Caution! Ini artikel berisi narasi dan deskripsi, yang kemungkinan akan membuat mata temans sakit sekaligus membuat otak bekerja lebih keras mencerna kalimatnya. Mohon sediakan camilan disebelah laptop dan gadget anda biar engga bosan saat membaca. Selamat menikmati ^^.
~oOo~
Sejak lihat kalender akademik Al Hadi Kindergarten awal mendaftarkan Kia sekolah, saya sudah mewanti-wanti mas husband untuk menyediakan waktu libur kerja untuk ini : Sunday Trip with Al Hadi TIEC. Karena sejatinya weekend adalah waktu mas husband kerja.
Semenjak tinggal di Fuzhong, Banqiao Dist, New Taipei City, tepatnya dua tahun yang lalu, kami memutuskan untuk meluangkan waktu hari libur untuk jalan-jalan di salah satu hari Senin-Jum'at. Alasan utama yang paling mendasar adalah karena kami tinggal di dekat MRT Bannan Line (yang biasa disebut MRT Jalur Biru), which is kalau kemana-mana ya diawali pakai si kereta biru ini. Sementara si kereta biru ini merupakan kereta dengan jalur MRT tertua di Taipei, yup MRT Blue Line adalah jalur MRT pertama yang dibangun oleh pemerintah untuk menghubungkan ibukota Taiwan dari barat ke timur. Unfortunately, percaya ngga percaya umur MRT berbanding lurus dengan banyaknya penumpang. MRT Bannan Line ini, ngga weekday ngga weekend, ngga pagi-siang-malem, selalu rame! Apalagi kalau weekend dan di jam-jam genting kayak pagi (orang-orang pada berangkat ke sekolah dan kerja) dan sore hari (orang-orang pada pulang), masya allah ramai syekali. Kami menghindari itu. Jadi kami memutuskan kalau weekend di rumah saja.
H-21, #SingkekKriwul batuk pilek tertular temannya. Makin bertambah hari, makin parah jadi ngga masuk sekolah beberapa hari, di rumah rutin minum obat lalu konsisten makan sehat dan minum obat alhamdulillah dipenghujung minggu sembuh. Kemudian masuk sekolah, paginya sehat walafiat, sorenya mbeler lagi. Cuaca yang kadang hujan kadang panas juga beri pengaruh ya, selain teman-temannya pun silih berganti bapilnya. Begitu terus siklusnya sampai H-3 keberangkatan trip. Sudah lumayan hopeless lah sayanya, wes ngga papa wes ngga ikut, wong ya cuman trip. Tapi Kia ingin tetap berangkat.
Kami para bu-ibu para wali murid (anak-anak Indonesia) pada ramai di grup, silih berganti curhat kalau anak-anaknya juga kena siklus sakit-sembuh-sakit lagi. Ada yang bilang anaknya parah sampai demam dan muntah, ada yang hanya flu saja, ada yang batuk-batuk. Kami saling menyemangati dan mendukung : ayok kalo bisa lengkap ni para bu-ibu saat trip. Qadarullah, pagi menjelang, hanya satu ibu yang memberi berita kalau kedua anaknya absen trip kali ini. Mbak Ulfah missing yu banget deh...
Pukul delapan pagi (lebih tujuh belas menit), kami berempat sudah berada didepan gedung Al Hadi. Diarahkan langsung menuju bus yang parkir tak jauh dari pintu masuk Al Hadi. Beberapa barang besar ditaruh dibagasi bus. Ini agak kurang penting ya kayaknya haha, saya berusaha bercerita sedetil mungkin nih temans, lama kali jemari tak klutakklutik keyboard, agak kaku kaku gimana gitu.
Saya sezuzurnya tak menyangka bus yang akan mengangkut kami akan sebesar ini. Jadi rupa bus di Taipei itu saya simpulkan jadi tiga : bus mini (namanya Shuttle bus--biasanya digunakan untuk rute tempuh pendek), bus sedang (ini yang paling banyak berseliweran dijalanan--kini dibagi dua lagi berdasarkan jenis bahan bakar yang digunakan yakni bus listrik dan bus biasa--nomor busnya terdiri dari tiga digit angka), bus besar (bener-bener besar bentuknya--tempat duduk penumpang ada diatas sementara posisi supir dan bagasi hampir sejajar--digunakan untuk transportasi jarak jauh--antar distrik bahkan antar kota--nomor bus terdiri dari empat digit). Fatimah laoshi kemarin bilang kalau nanti di bus anak-anak bisa dipangku dan atau satu deret bangku bisa menampung tiga anak. Pikir saya (dan beberapa ibu-ibu lain), oh yang dipakai nanti si Shuttle bus paling. Toh juga malam H-1 keberangkatan diberi edaran jika fee yang dibayar telah direduce karena biaya sewa bus tidak dibebankan ke wali murid melainkan ditanggung yayasan, maka tambah murahlah fee yang harus dibayar. Nah kan, napa jadi pikiran bu-ibu Indonesia ini bebarengan meng-underestimate bus nya yak. Terkejutlah kita dibuatnya kan saat melihat bus yang dipakai segede gaban gini, kayak mampu aja nih bus mau ngebawa kita sampai ke ujung Taiwan.
Jreng, yuk move on kita, bahas bus ngga ada abisnya emang. Waktu yang ditempuh dari Al Hadi menuju Wugu Farm engga lebih dari setengah jam. Disepanjang jalan, para laoshi berebut mik (koq berebut yak, gantian lis!). Yang pertama, saat bus belum jalan, ada Malika laoshi menjelaskan agenda hari ini, bakal diapain aja anak-anak kita di peternakan. Eh eh, sadis amat kalimatnya (Maapin yak, agak emosi nih keinget pas Malika laoshi ngejelasin agenda, EH dengan santainya mas husband tidurrr, engga sadar do'i uda badan paling jenjang duduk ditengah tidur pula, pan malu yak jadinya. Padahal doi tidur paling lama semalem, saya yang cuman tidur dua jam karena harus uplik-uplik di dapur buat bekal mata masih terang, hedeehhh). Malika laoshi menjelaskan kurang lebih sama seperti ini :
Para murid diberi tanda pengenal yang harus dipakai selama di peternakan. Ditanda pengenal ini terdapat kolom yang nantinya akan diberi stiker oleh para laoshi ketika murid berhasil melakukan tantangan yang diberikan. Sebagai reward jika berhasil memenuhi kolom dengan stiker, akan diberikan small gift. Apa saja small giftnya? Rahasia dooongg. Etdaah pake rahasia-rahasiaan nih laoshi.
Laoshi artinya guru atau teacher. Kalau dalam English penempatan kata teacher berada didepan nama : teacher Maryam, teacher Juwariyah. Kalau Chinese penempatan kata laoshi berada dibelakang nama : Fatimah laoshi, Malika laoshi.
Usai menjelaskan agenda hari ini, Malika laoshi memberikan mik ke teacher Juwariyah untuk berdoa sebelum berangkat dan bermain games lempar surat. Eh gimana ni maksudnya, lempar surat?
"Teacher Juwariyah berdoanya enak banget yaa pronounsesiennyaa, berasa denger imam masjid mekah ngaji...", kata mas husband tiba-tiba. Batin saya : ya iyalah beliau lahir dan besar di Madinah, mas bro.
Sementara teacher Juwariyah mengajak untuk berdoa sebelum berangkat, Malika laoshi dan teacher Maryam membagikan tanda pengenal berbentuk bintang besar.
Mik berpindah tangan ke teacher Maryam. Teacher Maryam membaca surat Al Fatihah kemudian dilanjut tiga surat Qul. Layaknya teman-temannya, #SingkekKriwul bersemangat membaca surat Al Qur'an. Dari surat Qul, kemudian Suratul Masad, kemudian mik berpindah ke teacher Juwariyah. Suratun Nashr lalu Suratul Kaafiruun beliau baca dan maknyess adem dihati yaa. Sambil lihat pemandangan diluar gerimis rintik namun cerah. Diseberang jendela kebetulan ada kereta bandara (warna ungu) yang berlari searah dengan bus, kelihatan seperti kami sedang berlomba siapa yang paling cepat.
Lalu teacher Juwariyah memberi tebakan kira-kira surat apa yang akan beliau baca. Para murid (tak ketinggalan #SingkekKriwul pun ikutan teriak) menjawab : Al Kautsar. Kemudian beliau bertanya siapa yang mau membacakan surat Al Kautsar? Dua murid didepan ditunjuk untuk membaca. Saat teacher Juwariyah bertanya siapa yang mau membaca, Kia langsung berteriak : Kiaa Kiaa, sambil loncat dari pangkuan mas husband dan berlari kecil menuju teachernya. Maasya Allah.
Bus memasuki gerbang peternakan ketika teacher Juwariyah meminta Muiz membacakan hafalannya : Surat An Naba'. Maasya Allah suara putra Fatimah laoshi mantab kali, lirih dan merdu. Usai Muiz membacakan Surat An Naba', teacher Juwariyah membaca surat Al Maauun hingga bus terparkir didepan peternakan.
Satu persatu para keluarga memasuki area farm menuju ruangan besar dan menempati tempat duduk yang disediakan. Kami harus melewati area hutan dan air terjun, kemudian melewati lapangan besar hingga pada akhirnya sampai di area indoor.
Fatimah laoshi memberikan instruksi untuk meletakkan barang-barang besar didepan ruangan dan bekal makanan yang dibawa diatas meja yang disediakan. Ini yang paling saya suka dari sini karena sistem 'membawa bekal' atau yang biasa kami sebut 'potluck', jadi benar-benar kegiatan bersifat mandiri dan tidak ada yang merasa terbebani. Bekal yang dibawa ini ditaruh diatas meja, dan nantinya ketika waktu lunch tiba, setiap orang bisa mencicipi bekal-bekal tersebut. Bisa dibayangkan ya, orang-orang yang hadir berasal dari berbagai negara, ada dari Indonesia; Malaysia; Pakistan; India; Arab; Taiwan dll. Bekal-bekal yang dibawa pun pasti punya beragam bentuk dan rasa. Cerita bekal nanti lanjut diparagraf makan siang ya, sabarrr..
Usai meletakkan barang-barang, kami diperlihatkan dokumentasi kegiatan murid-murid selama kelas berjalan. Kemudian Fatimah laoshi menjelaskan kegiatan apa yang harus dilalui murid-murid kali ini. Kegiatan akan dibagi menjadi tiga sesi.
Sesi pertama dilakukan hingga pukul dua belas, para murid sesuai dengan nomor (yang ditulis dipapan pengenal bintang) akan menjalani tiga tantangan. Namun sebelum kegiatan dimulai, para laoshi dan teacher memberikan instruksi iced breaking sekaligus pemanasan biar para murid pada semangat : Tug of War (main tarik tambang). Disini para murid dibagi menjadi dua grup besar, Chinese Class dan English Class.
Tug of war kali ini terlihat unik karena dimainkan oleh anak-anak yang sebagian besar belum pernah main. Parahnya sebagian besar anak yang belum pernah main ini anak-anak Indonesia yang masuk di grup English Class wakakak, pantesan kalah dua kali ya bund anak-anaknya masih polos, pas ditarik talinya sama lawan yaa jelas ikut ketarik badannya. Ngga siap dan ngga kuat. Para Ibu-Ibu udah gemass gitu pengen narik ikutan bantu ya, ketahuan pas video-video dishare di grup wali murid (termasuk saya bund, udah ketahuan narik tiga kali saya wakakak).
Bingung dia 😅
Lanjut ke kegiatan : Scavenger Hunt. Dikegiatan ini, Kia harus melewati tiga tantangan dan mendapat stiker di masing-masing booth tantangan. Pada papan pengenal bintang milik Kia ditulis : 3-1-2, jadi Kia harus memulai dari nomor tiga bersama dengan teacher Juwariyah. Ceritanya booth nomor tiga milik teacher Juwariyah ini mengadopsi kegiatan lempar jumroh, namun batu jumroh diganti dadu besar. Teacher Juwariyah memberi pertanyaan pada Kia menggunakan Arabic, "maa asmuki?" | "Kia" | "min ayna anti?" | "Indonesia" | "where is kabbirr?" dan Kia melempar dadu ke gawang yang benar. Apakah semudah itu? Pertanyaannya memang mudah, Kia lah yang merumitkannya wkwkwk. Saat ditanya namanya siapa, asal dari mana, Kia menjawab dengan benar dan jelas. Namun ketika beranjak ke pertanyaan berikutnya, perhatian Kia sudah teralih ke anak tangga didepannya. Hujan rintik-rintik menambah ketidakfokusannya terhadap pertanyaan teacher. Anaknya ingin explore tempat baru pemirsah...huhuhu, jadi ngga enak sama teacher Juwariyah, waktunya habis buat ngejar Ki, untung ya beliau sabar, untung juga Kia dapat stikernya.
Selesai di booth nomor tiga, Kia pindah ke booth nomor satu milik teacher Maryam. Tema booth nya water gun. Hampir sama seperti metode di booth milik teacher Juwariyah, Kia akan diberi pertanyaan kemudian jika Kia ingin menjawab harus mengarahkan pistol air ke arah jawaban yang sudah disediakan. "Do you know Baqoroh?", tanya teacher Maryam. Kia mengarahkan pistol airnya ke gambar sapi. "Where is fa'?". Kia menembak huruf ف yang ada disebelah kanannya. "Maasya Allah Kia, pintaarrr", kata teacher Maryam. Beliau hendak memberikan stiker namun Kia masih ingin main si water gun ini wkwkwk, bener-bener yaa #SingkekKriwul. Semoga para guru Al Hadi diberikan kesabaran dan kesehatan dalam mendidik #SingkekKriwul, aamiin ya rabb...
Pindah ke booth nomor dua milik Malika laoshi. Temanya Time for Bowling. Kia diberikan pertanyaan dan jika ingin menjawab, Kia harus melempar bola ke gambar tulisan Zhongwen (Chinese) yang benar. Anas's mommy membantu Malika laoshi kali ini, beliau mengarahkan Kia untuk bermain lempar bola. Beliau bertanya, "which one is Te?". Kia mikir agak lama, mungkin otaknya sedang mencerna simbol, atau dia kebingunan membedakan antara De dan Te (orang lokal dalam pengucapan De dan Te kedengarannya sama). Ngga lama Kia melempar bola di huruf ㄊ. Ana's mommy memberi pertanyaan lagi, karena Meilin mendadak rewel dan ngga mau digendong Ayahnya alhasil perhatian saya teralih dari Kia. Saat perhatian sudah kembali ke Kia, saya melihat Malika laoshi bertanya pada Anas's mommy memakai bahasa Zhongwen dan dijawab, "Kia congming, congming!", sambil manggut-manggut wajah sumringah. Saya pun menghela nafas, lega dan senang gitu ya kalau guru memberi apresiasi pada Kia. Kia pun dapat stempel dari Malika laoshi.
Kia congming!
Tiga kegiatan Scavenger Hunt sudah dilakukan, kami diberi waktu luang hingga pukul 11 siang. Jalan-jalan lah kami mengelilingi 'Farm' yang terlihat seperti sebuah resort villa penginapan ini. Gerimis masih menaungi wilayah farm, kami ingin berkeliling di hutan buatan sebenernya, namun yaa apalah daya bawa #SingkekLurus, ngga bisa ini gerimis diterjang. Beruntung diarea dalam farm disediakan permainan koin, terhiburlah hati #SingkekKriwul dibuatnya.
Pukul sebelas lebih duabelas menit, kegiatan selanjutnya dimulai. Karena diluar masih rintik hujan sehingga kegiatan tak bisa dilakukan di lapangan, maka kegiatan akan diubah menjadi kegiatan dalam ruangan, begitu ya kurang lebih kata Fatimah laoshi. Sejatinya setelah ini akan ada dua kegiatan yang dilakukan diluar ruangan : Piggy Bank Painting dan Little Detective (Frogs and Toads), namun diluar masih gerimis dan jumlah pesertanya lumayan banyak, maka kegiatan diubah dilakukan dalam ruangan dan peserta dibagi menjadi dua grup yang nantinya akan melakukan kegiatan secara bergantian.
Yang pertama, English Class melakukan kegiatan Piggy Bank Painting dan Chinese Class pindah ke aula sebelah untuk diberi wawasan mengenai Katak dan Kupu-Kupu. Awalnya saya mengira hanya anak-anak lah yang akan melukis celengan kumbang ini, namun rupanya para orang tua juga diwajibkan ikut melukis. Jadilah kami bertiga melukis si piggibeng ini.
Sekitar tiga puluh menit kemudian Si piggibeng selesai dilukis, lalu dijemur didepan aula bersama dengan piggibeng lain milik anggota English Class. Kami mencuci tangan kemudian bersiap untuk makan siang.
Seperti yang saya ceritakan diawal, makan siang kali ini sistemnya "pot luck", ada berbagai macam masakan, camilan dan minuman yang dibuat dan dibawa oleh para orang tua. Orang dewasa yang hadir dari berbagai negara ini tentu saja ada yang tak makan nasi--sudah jadi culturenya, oleh karena itu makanan yang tersedia diatas meja benar-benar beragam.
Sezuzurnya saya tak mengamati berbagai macam makanan yang diatas meja dan kurang bisa mencoba makanan baru (takut lidah dan perut terkedjoet dibuatnya), sementara mas husband lah yang bergerilya mencicipi masakan yang unik dan beraneka rasa itu. Saya mengambil apa yang saya masak : rendang daging dan kare ayam, sementara nasi sudah siap dikotak makan punya saya; mas husband dan Kia. Kia makan noodle bikinan mbak Lina dan lauk punya saya. Mas husband makan... Entah makan apa saja si do'i wkwkwk.
Ronde pertama, nampak mas husband makan makanan berat, masakan saya dan capcay entah masakan siapa. Ronde kedua, mas husband makan dessert yang dibuat oleh parents asal Arab dan Malaysia. Rasanya unik dan benar-benar mengedjoetkan lidah (setiap mas husband pulang bergerilya dan membawa makanan, selalu disuapkan ke saya). Ronde ketiga dan seterusnya entahlah, ngga heran perut mas husband ngga isa mengecil huahaha.
After pot luck - lunch, para orang tua diarahkan menuju lapangan berumput (sintetis) untuk melaksanakan Sholat Dhuhur berjama'ah. Sampai di lapangan, terpal yang dijadikan alas sudah digelar. Para orang tua memilih posisi untuk melaksanakan sholat. Subhanallah terasa damai, berasa seperti suasana Sholat Ied di Indonesia. Dengan di-imam-i Bapak Aziz CEO nya Al Hadi (suami dari Fatimah laoshi), rintik hujan seolah berhenti dan memberi kesempatan pada kami untuk bersujud dan bersyukur pada Allah.
Usai salam dan berdoa, rintik hujan mulai datang dan semakin deras. Para bapak-bapak bergegas membersihkan tempat sementara para bu-ibu membawa anak-anak untuk masuk ke aula. Bersiap untuk kegiatan berikutnya.
English Class diminta berpindah tempat ke aula sebelah untuk menyimak wawasan seputar katak dan kupu-kupu. Laoshi yang merupakan pegawai farm dengan Teacher Maryam (bertugas sebagai penerjemah) bercerita tentang persahabatan katak dan kupu-kupu yang tak longlast haha : saat sama-sama menjadi ulat mereka bersahabat menghabiskan waktu bersama, namun ketika mereka sama-sama sudah bermetamorfosa--karena kelemahan katak (mata berkabut dan tak bisa melihat dengan jelas didarat) yang kemudian melahap kupu-kupu yang mendekat. Kemudian laoshi menunjukkan jenis-jenis katak yang hidup di Taiwan dan di dunia. Uniiik banget ya, terutama suaranya si katak. Ada yang mirip seperti suara ketukan pintu, ada yang bersuara seperti anjing (menggonggong), ada yang bersuara seperti ular (mendesis) dan lain sebagainya.
Kemudian laoshi mengeluarkan seekor katak besar dari sebuah kotak kaca yang sedaritadi tertutup kain. "Who wants to come near, see and touch it? Anyone?", tanya teacher Maryam. "Kia Kiaa where is Kia? Kiaa...", teacher Maryam memanggil Kia dengan suara merdunya. Kia yang sedang asyik bermain hadiah pemberian Fatimah laoshi (karena sudah menyelesaikan misi scavenger hunt dengan cepat dan baik), kemudian meninggalkan hadiahnya dan menuju depan kelas.
Pertanyaan saya : kenapa yang dipanggil pertama Kia ya teacher...? Apa dia suka main dan berani nyelonong kedepan untuk mencoba sesuatu mengawali teman-temannya?haha. Sehingga Kia jadi langganan para teacher untuk diminta tampil pertama. Proud Kia!
Kia menyentuh si katak dengan sedikit awkward muncul diraut wajahnya. Geli geli berlendir gimana gitu ya kak..xixi. Setelah Kia bermain sama si katak, teman-temannya mulai berani maju bergantian mengamati si katak.
Kelas usai, kami digiring ke ruangan observasi. Di ruangan ini dibuat sedemikian rupa agar menjadi habitat kupu-kupu dari semua jenis siklus hidupnya. Ada yang masih ulat, ada yang jadi kepompong dan ada banyak sekali kupu-kupu yang beterbangan. Kia yang ngga kenal takut ini sudah kepengen sentuh sentuh aja si ulat gemoy yang lagi nangkring diatas daun. Laoshi bilang (dan diterjemahkan teacher Maryam directly), kalau kamu sentuh, tangan kamu jadi gatal. Walau sudah dibilangi ya, teteup si #SingkekKriwul ini masih penasaran pengen sentuh, kalau udah gitu wes serahkan saja sama Ayah.
Next activity, saya koq jadi mulai jenuh bercerita huahaha, semoga temas pembaca tidak jenuh melihat tulisan-tulisan ini ya...
Next activity, karena diluar hujan masih lumayan deras, sembari menunggu debit air hujan mengecil, kami dibagi menjadi dua kelas lagi dan diberi pilihan mau masuk kelas yang mana : Kelas membuat roket atau Kelas main gelembung. Si #SingkekKriwul ini suka banget sama luar angkasa dan kata dia punya cita-cita jadi astronot, maka kami memilih kelas membuat roket. Sampai di kelas roket, rupanya membuat serbuk peledak dan melipat bahannya lumayan bikin keki. Ibaratnya ini hanya kelas teori ya, teori sambil mempersiapkan bahan-bahannya, nanti prakteknya di lapangan.
Sudah selesai teori, saatnya praktek! Keluar lapangan, bukannya ngikutin laoshi praktek nerbangin roket, #SingkekKriwul malahan belok ke kelas main gelembung. #TepokJidat lah ini mamaknya. Ampun deh kak, tau gitu ya dari awal ikut mainan gelembung.
Hujan rintik berubah jadi hujan lumayan deras rintiknya. Gitu ya hujannya, sukak main PHP kayak Kia wkwkwk. Saya ostomastis bawa Meilin masuk ke dalem nih daripada kehujanan. Muter-muter didalem sampe Meilin tertidur... Save and sound! Good Job Meilin, anak pinter ngga rewel-rewel.
Last activity, kami berfoto bersama di depan scene air terjun. Selain foto keluarga, Meilin diungsikan dulu deh kesamping, ujannya lumayan ini...wkwkwk.
Teacher favorit Kia : teacher Maryam
~oOo~
Aktivitas hari ini benar melelahkan namun sangat menyenangkan dan bermanfaat untuk keluarga. Tidak perlu melihat keluarga lain, menilai keluarga sendiri yang seperti kurang bounding ini aja udah cukup, cukup memprihatinkan. Rupanya sering banget keluar ego orang tua untuk anaknya dan si anak tidak bebas bermain dan jadi diri sendiri. Pelajaran penting buat saya yang notabennya saat menjadi istri dan anak, harus mengeluarkan diri sendiri dari kotak diktator parenting.
Semoga temans pembaca masih dalam keadaan sehat yaa saat membaca narasi deskripsi panjang saya. Semoga cerita ini bisa menjadi kenangan untuk Kia.