Menjelang persalinan, dokter obgyn yang menangani persalinan saya terheran-heran. Kenapa belum vaksin dosis kedua?
Jangan tanya kenapa dok, karena saya pun tak tau, batin saya. Singkat cerita dapat SMS dari government (untuk vaksin pertama) pun juga belakangan (alias satu bulan sebelum melahirkan). Vaksin kedua harus ada jeda minimal satu bulan setelah vaksin pertama dan itu pas hari persalinan. Pun setelah melahirkan, sebulan dua bulan, bayi masih belum bisa ditinggal yak.
Lantas saya baru bisa melaksanakan vaksin kedua awal bulan Februari ini. Karena 'ketinggalan banget', vaksin kedua saya engga perlu dijadwal. Langsung saja datang ke rumah sakit atau klinik yang ditunjuk pemerintah kapan aja sebisanya. Tenggat waktunya sampai tanggal 11 Februari 2022.
Engga pakai drama, kami langsung cuz ke rumah sakit pagi-pagi. Kebetulan dekat rumah (hanya selang satu stasiun kereta dari stasiun dekat rumah kami) ada rumah sakit besar yang menangani vaksin covid dosis kedua dan vaksin booster (kalau di Taiwan namanya third vaccine). Namanya Far Eastern Memorial Hospital (亞東紀念醫院).
Sampai di rumah sakit... BOOM. Ramai sekali rumah sakitnya pemirsah, jadi keinget salah satu RSUD di Surabaya yang selalu ramai pengunjung ngga pagi ngga malem.
Saking ramainya, susah buat bedain mana pengunjung untuk vaksin mana pengunjung reguler yang sakit. Tricky banget yak. Dalam hati saya berdoa keselamatan dan sebisa mungkin saya (yang sambil gandeng Kia--sementara mas husband dorong stroller dan Meilin) ngga senggol-senggol orang.
Terlihat di aula ada gap orang-orang yang mengantri sembari membawa kertas kuning. Pasti ini antrian untuk mendapat vaksin. Saya mendekat--melangkah namun ragu. Ini antrian untuk vaksin dosis ke berapa ya? Ini antrian vaksin jenis apa ya? Moderna kah? Pfizer kah? Astra Zeneca kah? Sinovac kah? Eh Sinovac ngga masuk Taiwan ding.
Kalau menilik website Far Eastern Hospital, hari ini adalah jadwal vaksin BNT alias Pfizer, baik second dose maupun third dose. Tapi dipapan pembatas antrian tertulis jadwal BNT dan AZ. Bikin ragu sih, tapi gapapa wes masuk aja ke antriannya.
Seperti saat vaksin dosis pertama, ada pos pos antrian yang harus dilalui sebelum vaksin.
Di pos pertama, saya menyerahkan kertas kuning kepada salah satu petugas yang sedang duduk dibalik meja panjang. Mbak petugas tersebut memasukkan cenboka saya kesebuah mesin card reader. Ngga pakai ngomong, petugas tadi mengembalikan cenboka saya sekaligus memberi selembar kertas form English dan selembar kertas form berbahasa Mandarin.
Usai dari pos pertama, saya berbalik dan berjalan beberapa langkah lalu melihat beberapa meja (panjang) tempat mengisi form tadi. Seorang petugas menghampiri saya dan berbicara dengan bahasa Inggris yang khas--mengarahkan saya untuk mengisi kolom yang berbahasa Inggris (batin saya, sudah tau si mbak kalau itu mah.. kirain mau bantu isi form yang berbahasa Zhongwen) kemudian meminta untuk segera berpindah ke pos berikutnya. Orang Taiwan memang sukanya cepat cepat ya hmmm.
Saya langsung berpindah ke pos kedua setelah mengisi semua form. Bagaimana dengan form bahasa Zhongwen, lis? Terima kasih buat bantuannya, gugel translet.
Di pos kedua, saya ditanya-tanyai. Wah cerewet ugha mas petugas ini wakakak. Kewajiban itu lis, koq jadi ge-er. Mas petugas makin bicara panjang lebar ketika kolom bahasa Zhongwen "dampak vaksin : mual dan pusing" saya centang. Dia bilang tak perlu khawatir dan take more drink water after vaccine. Okay.
Dan akhirnya saya berada di pos yang paling dinanti. Yaqueen deh saya, ini pos pasti sudah bikin banyak orang khawatir. Beruntung saya dapat nakes yang "ngga emosi" kalau nyuntik orang. Kalem-kalem deh mbak nakesnya dari awal ngomong dan saat nyuntik saya. Saya ditanya bisa bahasa Zhongwen atau Ingwen (English), kemudian diminta menunjukkan cenbokka dan kartu vaksin.
Pesan mas husband : Coba cek alat suntiknya, ada isi cairan apa engga~
Wakakak, saya baru ingat pesan tersebut setelah di JRUSSS sama mbak yang nyuntik. Anyway, walau mbaknya kalem-kalem kalau ngomong, tapi nyuntiknya bikin kemeng dilengan. Apa karena saya tegang ya, kayaknya iya deh saya tegang. Coba lihat foto-foto bidikan mas husband diatas, muka saya keliatan serius gitu.
Mbak nakes meminta saya untuk duduk dulu ditempat yang sudah disediakan sekitar sepuluh menit baru boleh pulang. Baik.
Gini amat ya busui kalau vaksin. Rombongan booo~. Beruntung mas husband pas lagi libur bersedia nemenin (kalau ngga mau nemenin, dibilang uda ngga sayang wkwkwk). Beruntung anak-anak ngga rewel ikut mamaknya dan rela menerjang kerumunan orang-orang. Alhamdulillah...
Baique, selanjutnya tinggal nunggu vaksin ketiga alias booster yang minimal jeda enam bulan kemudian, biar kalau pulang Indonesia engga pakai rempong ditanya-tanya dokumen ini itu. Enam bulan kemudian ya, Meilin uda bisa jalan belum yaa ♥
Tidak ada komentar
Posting Komentar
Segitu dulu cerita kali ini. Terima kasih temans membaca artikel ini sampai akhir. Semoga bermanfaat.
Saya sangat ingin mendengar komentar temans setelah membaca. Silahkan, temans bebas berkomentar apa saja namun harap tetap menjaga kesopanan.
Sayang sekali komentar dengan subjek Anonymous akan terhapus otomatis, jadi mohon kesediaannya untuk memberi nama asli ya.
Terima kasih ^^.
Love, Lisa.