batavia letaknya dekat dengan jalur kereta Red Line dan Green Line (Stasiun MRT Chiang Kai Shek), kami lebih memilih oper kereta di Stasiun MRT Ximen (Blue Line dan Green Line) ketimbang di Stasiun MRT Taipei Main Station (Blue Line dan Red Line). Why oh why? Because di Taipei Cechan (Táiběi chēzhàn 台北車站 atau Taipei Main Station) ini pergantian dari jalur biru ke jalur merah harus berjalan jauh bingiittss, apalagi kalau uda menuju weekend begini--pasti ramai luar bi(n)asa.
Dari Stasiun MRT Chiang Kai Shek, kami keluar lewat exit 3 dan berjalan kurang lebih 250meter ke arah timur laut. Lihat google maps aza lebih asique dan jelazz ya kalau mau kesini.
Sampai di Toko Indo Batavia, wuaaaahhh. Beneran beda seperti toko-toko indo lainnya, lebih bersih dan lebih mevvah shay, (mewah disini maksud saya walau tidak seluas tempat restoran arab atau eropa di Taiwan, tapi tatanan barang dan lightning ruangannya kerasa pas dan bikin luas ruangan gitu, kesini deh biar ngga penasaran). Ngga salah ini mah kalau jadi tempat yang direkomendasiin sama rekan-rekan KDEI. Pertahanin yaa laopan-laopaniangnya Toko Indo Batavia #smile.
Lalu gimana rasa masakannya? Dapat review bintang bagus dan foto penyajian yang ciamik (yang secara tidak langsung mengundang selera) di google maps harusnya bisa meyakinkan pengunjung baru seperti kami ya. Iya, kami sudah menambatkan keyakinan sampai 70% makanan yang kami pesan akan terasa uwenak dan sudah diujung lidah nih bakal bilang kalau mau datang lagi dan lagi untuk mencicipi menu yang lain.
Apa saja pesanan kami? Foto yang saya cantumkan dibawah urutannya sesuai dengan penomoran berikut ya.
1. Soto Betawi Sapi 150NTD
2. Sate Ayam 150NTD
3. Es Jeruk 50NTD
4. Es Soda Gembira 50NTD
Kami cukup lama berunding mau pesan apa, lha gimana coba, angle pengambilan foto dan cetakan buku menunya bikin kami ingin pesan semua. Luebhayy tapi bener ini. Saya wanti-wanti ke mas husband, since istrinya ini sudah jago bisa masak ngoprek makanan di dapur (iki opo to kok akeh coretan), maka kalau makan di luar harus yang istrinya ngga belum bisa bikin di rumah.
Lalu do'i pesan soto betawi. Kalau saya dan Kia? Kia pasti ikut saya makan, dan kalau saya---yaa pesan suka-suka (wanti-wanti nya tadi ngga berlaku buat saya selaku juru masak di rumah ha ha). Menu sate ayam jadi pilihan nothok jedhok saya karena sudah dari minggu lalu ngidam kepengen makan ini.
Pilihan minum bagaimana? (Iyaa, saya ditanya sama laopaniangnya juga). Karena saya penggemar es jeruk yang manis, saya tanya dulu sama laopaniangnya, jeruk disini manis apa engga. Eee sama beliau malah saya ditanya balik, mbaknya mau manis ato engga. (Mau tak jawab, kata suami saya--saya sudah manis, eh salah, kata suami saya--ngga perlu yang manis cukup lihat dia aja sudah manis. Yang bener yang kedua ya, karena do'i tingkat kenarsisannya jauh lebih tinggi daripada saya, perbandingannya 5:1). Mas husband pilih soda gembira, lagi-lagi karena saya bilang : yuk nyoba ayy, ini lima puluh persen lebih murah timbang toko indo yang di ----- (sensor). Alhamdulillah saya punya mas husband yang manut sama pilihan saya (karena do'i sering bilang mau pilih apa bu terserah ibu lah ayah ngikut ajja).
Lumayan agak lama nunggunya, gapapa gapapa perutnya memang harus bersabar dulu. Sambil nunggu yang dipesan datang, sambil wo kàn kàn menunya. Toko Indo ini selain kelebihannya ada di suasana tempat makan yang bagus dan bikin mood makan naik, saya rasa kalau buku menunya secantik ini, pasti harga yang ditawarkan adalah fix atau tetap, dan tidak berubah-ubah (entah sesuai mood laopaniangnya atau mungkin sesuai kurs NTD-Rupiah hari itu) ngga seperti toko indo yang di ----- (sensor lagi).
Yang dianter duluan si menu minuman. Sruput sruput, eeh lha kok es jerukku asyem. Sedih dong, mungkin pas jeruknya kedapetan yang ngga manis. Mas husband ngaduk-aduk es soda gembira nya, kusruput duluan, lha kok enak. Ya wis akhirnya tukeran kita haha. Makasi yaa ayy~
Beberapa menit kemudian menu makanan datang. Wow tampilan si soto betawi mengundang selera banget tapi anehnya tak tercium aromanya, hmm. Mas husband langsung menyantap soto betawi nya tanpa woro-woro, kayaknya laper banget nih si do'i, semoga aja saya masih kebagian incip nanti. Kayaknya saya ngga bisa ngga incip punya do'i, tergoda soalnya, tapi saya cuma bisa mbatin, untungnya do'i langsung kerasa hehhe. Ngga lupa pakai sambel ya, Indonesia banget kami itu. Eh iya, sambelnya bagus dan kelihatan "kayak bukan sambel inepan kemarin", huwik menambah selera makan banget ya,, ngga seperti di toko indo ----- (sekali lagi mbandingin begini dapat piring gratis dah gua).
Hmmm, enak, iya enak, udah gitu aza. Sayang rasanya ngga senendang seperti soto betawi yang pernah saya rasakan dulu waktu kondangan sepupu di Jakarta. Tapi iya ngga papahhh, maklum mungkin rasa mengikuti rasa lokal Taiwan--tidak terlalu asin dan tidak terlalu manis.
Sate ayam yang saya pesan datang saat saya incip soto betawi. Nyeruput soda gembira dulu biar pengecap lidah kembali nol, baru makan sate ayam (baca bismillah dulu tapi). Yahhh, sama kek soto betawi, enak, udah. Ayam kurang empuk dikit dan bumbu kacangnya hmmm luar negeri banget hihihi.
Over all, semua menu makanan dan minuman sukses bikin kami jadi kenyang banget, alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah. Dan kami in sya allah akan kembali makan kesini nanti karena suasana tempatnya yang oke punya ini dan coba menu yang lain.
Yuk bayar dulu yaaa, terus lanjut perjalanan.
~oOo~
Keluar area toko indo, sudah nampak bangunan utama yang bersejarah dan ikonik negara Taiwan : Chiang Kai Shek Memorial Hall (中正紀念堂). Kami belum pernah pergi kesana malam hari, sekalian saja lihat cantiknya bangunan itu dan kayak gimana situasinya saat malam hari. Ternyata.. Cantique bangeeettt. Look! Ini gedung National Theater Building dilihat dari Aiguo East Road.
Bangunan utamanya yang berwarna putih dengan atap segi delapan (oktagon) berwarna biru tertutup pengunjung (nampak dari gerbang berwarna keemasan yang menutup ruangannya). Sementara di salah satu gedung kembar yang saling berhadapan dengan ornamen dominan merah pada atapnya (National Theater Building dan National Concert Building) terdengar ramai oleh suara musik pop dan rapp modern.
Kami penasaran ingin melihat seperti penampakan dalam gedung kembar tersebut (kami belum pernah masuk atau melihat isi dari dalam gedung tersebut). Kedua gedung ini memiliki anak tangga yang banyak haha, jadi kadang kalau main ke CKSMH kami hanya masuk ke gedung utamanya yang punya atap pentagon itu (karena gedung tersebut ada elevatornya sementara yang gedung kembar ngga ada...jadi malas berurusan dengan gravitasi hehehe). Tapi untuk kali ini biar lah, ngga papa kudu naik tangga. Ehtapi ngga jadi naik tangga ding, disamping gedung ada jalanan aspal yang difungsikan untuk akses kendaraan beroda menuju gedung. Syukur alhamdulillaaahh...
Naik keatas, gedung sudah tertutup rapat dan gelap. Rupanya suara ramai musik berasal dari muda-mudi yang sedang berlatih dance. Ada yang berlatih secara berkelompok ada yang berlatih sendirian. Kia yang suka dengar suara musik--autojoget dia haha. Walau agak redup, ngga menghambat Kia untuk bergerak abstrak, such happy girl.
Sudah puas melihat-lihat, waktunya pulang. Hawanya semakin malam semakin dingin pemirsaahhh.
~oOo~
Terima kasih sudah membaca perjalanan kami, semoga bermanfaat dan sampai jumpa di artikel selanjutnya ^^
wah tempat yg menyeanangkan rupanya
BalasHapusIya cantik banget mbak tempatnya ^^
Hapuskeren ada soda gembira :D
BalasHapusPlus lebih terjangkau harganya mbak ^^
HapusKau bisa bayangin kalo udh lama tinggal di LN, trus ketemu restoran Indonesia itu pasti seneeeeng dan ngobatin kangen banget yaaa :D. Walo mungkin rasa ga bisa seenak di negara asal, tp tetep sih buatku itu pengobat kangen :D.
BalasHapusMba, juice jeruk di sana berarti ga dipakein gula yaaa. Tergantung jeruknya manis ato ga?
Betul mbak, toko Indo adalah jujukan yg wajib dituju kalau sudah mentok jedhok kangen beli makanan khas Indo..
HapusBoleh request mbak, mau seberapa gula nya. Tapi nampaknya karena culture disini orang pada ngga terlalu suka gula, jadi biasanya takaran gula yang dikasih lebih sedikit ketimbang takaran gula di Indonesia :D